Sabtu, 2 Agustus 2025
Selular.ID -

Jaringan Internet Lelet Picu Stres Melebihi Terjebak Macet

BACA JUGA

IMG_20170405_161233Jakarta, Selular.ID – Penggunaan smartphone seharusnya membuat hidup lebih mudah, praktis, dan menyenangkan. Kita bisa bersosialisasi dengan banyak orang dari berbagai dunia, memesan ojek online, bahkan mengerjakan tugas kantor hanya lewat ponsel pintar.

Tapi fenomena yang ada saat ini, kehadiran smartphone justru menimbulkan masalah baru. Tak sedikit orang yang mengalami stres atau gelisah karena sudah kecanduan smartphone atau teknologi. Dalam sebuah studi ditemukan bahwa anak muda saat ini tidak bisa lepas dari teknologi dan mereka harus selalu terkoneksi selama 24 jam penuh.

Masalah utama yang kerap memicu stres pengguna ponsel adalah koneksi internet yang terkadang tidak stabil.

Sebuah studi dari Ericsson menemukan sebuah keterkaitan antara kecepatan jaringan dan tingkat stress pengguna. Sebuah tes yang dilakukan oleh ConsumerLab Ericsson melibatkan partisipan dari Indonesia menunjukkan bahwa 2 detik delay pada video di ponsel dapat memicu kenaikan level stress sebanyak 16 persen pada para generasi milenial pengguna smartphone.

Bila delay lebih dari 4 detik, maka pengguna bisa lebih stres lagi. Pengguna usia 18-24 tahun diperkirakan bakal kehilangan minat streaming video setelah delay 4 detik, misalnya saat mengakses Youtube.

Parahnya, menunggu waktu tampil (loading) video menimbulkan rasa stres lebih tinggi dibanding ketika mengemudi mobil di jam-jam sibuk. Rasa stres saat buffering video tercatat sebesar 42 persen kenaikan dari kondisi tenang dibandingkan rasa stres 16 persen ketika macet di jalanan.

Penelitian juga menunjukkan bahwa ada keterkaitan yang kuat antara neuroscience dan koneksi jaringan. Performa jaringan sudah terbukti mempengaruhi persepsi konsumen, baik itu secara negatif ataupun positif, kepada penyedia konten atau telekomunikasi.

Afrizal Abdul Rahim, Regional Head of Consumer Lab South East Asia & Oceania, menjelaskan pertumbuhan konsumsi data di Indonesia kian tinggi, sehingga performa jaringan internet menjadi sangat penting.

Bahkan bila penilaian performa suatu operator sangat bagus, tidak menjamin loyalitas dari pelanggan. Mereka mungkin akan promote tapi tidak memiliki kedekatan emotional. Buntutnya, pengguna bisa mudah pindah ke operator lain.

Menurutnya, imbas ketidakpuasan pelanggan tidak hanya bertumpu pada operator saja namun juga ekosistem terkait, seperti content provider dan handset manufaktur.

“Jaringan internet buruk bukan hanya berimbas pada operator saja tapi juga ke content provider seperti Google atau Facebook, dan juga handset karena mungkin dinilai tidak kompatibel dan tidak sesuai untuk mendeliver best experience,” ujar Afrizal, saat neuroscience demo di Fous Seasons Hotel, Jakarta, Rabu (5/4/2017).

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU