Selular.ID – Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga. Bisa jadi itulah nasib yang dialami oleh Samsung sepanjang 2023.
Untuk diketahui, di tengah menurunnya perolehan laba, Samsung harus merelakan posisi sebagai penguasa pasar ponsel, jatuh ke tangan Apple.
Sejatinya, sejak tiga tahun terakhir, Samsung berupaya keras untuk membalikkan keadaan. Langkah turn-arround termasuk membentuk divisi MX yang menggabungkan IT dan Komunikasi Selular dan grup Elektronik Konsumen.
Penggabungan bertujuan menyelaraskan kedua grup dalam mengembangkan produk terhubung yang bekerja dengan mulus satu sama lain.
Sayangnya, upaya tersebut ternyata belum mampu membawa Samsung keluar dari zona merah. Kinerja chaebol Korea itu mengalami penurunan drastis, terutama dari sisi laba. Tercatat, laba Samsung anjlok selama empat kuartal berturut-turut.
Teranyar, profit Samsung pada Q4 2023 menukik sebesar 35% secara tahun-ke-tahun (yoy). Persentasi itu lebih parah ketimbang prediksi analis.
Hal ini disebabkan lemahnya permintaan di beberapa unit bisnis Samsung. Hanya bisnis chip memori yang menunjukkan pertumbuhan positif.
Sebelumnya raksasa Korea Selatan tersebut mengestimasikan profit operasional anjlok ke 2,8 triliun won selama periode Oktober hingga Desember 2023, dikutip dari Reuters, Selasa (9/1/2024).
Angka itu lebih kecil ketimbang profit operasional di periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 4,31 triliun won.
Lesunya penjualan ponsel Samsung menandakan permintaan terhadap perangkat konsumen dan chip yang menggerakkan tetap lesu.
Tercatat penjualan dua flagship smartphone lipat Samsung juga menurun 1 juta unit dibandingkan Q3 2023. Hal ini turut berkontribusi pada penurunan pendapatan.
Analis mengatakan profit operasional yang lebih rendah ketimbang prediksi disebabkan kontrak manufaktur chip, prosesor mobile, televisi, dan perangkat rumah tangga yang tak begitu ‘seksi’ di periode akhir tahun.
“Satu-satunya hal yang meningkat adalah chip memori. Sebab, produsen PC dan mobile asal China mulai restocking chip memori di Q4 2023 setelah stok lama menipis, kata analis BNK Investment & Securities, Lee Min-hee.
“Permintaan konsumen belum kuat. Jika suku bunga tak kunjung menurun untuk menggejot ekonomi, kondisi ini tak akan berubah jauh,” ia menambahkan.
Melemahnya kinerja Samsung, dimanfaatkan para pesaingnya, terutama Apple yang merupakan seteru abadi. Kedua vendor selama ini bersaing ketat, memperebutkan pasar smartphone di segmen premium.
Menurut laporan IDC, raksasa teknologi yang berbasis di Seoul itu, baru-baru ini kehilangan mahkotanya sebagai pembuat ponsel pintar terbesar di dunia yang diambil alih oleh Apple.
Tercatat sepanjang 2023, Apple berhasil menggeser posisi Samsung sebagai raja ponsel dunia, berdasarkan jumlah penjualan total dan market share.
“Apple tak cuma mencatat pertumbuhan positif dibandingkan jejeran produsen ‘top 3’, tetapi juga berhasil menjadi juara 1 untuk pertama kalinya sepanjang sejarah,” kata Direktur Riset tim Worldwide Tracker IDC, Nabila Popal, dikutip dari situs resmi IDC, Selasa (16/1/2024).
Lebih lanjut, Popal mengatakan performa gemilang Apple disokong oleh tren smartphone premium yang makin tumbuh dalam setahun terakhir. Saat ini, smartphone premium berkontribusi terhadap 20% dari pasar ponsel keseluruhan.
Seperti halnya IDC di seluruh dunia serta perusahaan riset Canalys, pasar ponsel pintar mencatat pertumbuhan tahun-ke-tahun sebesar 8,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Canalys mencatat, Apple mampu merajai pasar smartphone secara global, sekaligus memecahkan rekor tak terkalahkan Samsung selama 13 tahun berturut-turut.
Tercatat, berkat performa gemilang sejumlah varian, seperti iPhone 15, Apple mampu mendominasi seluruh pasar ponsel pintar untuk pertama kalinya sepanjang 2023 dan juga di Q4.
Raksasa asal Cupertino – California itu, mengirimkan 80,5 juta unit pada kuartal keempat. Sedangkan untuk tahun 2023 penuh, perusahaan mengirimkan 234 juta unit. Apple yang kini dipimpin oleh Tim Cook, memiliki pangsa pasar 20,1 persen pada tahun 2023.
Samsung berada di urutan kedua dengan hampir 226 juta pengiriman dan pangsa pasar 19,4 persen sepanjang 2023. Vendor yang berbasis di ibu kota Korea Selatan – Seoul itu, hanya mampu mengirimkan 53 juta unit pada Q4 2023.
Baca Juga: Jalan Terjal Bos Samsung Lee Jae-yong: Dihukum Penjara Lima Tahun Kini Dibebaskan
Kembalinya Sang CEO dan Pre-Order S24 yang Melebihi Ekspektasi
Namun di tengah merosotnya penjualan, Samsung memperoleh kabar yang cukup baik. Lee Jae-yong, sang CEO, dinyatakan tidak bersalah oleh pengadilan Seoul pada Senin (5/2/2024).
Sebelumnya, Lee dikenakan tuduhan manipulasi saham dan penipuan akuntansi terkait dengan merger kontroversial dua afiliasi Samsung pada 2015.
Pembebasan ini merupakan sebuah kelegaan besar bagi Lee, yang telah terlibat dalam masalah hukum selama bertahun-tahun.
Selama persidangannya tahun lalu, Lee telah meminta maaf atas masalah yang dialami Samsung dan pemegang sahamnya akibat perjuangan hukumnya.
“Dunia sedang menghadapi risiko geopolitik dan negara kita berada di tengah-tengah risiko tersebut. Inovasi teknologi terjadi di dunia ini dengan kecepatan yang lebih cepat dari yang kita bayangkan,” kata Lee kepada para juri.
“Saya percaya bahwa kita perlu mengambil tindakan pencegahan terhadap masa depan yang tidak dapat diprediksi, dan merger kedua perusahaan didorong dalam hal ini.”
“Di masa depan, saya ingin meminta kesempatan untuk membantu Samsung menjadi perusahaan yang benar-benar terkemuka dan memfokuskan seluruh kemampuan saya untuk maju,” pungkas Lee.
Di luar kembalinya Lee untuk memimpin perusahaan, Samsung juga memperoleh semangat baru yang diyakini dapat mendorong peningkatan penjualan.
Pasalnya, flagship teranyar yang belum lama ini diluncurkan Galaxy S24, terutama S24 Ultra, mendapat sambutan yang sangat baik di pasar.
Padahal Galaxy S24 Ultra dibanderol lebih tinggi dari S24 dan S24 Plus. Kendati begitu tidak mengurangi minat konsumen untuk meminangnya.
Hal tersebut berdasarkan data internal Samsung selama masa pre-order di seluruh dunia. Galaxy S24 Ultra mendominasi pemesanan dibanding kedua saudaranya.
“Samsung menorehkan angka penjualan pre order di seluruh dunia yang meningkat dua digit dibandingkan dari pendahulunya, dengan lebih dari 65% konsumen yang memilih varian Galaxy S24 Ultra. Jumlah tersebut tentunya akan terus bertambah mengingat masa pre order yang masih berlangsung hingga 6 Februari mendatang,” ujar pihak Samsung.
Tren peningkatan penjualan memang terjadi di sejumlah negara. Dinukil dari GSM Arena, Rabu (7/2/2024), Samsung baru saja memecahkan rekor pre order di Korea Selatan, India, dan Belanda.
Atas pencapaian itu, Samsung memutuskan untuk meningkatkan target pengiriman seri Galaxy S24 menjadi 13 juta unit pada paruh pertama 2024.
Sumber yang dikutip GSM Arena mengungkapkan, sebelumnya Samsung menargetkan pengiriman 12 juta unit pada paruh pertama 2024, artinya meningkat sebesar satu juta unit.
Baca Juga: Penyakit Lama Masih Ada Terasa Di Samsung Galaxy S24