Selular.id – Sebuah penyedia layanan keamanan internet di Eropa yang khusus menangani mitigasi serangan Distributed Denial of Service (DDoS) justru menjadi korban serangan siber masif dengan volume mencapai 1,5 miliar paket per detik.
Serangan ini berasal dari ribuan perangkat Internet of Things (IoT) dan router MikroTik yang telah terinfeksi malware, menciptakan gelombang serangan yang sangat besar dan terdistribusi.
Menurut laporan Bleeping Computer pada Kamis (11/9/2024), serangan DDoS tersebut berhasil diatasi oleh FastNetMon, perusahaan yang fokus pada perlindungan terhadap gangguan layanan.
FastNetMon mengungkapkan bahwa lalu lintas jahat berupa UDP flood—jenis serangan yang membanjiri target dengan paket data—diluncurkan dari lebih dari 11.000 jaringan berbeda di seluruh dunia.
Target utama serangan ini adalah penyedia layanan DDoS scrubbing, yaitu layanan yang berfungsi menyaring lalu lintas internet untuk mencegah serangan melumpuhkan sistem. Dengan menerapkan aturan keamanan khusus (access control lists) pada jaringan, FastNetMon berhasil menghentikan serangan dalam waktu singkat.
Peristiwa ini terjadi hanya beberapa hari setelah Cloudflare, perusahaan infrastruktur internet terkemuka, mengumumkan keberhasilannya menahan serangan DDoS terbesar dalam sejarah, dengan volume 11,5 terabit per detik dan 5,1 miliar paket per detik.
Baik dalam kasus FastNetMon maupun Cloudflare, tujuan penyerang adalah membanjiri target dengan data hingga sistem tidak mampu lagi memproses permintaan dan akhirnya mengalami downtime.
Pendiri FastNetMon, Pavel Odintsov, menyatakan bahwa serangan semacam ini semakin berbahaya karena memanfaatkan perangkat sehari-hari yang terhubung ke internet, seperti router dan perangkat pintar.
Dia menekankan pentingnya langkah pencegahan dari penyedia layanan internet (ISP) agar perangkat yang terinfeksi tidak dapat digunakan sebagai senjata serangan siber.
“Yang membuat kasus ini luar biasa adalah banyaknya sumber terdistribusi dan penyalahgunaan perangkat jaringan sehari-hari. Tanpa penyaringan proaktif di tingkat ISP, perangkat keras konsumen yang disusupi dapat dijadikan senjata dalam skala besar,” kata Odintsov.
Baca Juga:
Serangan DDoS terus mengalami peningkatan baik dalam skala maupun kompleksitas. Laporan sebelumnya menunjukkan bahwa serangan DDoS pada tahun 2021 meningkat tajam dan menjadi lebih canggih, dengan teknik yang terus berevolusi untuk menghindari deteksi.
Meskipun pernah terjadi penurunan pada kuartal pertama 2021, tren keseluruhan menunjukkan bahwa ancaman DDoS tetap menjadi perhatian serius bagi organisasi di seluruh dunia. Laporan yang mencatat penurunan serangan DDoS pada Q1 2021 justru diikuti oleh peningkatan signifikan pada periode berikutnya, menunjukkan dinamika yang tidak dapat diprediksi.
Fenomena serangan DDoS juga seringkali terkait dengan fluktuasi di sektor kripto. Sebuah analisis menemukan korelasi antara peningkatan serangan DDoS dengan penurunan nilai cryptocurrency, dimana penyerang mungkin memanfaatkan ketidakstabilan pasar untuk menciptakan gangguan tambahan.
Ke depan, kolaborasi antara penyedia layanan internet, perusahaan keamanan siber, dan regulator diperlukan untuk mengembangkan strategi mitigasi yang lebih efektif. Pendidikan pengguna tentang keamanan perangkat IoT juga menjadi kunci penting dalam mengurangi risiko perangkat tersebut disusupi dan digunakan untuk serangan.