Senin, 13 Oktober 2025
Selular.ID -

China Balas Sanksi AS dengan Selidiki Nvidia dan Qualcomm

BACA JUGA

Selular.id – Perang dagang teknologi antara Amerika Serikat dan China memasuki babak baru.

Setelah Washington memperketat pembatasan ekspor chip canggih, Beijing membalas dengan menyelidiki dua raksasa semikonduktor AS, Nvidia dan Qualcomm, atas dugaan pelanggaran hukum antimonopoli.

Langkah ini memperpanjang daftar ketegangan bisnis antara kedua negara yang telah berlangsung bertahun-tahun.

Badan pengawas pasar China, State Administration for Market Regulation (SAMR), secara resmi meluncurkan penyelidikan terhadap Qualcomm terkait akuisisi perusahaan chip Israel, Autotalks.

Regulator menilai Qualcomm tidak melaporkan secara formal bagaimana akuisisi ini mempengaruhi persaingan pasar chip di China.

Autotalks sendiri merupakan perusahaan yang mengkhususkan diri pada chip komunikasi untuk kendaraan otonom.

Qualcomm akhirnya menyelesaikan akuisisi Autotalks pada Juni 2025 setelah sempat mundur dari kesepakatan pada 2024.

Akuisisi ini merupakan bagian dari strategi Qualcomm untuk memperkuat bisnis chip otomotif dan komunikasi kendaraan.

Perusahaan menyatakan komitmennya untuk bekerja sama penuh dengan otoritas China dan mendukung pertumbuhan mitra serta pelanggan lokal.

Ini bukan pertama kalinya Qualcomm menghadapi kendala regulator di China.

Pada 2018, pemerintah China menahan persetujuan akuisisi Qualcomm terhadap NXP Semiconductors asal Belanda, yang akhirnya berujung pada pembatalan kesepakatan.

Kejadian tersebut terjadi di puncak ketegangan dagang AS-China selama masa jabatan pertama Presiden Donald Trump.

Ketergantungan Qualcomm pada Pasar China

Meski hubungan bisnis kerap tegang, Qualcomm tetap mempertahankan komunikasi dengan China. CEO Qualcomm, Cristiano Amon, bahkan diundang langsung oleh Presiden Xi Jinping untuk menghadiri forum tahunan selama dua tahun berturut-turut.

Forum ini mempertemukan pejabat tinggi China dengan para pemimpin perusahaan asing.

Ketergantungan Qualcomm pada pasar China tidak bisa dianggap remeh. Perusahaan pembuat chip smartphone dan otomotif ini mengandalkan Negeri Tirai Bambu untuk hampir separuh pendapatan globalnya.

Fakta ini membuat Qualcomm harus menjaga hubungan baik dengan regulator China meski di tengah gejolak perang dagang.

Posisi strategis China dalam rantai pasokan global semikonduktor membuat berbagai perusahaan teknologi dunia harus beradaptasi dengan regulasi setempat.

Ketegangan ini terjadi dalam konteks yang lebih luas dimana Taiwan tegaskan tolak permintaan AS bagi produksi chipset 50:50, menunjukkan kompleksitas geopolitik di industri semikonduktor.

Nvidia Jadi Sasaran Investigasi

Sementara itu, Nvidia juga menghadapi tekanan regulator yang sama.

Pada September lalu, SAMR menyatakan hasil penyelidikan awal menunjukkan Nvidia melanggar hukum antimonopoli China dalam akuisisi Mellanox Technologies.

Perusahaan asal Israel ini diakuisisi Nvidia pada 2020 untuk memperkuat bisnis data center.

Pernyataan regulator kemudian diperkuat dengan langkah baru pemerintah China bulan ini, yang meluncurkan penyelidikan lanjutan terhadap Nvidia.

Menurut laporan Financial Times, otoritas China kini memperketat pengawasan terhadap impor chip Nvidia.

Bahkan, tim tambahan bea cukai ditempatkan di berbagai pelabuhan besar untuk memeriksa setiap pengiriman chip asal AS.

Langkah-langkah pengawasan ketat ini mencerminkan strategi China yang semakin agresif dalam melindungi kepentingan nasional di sektor teknologi.

Dalam perkembangan terkini, kriptografi pasca-kuantum jadi keharusan di era digital menjadi salah satu area dimana kedua negara bersaing ketat.

Industri semikonduktor global kini menyaksikan bagaimana persaingan teknologi AS-China tidak hanya mempengaruhi kebijakan ekspor, tetapi juga praktik akuisisi dan merger.

Kedua negara saling memperketat pengawasan terhadap transaksi bisnis yang dinilai dapat mengancam keamanan nasional atau dominasi teknologi.

Implikasi bagi Industri Teknologi Global

Penyelidikan terhadap Qualcomm dan Nvidia terjadi di tengah upaya China membangun kemandirian di sektor semikonduktor.

Pembatasan ekspor AS sebelumnya telah memicu percepatan pengembangan chip domestik China, meski masih tertinggal dari teknologi mutakhir perusahaan AS.

Bagi perusahaan teknologi global, situasi ini menciptakan lingkungan bisnis yang semakin kompleks.

Mereka harus menavigasi antara kepatuhan terhadap regulasi AS yang membatasi ekspor teknologi canggih ke China, sambil tetap mematuhi hukum kompetisi China yang ketat.

Keputusan regulator China terhadap Qualcomm dan Nvidia akan menjadi penanda penting bagi masa hubungan bisnis teknologi antara kedua negara.

Hasil penyelidikan ini dapat mempengaruhi strategi ekspansi perusahaan semikonduktor AS lainnya yang beroperasi di China.

Perkembangan terbaru ini juga memperlihatkan bagaimana perang dagang telah berevolusi dari sekadar tarif menjadi pertarungan yang lebih sophisticated di level regulasi dan kompetisi.

Dunia bisnis global kini menunggu langkah selanjutnya dari kedua negara dalam konflik teknologi yang semakin mengglobal ini.

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU