9 July 2014 10:00
Organisasi Kesehatan Dunia atau biasa disingkat WHO memperkirakan terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia, di mana lebih dari 80 persen berasal dari negara-negara berpenghasilan rendah. Inilah yang membuat tidak semua penderita bisa mendapatkan penanganan langsung dari dokter mata, terutama jika mereka tinggal di bagian terpencil dunia. khususnya Asia Tenggara dan Afrika.
Tim peneliti dari London yang dibawahi Dr Bastawrous telah memanfaatkan kekuatan teknologi mobile untuk memberikan perawatan mata dengan cara baru yang inovatif, melalui aplikasi bernama Peek.
Cara kerja Peek menggunakan clip-on hardware dan aplikasi mobile, yang bila dihubungkan dapat mengubah sebuah smartphone Android menjadi perangkat pemeriksaan mata portabel. Peek pun dapat melakukan diagnosa dengan cukup akurat mendeteksi kebutaan, gangguan penglihatan, katarak, glaukoma, degenerasi makula, retinopati diabetes, penyakit saraf retina dan optik lainnya, serta indikator penting dari tumor dan perdarahan otak.
Aplikasi Peek berisikan beberapa fitur, termasuk geotagging, yang membuatnya lebih mudah untuk mencari pasien. Ada juga sejumlah tes mata untuk beberapa bagian tertentu seperti bidang visual, kejernihan penglihatan, pencitraan retina, tes buta warna, tes katarak, dan lain-lain.
Saat ini, Peek sedang dikembangkan oleh tim peneliti di London, dan mengambil lokasi di Kenya untuk menjajal aplikasi. Para peneliti Peek berencana melakukan berbagai studi dengan aplikasi tersebut, dan mereka juga terbuka untuk saran. Alat ini dimaksud untuk menyasar daerah minim peralatan medis. Peek diharapkan bisa membantu penderita masalah mata tanpa harus dikenakan biaya peralatan yang mahal. (Choi)
Sumber : http://www.lshtm.ac.uk/