Jumat, 1 Agustus 2025
Selular.ID -

Pontang Panting Samsung Di Bisnis Jaringan Telekomunikasi

BACA JUGA

Uday Rayana
Uday Rayana
Editor in Chief

Selular.ID – Penyedia peralatan jaringan yang setengah “kelaparan”, kini bertanya-tanya kapan dan dari mana makanan mereka berikutnya akan datang.

Hidup dengan jatah makanan yang hemat hampir sepanjang tahun lalu, membuat perusahaan di sektor ini harus bertahan hidup.

Ericsson dan Nokia telah memangkas ribuan pekerjaan. Ini adalah respons terhadap kemerosotan penjualan terburuk sejak kejatuhan perusahaan-perusahaan dotcom, dua dekade lalu.

Praktik tersebut kini telah mencapai Korea Selatan, di mana bisnis jaringan Samsung juga melakukan pengurangan besar-besaran terhadap jumlah tenaga kerjanya, menurut laporan surat kabar lokal dan berbagai sumber yang mengetahui masalah ini.

Berbeda dengan pesaingnya di wilayah Nordik, yang bebas setiap saat memberhentikan stafnya, Samsung diketahui hanya dapat memindahkan pekerjanya dari bisnis jaringan ke divisi lain dalam lingkungan perusahaan.

Lihat Juga:

Sekitar 700 dari 4.000 karyawan di Korea Selatan sedang dipindahtugaskan, menurut sebuah berita di Business Korea belum lama ini.

Salah satu sumber menjelaskan langkah tersebut dengan mengacu pada undang-undang ketenagakerjaan lokal yang ketat sehingga membuat PHK secara langsung sulit dilakukan.

Yang lain mengatakan program ini mempengaruhi seperempat pekerjaan teknik serta sepersepuluh pekerjaan di Amerika Utara.

Perwakilan Samsung mengakui keberadaan program tersebut tetapi menolak mengkonfirmasi keakuratan rinciannya.

Penyusutan tenaga kerja bukanlah hal yang mengejutkan. Pendapatan bisnis jaringan Samsung turun 31% pada kuartal pertama 2024, menjadi hanya 740 miliar won Korea Selatan (US$530 juta), dibandingkan periode tahun sebelumnya.

Penurunan tersebut mengikuti penurunan penjualan hampir 30% pada 2023, menjadi KRW3,78 triliun ($2,7 miliar).

Di Amerika Utara, salah satu pasar yang paling menguntungkan bagi vendor peralatan, perusahaan telekomunikasi mengandalkan stok yang mereka kumpulkan sebelumnya dibandingkan membeli suku cadang baru.

Verizon, pelanggan terbesar Samsung di Amerika Utara, hanya membukukan belanja modal sebesar $4,4 miliar pada kuartal pertama, turun dari $6 miliar pada tahun sebelumnya.

Baca Juga: Samsung Galaxy Z Fold 6 dan Z Flip 6 Bakal Segera Diluncurkan, Usung Berbagai Peningkatan dan Fitur Unggulan

Belanja Modal Operator Turun Drastis

Di luar Amerika, operator secara global merasa tidak perlu lagi berinvestasi pada peralatan jaringan, sehingga mengurangi belanja modal mereka.

Firma riset pasar Omdia, anak perusahaan Light Reading, telah menghitung bahwa keseluruhan pengeluaran untuk produk jaringan akses radio (RAN) turun 11% pada tahun lalu. Mereka memperkirakan kontraksi lain antara 7% dan 9% tahun ini.

Hal ini khususnya menjadi masalah bagi Samsung, yang tampaknya menghasilkan sebagian besar pendapatan jaringannya dari penjualan teknologi 4G dan 5G dan tidak memiliki kehadiran signifikan di sektor lain.

Lemahnya minat belanja sebagian disebabkan oleh kegagalan 5G dalam menghasilkan pendapatan tambahan bagi perusahaan telekomunikasi, yang keluhannya mengenai rendahnya pengembalian investasi semakin meningkat pada tahun lalu.

Namun demikian, bos Ericsson dan Nokia berpendapat bahwa pertumbuhan lalu lintas data selular akan segera memaksa pelanggan mereka untuk berinvestasi pada kapasitas tambahan untuk jaringan mereka.

Sayangnya, argumen tersebut dinilai tidak sepenuhnya tepat. Beberapa komentator tidak yakin belanja operator selular akan mengalami peningkatan yang signifikan.

Laju pertumbuhan lalu lintas data, menurut beberapa analis, tidak lagi bersifat “eksponensial”, seperti yang ditekankan oleh beberapa perusahaan telekomunikasi, namun justru melambat.

Dalam buku putih baru-baru ini, Analysys Mason, sebuah perusahaan konsultan dan analis, mengatakan tidak akan ada pemulihan siklus saat ini.

Intensitas modal, yang mengukur pengeluaran sebagai persentase penjualan, akan turun dari rata-rata sekitar 20% saat ini menjadi antara 12% dan 14% pada akhir dekade ini, katanya.

Berita tentang pemutusan hubungan kerja di bisnis jaringan Samsung muncul beberapa bulan setelah Ericsson mengatakan akan mengurangi jumlah karyawan di Swedia sebanyak 1.200 peran di tengah kondisi yang “menantang”.

