Minggu, 3 Agustus 2025
Selular.ID -

Apa Saja Tren Konsumen di 2016?

BACA JUGA

Herdyana Syintawati, Vice President Marketing and Communication Ericsson Indonesia
Herdyana Syintawati, Vice President Marketing and Communication Ericsson Indonesia
Jakarta, Selular.ID – Ericsson rutin melepas laporan tren tahunan sejak 2012. Kali ini, konsumen memprediksi, pada lima tahun mendatang, smartphone menjadi barang kuno. Lebih detil, laporan menunjukkan bahwa konsumen percaya kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) memungkinkan interaksi suatu benda tanpa smartphone.

Misalnya, sebuah vacuum cleaner akan memiliki sensor yang bisa memonitor lantai kotor, sehingga ia bisa langsung membersihkan lantai tanpa harus diperintahkan manusia melalui layar ponsel.

Kecerdasan buatan menjadi salah satu tren dari 10 tren yang dirangkum program riset global Ericsson Consumer Lab tahun lalu. Pembahasan mengenai “10 Hot Consumer Trends for 2016” disampaikan Herdyana Syintawati, Vice President Marketing and Communication Ericsson Indonesia, di Jakarta hari ini (19/1/2016).

Secara umum, tren ini mewakili 1.1 miliar orang yang tersebar di 24 negara, sedangkan 46 juta pengguna smartphone dengan rentang usia 15-69 tahun, di 13 kota-kota besar, yaitu Johannesburg, Sidney, Sao Paulo, Singapura, New York, Moskow, Paris, Istanbul, London, Mexico, San Francisco, Shanghai, dan Tokyo.

Indonesia sendiri, khususnya Jakarta, tidak termasuk dalam survei yang dilakukan tahun lalu. Menurut Nana, sapaan akrabnya, survei dilakukan di tiap regional. Untuk Asia Tenggara, diwakili oleh Sidney dan Singapura. Maka dari itu Indonesia tidak termasuk.

Kendati tidak turut dalam laporan, menurut Nana, terdapat empat tren yang relevan dengan konsumen tanah air. “Streaming Natives sangat relevan di sini,” ujarnya. Mayoritas remaja menonton konten video Youtube setiap hari, lebih banyak dibandingkan kelompok usia lain. Bahkan, hampir setengah dari remaja usia 16-19 tahun menonton Youtube lebih dari satu jam setiap hari.

Tren Netizen Journalists juga disebut Nana meluas di Indonesia. Fokusnya, masyarakat internet lebih waspada dengan pemberitaan yang keliru. Mereka semakin kritis jika terdapat pemberitaan yang salah. Dan fenomena netizen yang kritis itu terjadi di banyak negara dengan pengguna internet yang besar.

Kemudian ada Emergency Chat yang dinilai Nana sangat mungkin bisa direalisasikan di Indonesia. Selain nomor darurat “112” yang bisa diakses pengguna selular tanpa pulsa, platform chat darurat juga semestinya tersedia, pemilik smartphone harusnya bisa mengakses “emergency chat room” tanpa harus berlangganan paket data (pulsa). Karena jaringan sosial sudah menjadi cara yang digemari konsumen untuk menghubungi layanan darurat.

Terakhir, gaya hidup masyarakat yang terpengaruh internet, seperti Sharing Economy menjadi tren di Indonesia. “Lihat saja Go-Jek dan AirBnB, masyarakat yang memiliki kendaraan atau rumah, kemudian menyewakannya, dan membagi pendapatannya, dengan penyedia aplikasi, atau intansi lain yang terkait, itu merebak di sini,” ujarnya.

Selain lima poin di atas, tren konsumen glonal lainnya termasuk:
– Vitual gets real. Pengguna menginginkan teknologi virtual untuk aktivitas sehari-hari, seperti menonton pertandingan olahraga dan melakukan panggilan video. Bahkan, 44% responden mengaku ingin “mencetak” makanan mereka sendiri.
– Sensing homes. Lebih dari setengah pengguna smartphone percaya jika batu bata yang digunakan membangun rumah, bisa ditanam sensor yang memonitor jamur, kebocoran,, dan masalah listrik di lima tahun mendatang.
– Smart commuters. Komuter ingin menggunakan waktunya secara berguna dan tidak merasa sebagai objek pasif saat transit. 68% ingin menggunakan layanan komuter yang terpersonalisasi, jika ada.
– Internables. Sensor internal yang mengukur kesehatan di dalam tubuh. 8 dari 10 pengguna menginginkan memiliki sensor penglihatan dan pendengaran yang membantu mereka melihat lebih jelas tanpa kacamata, dan mendengar lebih jernih. Termasuk sensor memori yang membantu konsumen mengingat segala sesuatu.
– Everything gets hacked. Mayoritas pengguna smartphone percaya bahwa hacking dan virus akan terus terjadi. Kendati demikian, mereka akan tetap melakukan apa yang dilakukan saat ini, seperti berinternet dari platform mana saja.

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU