Selular.id – Pasar ponsel lipat di Eropa tumbuh pesat dengan kenaikan pengiriman 37% pada 2024 dibandingkan tahun sebelumnya.
Namun, perangkat ini masih hanya mencakup 2% dari total pasar smartphone di benua tersebut.
Data dari Counterpoint Research (CR) mengungkapkan, pertumbuhan terbesar datang dari model book-style (layar ganda seperti buku) yang naik 60% secara tahunan (YoY), meski pangsa pasarnya baru mencapai 1%.
Dominasi Samsung yang sempat mencapai 98% pada 2022 terus terkikis.
Di akhir 2023, pangsa mereka turun menjadi 73% setelah kehadiran pesaing seperti Honor, Google, OnePlus, dan Tecno. Tren ini berlanjut di 2024, di mana Samsung hanya menguasai 50% pasar meski penjualannya tumbuh 10%.
Honor menjadi pemain terbesar kedua dengan 34% pangsa pasar dan pertumbuhan fantastis 377% YoY. Posisi ketiga ditempati Google (9%, +72%), disusul Oppo (4%, +10%), dan Tecno (2%, +88%).
Persaingan semakin ketat dengan rencana peluncuran Honor Magic V5 di Eropa bulan ini. Perangkat ini disebut lebih murah dibanding Samsung Galaxy Z Fold7, seperti di pasar Ceko yang harganya 1.735 euro vs 2.000 euro.
Sementara itu, Google diprediksi merilis Pixel 10 Pro Fold pada Oktober, dan Apple dikabarkan akan meluncurkan iPhone lipat pertamanya akhir 2026.
Baca Juga:
CR memproyeksikan ponsel lipat akan semakin mendominasi segmen premium. Pada 2028, penjualannya diprediksi mencapai 4 juta unit per tahun di Eropa (lebih dari 2% total pasar).
Di segmen perangkat berharga $800 ke atas, pangsa foldable bisa menyentuh 10%, terutama di pasar kunci seperti Inggris dan Jerman.
Meski sempat lesu di awal 2024 karena minimnya produk baru, gelombang peluncuran di paruh kedua tahun ini diperkirakan memacu pertumbuhan.
Seperti diungkap dalam laporan Daftar HP Paling Laris 2025, dinamika pasar global turut memengaruhi strategi vendor.
Perubahan lanskap ini memaksa Samsung meningkatkan kompetitifitas Galaxy Z Fold7.
Namun, dengan kehadiran Magic V5 dan ancaman Apple di masa depan, pertarungan segmen premium akan semakin sengit. Sejarah menunjukkan, dominasi pasar bisa berubah cepat, seperti kasus Siemens yang pernah jaya lalu kolaps.