Laporan triwulanan terbaru menunjukkan bahwa jumlah karyawan turun 6,389 posisi antara akhir tahun 2022 dan Maret 2024, menjadi 99,140.

Penjualan bisnis jaringan Ericsson turun 21% pada kuartal pertama menjadi 33,7 miliar kronor Swedia ($3,2 miliar), dibandingkan periode tahun sebelumnya. “Inisiatif biaya” bertanggung jawab atas peningkatan margin kotor sebesar 4,3 poin persentase menjadi 44%, kata Ericsson.

Situasinya terlihat lebih buruk lagi di Nokia setelah kehilangan kontrak besar AT&T dari Ericsson tahun lalu. Penjualan jaringan seluler kuartal pertama turun 39% dari tahun ke tahun, menjadi €1,58 miliar ($1,7 miliar).

Meskipun Nokia juga menandai peningkatan margin kotornya, grup bisnis jaringan seluler tersebut mengalami kerugian operasional sebesar €42 juta ($45 juta), dibandingkan dengan laba sebesar €137 juta ($147 juta) pada tahun sebelumnya.

CEO Pekka Lundmark bertujuan untuk mengurangi jumlah karyawan menjadi antara 72,000 dan 77,000 karyawan pada akhir 2026. Tahun lalu, Nokia mempekerjakan 86,689 orang, menurut laporan tahunan terbarunya.

Baca Juga: Samsung Tidak Menyerah Bawa Chip Flagship Exynos di Tahun Ini

Peluang Komersial Terbatas

Dalam hal penjualan, dengan nilai tukar saat ini, Samsung tahun lalu hanya menghasilkan sekitar seperempat dari pendapatan Nokia dan hanya 16% dari pendapatan Ericsson di pasar peralatan seluler.

Menandingi perusahaan-perusahaan Nordik dalam hal penelitian dan pengembangan (R&D), tidak mungkin dilakukan kecuali Samsung siap menjalankan bisnis jaringannya dengan kerugian besar.

Secara keseluruhan pengeluaran penelitian dan pengembangan tahun lalu di Ericson dan Nokia mencapai sekitar $9,5 miliar.

Robert Soni, seorang eksekutif AT&T, memperkirakan sekitar $5 miliar di antaranya digunakan untuk jaringan seluler.

Hal ini berarti Samsung harus menghabiskan sekitar $2,5 miliar, hanya $200 juta lebih sedikit dibandingkan penjualan tahun lalu, untuk mencapai keseimbangan tahunan.

Tentu saja, Samsung selalu dapat mengalihkan sumber daya dari bagian lain grupnya, karena memiliki total anggaran penelitian dan pengembangan sekitar $20,4 miliar pada 2023.

Namun laporan pemotongan menunjukkan hal sebaliknya yang terjadi. Salah satu sumber mengatakan departemen R&D di bisnis jaringan Samsung telah dipotong sebesar 20%.

Sementara itu, peluang komersial bagi Samsung nampaknya terbatas. Di Amerika Utara, sifat “vendor tunggal” dalam kontrak AT&T senilai $14 miliar dengan Ericsson tidak memberikan banyak ruang bagi vendor peralatan besar lainnya.

Di India, para operator berhenti sejenak setelah berlomba membangun jaringan 5G secara nasional tahun lalu. Tarif yang rendah membuat ekspansi operator terhenti.

Samsung juga telah kehilangan pangsa pasar di negara besar Asia karena Ericsson dan Nokia. Kedua vendor Nordik tersebut menjual produk 5G ke Reliance Jio, operator terbesar di India, yang selama ini hanya mengandalkan Samsung untuk jaringan 4G.

Harapan terbaik Samsung adalah tender peralatan yang banyak dibicarakan oleh Vodafone, yang mencakup sekitar 170.000 stasiun pangkalan (BTS) di Eropa dan Afrika, sebagaimana dikonfirmasi dalam laporan tahunan terakhir perusahaan telekomunikasi tersebut.

Mengacu pada prospek RAN terbuka, yang memungkinkan produk-produk dari vendor berbeda untuk digabungkan di situs seluler yang sama, Vodafone telah menjadikan Samsung sebagai titik tumpu peluncuran konsep ini di Inggris dan Rumania.

Mereka juga berada di bawah tekanan politik yang semakin besar untuk mengusir Huawei, vendor China yang kontroversial, dari jaringan di seluruh Eropa.

Orange juga mencoba teknologi Samsung di Rumania, salah satu dari beberapa negara Eropa yang memberlakukan pembatasan terhadap Huawei.

Seperti Vodafone, operator Perancis ini sangat antusias dengan RAN terbuka dan mungkin tertarik pada Samsung,  karena tidak adanya alternatif lain selain Ericsson dan Nokia.

Meski sejumlah pasar masih menjanjikan, namun bisnis jaringan Samsung belum berada pada titik aman. Persaingan ketat dengan empat pemain utama (Huawei, ZTE, Ericsson, Nokia), membuat vendor Korea Selatan itu harus memutar otak.

Faktanya, setelah perkembangan terkini dalam bidang lapangan kerja, imbas ketatnya persaingan dan penurunan belanja modal operator, membuat kelangsungan hidup sejumlah pemain kecil seperti Samsung tentu diragukan.

Baca Juga: Samsung Gagal Pakai Exynos Untuk S25? Ini Analisisnya

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU