Minggu, 3 Agustus 2025
Selular.ID -

Kinerja Belum Optimal, XL Axiata Terpaksa Balik Badan

BACA JUGA

Uday Rayana
Uday Rayana
Editor in Chief
Leonardo Henr Gavaza, Analis Bahana Securities
Leonardo Henr Gavaza, Analis Bahana Securities

Jakarta, Selular-ID – 2016 tinggal menyisakan sejumlah hari saja. Bagaimana kinerja XL Axiata, sepanjang tahun ini? Sebagai emiten telko, dibandingkan Telkomsel dan Indosat Ooredoo, performa XL Axiata terbilang masih naik turun.

Hingga saat ini agenda transformasi yang dilakukan memang XL Axiata belum menunjukkan hasil yang positif. Emiten yang memiliki kode bursa EXCL ini di quartal III-2016 hanya membukukan pendapatan Rp16 triliun. Padahal di periode yang sama tahun sebelumnya pendapatan operator telekomunikasi asal Malaysia ini bisa mencapai Rp 16,9 triliun.

Kinerja yang masih ‘terseok-seok’ ini juga dapat dilihat dari pertumbuhan laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi (EBITDA) perseroan yang hanya tumbuh 3% YoY menjadi Rp 6,2 triliun. Jumlah ini tentu kontras dengan EBITDA PT Telkom yang melesat 14% YoY. Begitu juga dengan Indosat Ooredoo yang naik 8% YoY. Tak hanya EBITDA saja yang ‘cekak’ pertumbuhannya, margin XL juga terbilang minim hanya  2,8% YoY menjadi 38,6%.

Kinerja yang belum menggembirakan, tak lepas dari strategi yang ditempuh XL dalam dua tahun terakhir. Seperti diketahui, sejak tampuk pimpinan berpindah dari Hasnul Suhaimi ke Dian Siswarini pada 2015, XL tak lagi mengedepankan price leader, sebagai strategi untuk mendongkrak kinerja perusahaan.

Sebagai gantinya, Dian lebih memilih profitability focused model. Dian beralasan, model bisnis yang mengedepankan keuntungan buat perusahaan dinilai lebih cocok mengingat kebutuhan pelanggan lebih beragam, khususnya layanan data yang akan menjadi revenue masa depan bagi operator.

Konsekwensi dari strategi ini, jumlah pelanggan XL merosot drastis, dari 55 juta pelanggan menjadi 48 juta. Namun di sisi lain, XL mulai menuai hasil yang positif karena ARPU mulai meningkat. ARPU perusahaan pada awal Januari 2015 masih sebesar Rp 27 ribu. Namun di kuartal III-2015, mengalami peningkatan menjadi Rp 31 ribu.

Menurut Leonardo Henry Gavaza, CFA Senior Research Manager PT Bahana Securities, strategi yang ditempuh oleh manajemen XL Axiata memang terbilang dilema. Fokus pada quality costumer ternyata tak sepenuhnya bisa berjalan baik, karena user experience XL sebelumnya masih kuat pada tarif murah. Di sisi lain, performa Axis yang diposisikan sebagai fighting brand, juga belum optimal mengingat value dan benefit yang dirasa pelanggan belum setara produk-produk pesaing.

Leo menambahkan, strategi profitability focused model dapat berjalan baik jika pembangunan jaringan, khususnya 4G, terus digenjot secara massif oleh XL. “Karena hal ini sangat berpengaruh terhadap persepsi dan kualitas layanan pelanggan, khususnya layanan data”, ujarnya.

Dengan pertumbuhan yang terbilang stagnan, tak heran jika Leo mensinyalir  memasuki kuartal ketiga 2016, XL telah menerapkan strategi lama, yakni kembali bermain pada tarif yang lebih terjangkau, mengikuti pola yang diterapkan oleh Indosat Ooredoo yang terlihat lebih hati-hati. Tujuannya agar, pengguna dapat menikmati layanan lebih banyak dengan tarif lebih murah, sehingga perusahaan dapat menikmati lebih banyak revenue.

Leo menunjuk, tarif promo Rp 59 permenit untuk tarif telpon antara operator, yang dikeluarkan pada Oktober lalu. Tarif ini merespon Indosat Ooredoo mengeluarkan tarif promosi Rp 1 perdetik untuk tarif telpon antar operator.

Selain mengeluarkan tarif promosi, kedua operator tersebut juga, mengeluarkan paket bicara antar operator yang terbilang murah. Indosat Ooredoo merilis promo paket telepon ke semua operator sebulan dengan kuota 600 menit dibanderol Rp 135 ribu atau setiap menit Rp 225 permenit. Sementara XL mengeluarkan paket telepon ke semua operator sebulan dengan kuota 600 menit dengan harga Rp 120 ribu atau Rp 200 per menit.

Begitu pun dengan paket data. Untuk kouta 1,5 GB dan 3 GB, pelanggan XL Hot Rod cukup membayar Rp 50.000 dan Rp 60.000 untuk masa aktif 30 hari. Bandingkan dengan Simpati Telkomsel, 2 GB dan 4 Gb, pelanggan harus membayar Rp 95.000 dan Rp 155.000 dengan masa aktif yang sama.

 

 

 

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU