Selular.id – Grab dan Maxim menyampaikan tanggapan resmi terkait rencana kenaikan tarif transportasi daring (ojol) yang sedang dikaji oleh Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Kedua perusahaan menyatakan siap berkoordinasi dengan pemerintah, namun mengkhawatirkan dampak kenaikan tarif terhadap permintaan layanan dan pendapatan mitra pengemudi.
Tirza Munusamy, Chief of Public Affairs Grab Indonesia, mengatakan bahwa perusahaan siap berdialog terbuka dengan pemerintah terkait penyesuaian tarif. Namun, dia menegaskan bahwa perubahan kebijakan ini tidak mudah dan akan menimbulkan tantangan bagi semua pihak. “Kami terus menjalin koordinasi dan siap berdialog secara terbuka terkait berbagai rencana kebijakan, termasuk yang menyangkut penyesuaian tarif transportasi daring,” kata Tirza.
Grab menilai kebijakan tarif baru berpotensi memengaruhi berbagai aspek, seperti penghasilan mitra pengemudi dan sensitivitas harga di kalangan konsumen. Dalam industri transportasi daring yang kompetitif, perusahaan menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara keberlangsungan pendapatan mitra dan risiko menurunnya permintaan akibat harga layanan yang kurang kompetitif.
Untuk mengantisipasi hal ini, Grab aktif menyerap masukan dari mitra pengemudi melalui forum-forum komunikasi rutin seperti Kopdar dan Forum Diskusi Mitra (Fordim). Seperti dilaporkan sebelumnya dalam artikel Selular.id, kenaikan tarif sebelumnya tidak selalu berdampak negatif pada pendapatan driver.
Baca Juga:
Di sisi lain, Maxim juga menyatakan keprihatinannya terhadap rencana kenaikan tarif. Muhammad Rafi Assagaf, Government Relation Specialist Maxim Indonesia, memperingatkan bahwa kenaikan tarif berisiko mengurangi permintaan layanan dan memperburuk pendapatan mitra pengemudi. “Kenaikan tarif akan membuat masyarakat mengurangi pemesanan perjalanan dan membuat beberapa pengguna cenderung tidak memesan layanan e-hailing untuk jarak dekat,” jelas Rafi.
Maxim mengutip pengalaman di beberapa daerah seperti Makassar dan Palopo, di mana kenaikan tarif membuat permintaan anjlok hingga 50% dalam dua minggu pertama, dengan lebih dari 30% konsumen berhenti menggunakan layanan. Hal ini sejalan dengan analisis sebelumnya yang dibahas dalam prediksi tarif ojol terbaru akibat kenaikan harga BBM.
Sementara itu, Kemenhub melalui Direktur Jenderal Perhubungan Darat Aan Suhana menyatakan bahwa proses kajian penyesuaian tarif ojol masih berlangsung. “Otoritas perhubungan negara hingga saat ini masih terus mengkaji secara mendalam proses revisi, yang turut mendapat respons dari kalangan ojol tersebut,” jelas Aan di kantor Kemenhub.
Proses kajian tersebut dilakukan secara bertahap meliputi pertemuan bersama pakar dan akademisi yang direncanakan akan mulai pada pekan ini. Pertemuan selanjutnya akan melibatkan sejumlah perwakilan dari kalangan perusahaan transportasi online atau aplikator, termasuk perwakilan mitra pengemudi dengan masing-masing kesempatan terpisah.
Menanggapi perkembangan ini, Ade dari salah satu perusahaan transportasi daring menyatakan bahwa langkah ini penting untuk menjaga keberlanjutan ekosistem transportasi daring. “Kami akan terus berkoordinasi dan bekerjasama dengan pemerintah dalam menjalankan kebijakan yang sesuai dengan aturan yang berlaku,” terangnya.
Sebagaimana pernah terjadi sebelumnya, seperti dilaporkan dalam artikel Selular.id tahun 2018, kenaikan tarif seringkali menjadi solusi untuk meredakan ketegangan antara driver dan perusahaan.
Dengan berbagai pertimbangan ini, keputusan akhir mengenai kenaikan tarif ojol masih menunggu hasil kajian lebih lanjut dari Kemenhub. Proses ini diharapkan dapat menghasilkan kebijakan yang seimbang antara kepentingan konsumen, mitra pengemudi, dan perusahaan penyedia layanan.