Jumat, 1 Agustus 2025
Selular.ID -

Bersabar Menanti 4G

BACA JUGA

menanti4GMasih ada berbagai kendala yang menghalangi untuk bisa menikmati 4G di Indonesia.

Tanggal 6 September 2012, operator Singapura M1 secara resmi mengumumkan penyelenggaraan layanan 4G berasis LTE (long term evolution) di seluruh wilayah Singapura. M1 menjadi operator pertama di Singapura yang menggelar layanan 4G. Maxis, operator selular di Malaysia mulai menyediakan layanan 4G sesaat setelah perayaan tahun baru, yaitu 1 Januari 2013. Indonesia ? Harap sabar menunggu.

“Negara lain mungkin sudah selesai mengimplementasikan jaringan 4G tapi Indonesia baru saja menyelesaikan tender untuk 2 blog frekuensi di jaringan 3G” ujar Kepala Divisi Telekomunikasi dari KADIN, Johnny Swandi Sjam. Indonesia juga baru saja menetapkan penataan frekuensi 3G. Indonesia merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang belum bisa mengimplementasikan jaringan 4G secara komersil dalam waktu dekat. Meski begitu para pemain di industri selular, baik itu operator, vendor jaringan maupun regulator (pemerintah) sepakat bahwa implementasi 4G tidak dapat dihindari dan harus dijalankan secepatnya.Beberapa operator, seperti Telkomsel, Indosat, XL dan Axis, sudah melakukan serangkaian uji coba implementasi 4G di beberapa wilayah di Indonesia.

Namun hingga saat ini masih belum ada kejelasan kapan teknologi yang menjanjikan kecepatan akses mencapai 48 Mbps ini mulai bisa dinikmati. Sejumlah kendala memang masih menghadang hadirnya 4G di Indonesia. Masalah perizinan dari pemerintah dalam hal penggunaan pita frekuensi untuk 4G menjadi yang paling mengganjal. Seperti diketahui pemerintah dalam hal ini Depkominfo belum menetapkan di frekuensi mana mana layanan 4G bisa berjalan. Jika mengikuti standar yang sudah banyak digunakan di beberapa negara lain, maka pita frekuensi 700 MHz yang paling ideal. Bagi penyelenggara, dalam hal ini operator, penggunaan pita frekuensi pendek justru banyak keuntungannya, karena bisa menjangkau lebih luas. Dengan arti tidak memerlukan banyak BTS, sehingga tentunya bisa memangkas OPEX (operational expenditure).

Namun masalahnya frekuensi 700 MHz saat ini masih diduduki oleh TV analog. Dan perlu menunggu proses migrasi TV analog ke TV Digital yang selesai pada 2018 jika ingin pita frekuensi 700 benar-benar bersih. Namun jika memang mendesak, ada pita frekuensi 2,3 GHz yang bisa digunakan. Namun pemerintah belum memutuskan. Dibandingkan negara-negara lain, penerapan LTE di Indonesia agak sedikit berbeda. “Persoalannya, di negara-negara seperti Singapura dan Australia, jumlah operatornya sedikit. Begitu pun jumlah pelanggannya. Jadi, bisa dilakukan refarming atau penataan ulang frekuensi. Kalau di Indonesia kan justru sebaliknya. Jadi, perlu waktu lebih ” ujar Herdyanan Syintawati, Vice President Marketing and Communication Ericsson Indonesia.

Kendala lainnya yaitu penetrasi 3G di Indonesia yang masih rendah. Ini mengandung arti, tingkat penggunaan layanan akses berkecepatan tinggi masih kecil. Tentu akan sia-sia jika sudah dibangun jaringan 4G, tapi ternyata masih sedikit yang memanfaatkannya. Menurut Ben Siagian, Country Manager Qualcomm Indonesia, Indonesia dinilai belum saatnya migrasi ke jaringan 4G. “Penetrasi 3G di Indonesia baru 30%, tak seperti di Malaysia dan Singapura yang sudah hampir 100%,” ujar Ben. Menurutnya, masyarakat masih perlu diedukasi akan manfaat 3G seiring pertumbuhan demand layanan data, maka dalam waktu 2-3 tahun ke depan diharapkan Ben penetrasi 3G akan menembus 50% populasi penduduk Indonesia.

Ben pun mengakui Indonesia tak bisa dibandingkan secara head-to-head dengan kedua negara tetangga. Karena dari jumlah populasi penduduknya saja sudah berbeda. Indonesia memiliki 240 juta penduduk, sementara Malaysia hanya 25 juta dan Singapura cuma 4 juta. ” 3G di Indonesia belum benar-benar dioptimalkan. Jadi saya kira, kita belum butuh LTE sekarang. Bukan karena kita tertinggal dengan negara lain, secara bisnis apa sudah benar-benar butuh 4G” kata Ben. Jadi pertanyaannya apakah sudah perlu kecepatan 48 Mbps jika yang diakses baru sekedar Facebook? (Edi Kurniawan)

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU