Selular.id – Industri aset kripto di Indonesia menunjukkan perkembangan signifikan sepanjang Juli 2025, dengan peningkatan jumlah konsumen dan nilai transaksi yang tercatat oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Data terbaru mengungkapkan bahwa jumlah konsumen aset kripto mencapai 16,5 juta, naik 4,11% dari bulan sebelumnya, sementara nilai transaksi melonjak 62,36% menjadi Rp52,46 triliun.
Hasan Fawzi, Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital, dan Aset Kripto OJK, menyatakan bahwa operasional penyelenggara aset kripto tetap berjalan normal meski ada dinamika domestik. “Penempatan dan penarikan dana berada dalam kisaran normal, menunjukkan kepercayaan konsumen terjaga,” jelas Hasan dalam Rapat Dewan Komisioner Bulanan OJK pada 4 September 2025.
Secara kumulatif, total nilai transaksi kripto sepanjang 2025 telah mencapai Rp276,45 triliun, mencerminkan ketahanan industri di tengah fluktuasi global. Pertumbuhan ini didukung oleh meningkatnya minat masyarakat terhadap aset digital, serta dukungan regulasi yang semakin jelas.
Optimisme dari Pelaku Industri
Calvin Kizana, CEO Tokocrypto, menilai tren pertumbuhan ini sebagai sinyal positif bagi masa depan industri. Ia menyoroti bahwa minat masyarakat terhadap aset digital terus meningkat meski pasar menghadapi tekanan jangka pendek. “Fundamental industri kripto di Indonesia tetap kuat,” tegas Calvin.
Dukungan regulasi, peningkatan literasi keuangan digital, dan inovasi produk disebutkan sebagai katalis utama pertumbuhan industri ke depan. Regulasi yang jelas diharapkan dapat memperkuat fondasi industri, sementara peningkatan pemahaman masyarakat melalui program seperti Bulan Literasi Kripto turut mendorong adopsi yang lebih sehat dan berkelanjutan.
Baca Juga:
Dinamika Global Lebih Berpengaruh daripada Faktor Domestik
Meski dinamika sosial-politik dalam negeri sempat menjadi perhatian, pasar kripto Indonesia lebih banyak dipengaruhi oleh sentimen global. Data CoinMarketCap mencatat volume transaksi kripto di Indonesia sekitar US$108,6 juta pada 25 Agustus 2025, sebelum melemah 3%–5% menjelang akhir pekan.
Tekanan ini sejalan dengan tren global, termasuk pelemahan Bitcoin di bawah level support US$107.500 dan melemahnya arus dana ke ETF Bitcoin akibat aksi jual institusional. Industri kripto yang bersifat global membuat gejolak makroekonomi, kebijakan bank sentral, dan konflik geopolitik memiliki dampak lebih dominan dibandingkan isu dalam negeri.
Namun, optimisme terhadap prospek jangka panjang industri kripto di Indonesia tetap tinggi. Generasi muda semakin terbuka pada aset digital, sementara adopsi institusional dan regulasi yang matang secara global memberi dasar lebih kuat bagi pertumbuhan industri. Tokocrypto dan pelaku industri lainnya terus berinovasi untuk memastikan pertumbuhan yang stabil dan berkelanjutan.
Dengan kombinasi minat masyarakat, komitmen regulator, dan inovasi dari pelaku industri, pasar kripto Indonesia diperkirakan mampu bangkit dari fase ketidakpastian. Optimisme bahwa situasi domestik akan lebih stabil menjadi landasan bagi pertumbuhan berikutnya, sehingga industri aset digital dapat terus berkontribusi pada perkembangan ekonomi digital nasional.