
[dropcap type=”1″]T[/dropcap]ahun 2014 menjadi momentum fenomenal untuk trend selfie yang menjadi wabah di dunia maya. Fenomena tren memotret diri sendiri dengan berbagai latar belakang dan kemudian mengunggahnya ke media sosial memang tidak bisa lepas dari perkembangan sosial media di seluruh dunia.
Bahkan istilah “Selfie” secara resmi masuk ke dalam Oxford English Dictionary karena penggunaannya meningkat 17 ribu persen dalam 12 bulan. Setiap hari tak kurang sejuta foto selfie tercipta, yang dilakukan oleh 75% pemotret berusia 18-24 tahun sisanya berusia 25 tahun keatas. Foto selfie tersebut disebarkan melalui sosial media Facebook 48%, WhatsApp 13%, Twitter 9%, Instagram 8 % dan situs jejaring sosial lainnya.
Namun seiring dengan semakin cepatnya koneksi internet dan kecanggihan teknologi, budaya selfie ini akan berubah bentuk. Gartner, Inc. memprediksi di tahun 2017 nanti teknologi video dan visual semakin memiliki peranan penting untuk berinteraksi baik antara konsumen maupun sesama pengguna. Dan live video broadcasting ini akan menjadi tren baru pengganti “selfie”.
“Generasi terbaru layanan produk dan konsumen memiliki kesamaan yang tergabung dalam teknologi visual video. Ini artinya live video atau teknologi real time lainnya untuk sebuah produk dan layanan akan lebih bermanfaat dan terkait langsung dengan aktifitas kehidupan sehari-hari,” ungkap Brian Blau, Direktur Peneliti Gartner dalam pers rilis resmi Gartner.
Dalam 4 tahun kedepan, Gartner juga memperkirakan akan terjadi pergeseran dari foto statis ke video di mana live video akan menjadi media yang sangat penting. Tidak akan terhentikan begitu saja, milyaran foto statis masih akan terus bermunculan dan di-upload semakin banyak. Dan meskipun streaming video belum terlalu banyak diakses namun popularitasnya terus tumbuh.
Dengan potensi yang dimilikinya sebagai media dengan kemampuan ekspresi lebih banyak, kepopuleran live video diprediksi akan melebihi foto statis. Manajer produk harus mulai memikirkan strategi promosi baru untuk mengantisipasi tren baru ini, yaitu dengan membuat beragam promo visual yang menarik khususnya dalam format video. Hal ini sudah dapat terlihat dari media promo billboard menggunakan video yang makin tumbuh menggantikan media promosi berupa foto statis.
Pemanfaatan live video dan video streaming akan semakin bersentuhan dengan aktifitas kehidupan sehari-hari, bahkan dengan koneksi internet yang cepat live video akan secara mudah diakses langsung melalui smartphone dalam genggaman tangan.
Live video streaming dapat digunakan sebagai remote monitoring seperti mengawasi bayi atau untuk keamanan. Termasuk konsultasi antara dokter dan pasien, koordinasi pekerjaan hingga melayani konsumen yang semuanya memakai video secara real time.
Teknologi live video streaming menjadi layanan yang sangat mudah diakses dan akan muncul dalam berbagai versi konten yang menarik. Tidak hanya berupa video streaming, layanan dapat berbentuk aplikasi untuk meningkatkan pelayanan yang langsung dan sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Namun, penerapan metode komunikasi melalui konten video ini hanya dapat tercipta dengan kesiapan teknologi internet yang cepat, stabil dan mapan. Faktor terpenting lainnya yaitu tersedianya perangkat dan kamera yang berkolaborasi dengan layanan dan aplikasi yang mendukung ekosistem teknologi baru ini. (bda)