Minggu, 23 November 2025
Selular.ID -

Telkomsel Terapkan AI untuk Tekan Penipuan Digital, Dukung Kebijakan Komdigi

BACA JUGA

Selular.id – PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) secara resmi mengimplementasikan teknologi keamanan berbasis kecerdasan artifisial (AI) guna menekan maraknya aktivitas penipuan digital seperti spoofing dan phishing.

Langkah ini merupakan respons langsung terhadap kebijakan Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) yang mendorong operator telekomunikasi memperkuat perlindungan bagi pelanggan.

VP Corporate Communications & Social Responsibility Telkomsel, Abdullah Fahmi, menyatakan pihaknya menyambut positif kebijakan Komdigi tersebut.

Menurutnya, penguatan sistem anti-scam berbasis teknologi, termasuk pemanfaatan AI, sejalan dengan komitmen Telkomsel dalam meningkatkan perlindungan pelanggan dan menjaga ekosistem digital yang aman.

“Kebijakan ini sejalan dengan komitmen Telkomsel untuk meningkatkan perlindungan pelanggan dan menjaga ekosistem digital,” jelas Fahmi dalam keterangan resminya, Kamis (20/11/2025).

Fahmi mengungkapkan bahwa Telkomsel telah menerapkan berbagai langkah penguatan keamanan jaringan dan layanan.

Di antaranya adalah penggunaan sistem deteksi anomali berbasis AI, pemblokiran trafik yang berindikasi spoofing atau phishing, serta pemantauan pola panggilan dan SMS mencurigakan secara real-time.

Untuk memperkuat aspek responsif, Telkomsel menyediakan berbagai kanal pelaporan yang mudah diakses pelanggan.

Laporan dapat disampaikan melalui Call Center 188, fitur Bantuan di aplikasi MyTelkomsel, email layanan pelanggan (cs@telkomsel.com), akun media sosial resmi Telkomsel, kanal pelayanan di GraPARI, maupun SMS pengaduan khusus ke 1166 dengan format: penipuan#nomor#isi sms penipuan.

“Sehingga pelanggan dapat dengan mudah menyampaikan laporan indikasi penipuan atau aktivitas digital mencurigakan untuk ditindaklanjuti,” tegas Fahmi.

Kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan juga terus diintensifkan.

Telkomsel aktif bekerja sama dengan Komdigi dalam program pencegahan dan pemblokiran konten ilegal, peningkatan literasi digital, serta pemantauan jaringan untuk mengantisipasi potensi penyalahgunaan perangkat ilegal seperti Base Transceiver Station (BTS) palsu.

Kampanye edukasi publik tentang bahaya judi online dan kejahatan siber juga menjadi fokus Telkomsel.

Perusahaan mengintegrasikan pesan kampanye ini dengan program literasi digital seperti Internet BAIK dan inisiatif Telkomsel Jaga Data, untuk memperkuat kesadaran masyarakat terhadap risiko kejahatan siber.

Fahmi mengakui bahwa upaya memperkuat perlindungan pelanggan dari penipuan tidak lepas dari tantangan.

Menurutnya, tantangan utama adalah cepatnya evolusi modus penipuan digital.

Pola spoofing, masking, phishing, hingga pemanfaatan perangkat ilegal seperti Fake BTS terus berubah, sehingga sistem AI harus dapat diperbarui secara adaptif dan berkelanjutan untuk tetap efektif.

Selain itu, penanganan penipuan digital memerlukan pendekatan lintas ekosistem.

Aktivitas penipuan kini melibatkan banyak platform telekomunikasi, aplikasi pesan, hingga layanan finansial.

Kondisi ini membuat integrasi data dan koordinasi lintas sektor menjadi kebutuhan penting agar deteksi dan penanganan bisa dilakukan secara komprehensif.

Seperti yang terjadi di Hong Kong, pemanfaatan AI telah terbukti efektif tidak hanya untuk keamanan tetapi juga dalam meningkatkan kinerja bisnis operator seluler.

Pengalaman ini bisa menjadi pembelajaran berharga bagi industri telekomunikasi Indonesia.

Di sisi lain, upaya peningkatan keamanan digital juga dilakukan oleh berbagai pihak.

Shopee misalnya, meluncurkan buku ‘AMAN’ sebagai bagian dari strategi melawan penipuan online.

Sementara itu, kompetitor seperti Indosat memilih fokus mengejar pelanggan berkualitas meski jumlah pelanggannya mengalami penurunan.

Dengan pendekatan kolaboratif dan berkelanjutan, Telkomsel menyatakan kesiapannya mendukung implementasi kebijakan anti-scam pemerintah.

Komitmen ini diharapkan dapat meningkatkan keamanan dan kenyamanan pelanggan dalam beraktivitas di dunia digital.

Sebelumnya, Komdigi telah menegaskan bahwa maraknya penipuan digital menuntut penguatan teknologi anti-scam di industri telekomunikasi.

Modus pelaku disebut berkembang dari spoofing dan masking hingga manipulasi nomor melalui celah teknis di jaringan.

Direktur Jenderal Ekosistem Digital Komdigi, Edwin Hidayat Abdullah, mengungkapkan bahwa penipuan kini tidak hanya terjadi via panggilan, tetapi melintasi berbagai kanal komunikasi.

“Saat ini, isu yang paling sering muncul adalah mengenai scam call atau panggilan penipuan. Penipuan ini terjadi melalui telepon, SMS, messenger service, surat elektronik, dan berbagai saluran lain,” kata Edwin dalam acara Ngopi Bareng di Kantor Komdigi, Jakarta Pusat, Jumat (14/11/2025).

Implementasi teknologi AI oleh Telkomsel ini menjadi langkah konkret dalam merespons kekhawatiran tersebut.

Dengan sistem yang terus diperbarui dan ditingkatkan, diharapkan dapat menekan angka penipuan digital yang semakin variatif modus operandinya.

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU