Selular.id – CEO Apple Tim Cook mengumumkan investasi senilai US$2,5 miliar atau setara Rp 40 triliun untuk memproduksi kaca iPhone dan Apple Watch di Amerika Serikat melalui kemitraan dengan Corning. Dalam wawancara eksklusif dengan CNBC, Cook menegaskan bahwa langkah ini merupakan bagian dari komitmen Apple untuk memperkuat basis manufaktur di dalam negeri dan menciptakan lapangan kerja lokal. Ia juga mengisyaratkan akan ada lebih banyak investasi serupa di masa depan.
Kemitraan Apple dengan Corning, yang telah berlangsung lama, kini ditingkatkan dengan fokus pada produksi kaca Ceramic Shield 2 untuk perangkat terbaru seperti iPhone Air, iPhone 17 Pro, iPhone 17 Pro Max, dan iPhone 17 reguler. Cook menjelaskan bahwa keputusan ini tidak hanya didasarkan pada inovasi teknologi, tetapi juga pada faktor biaya, kualitas, dan dampak ekonomi. “Ada banyak hal yang kami lakukan di Amerika Serikat, dan banyak yang bisa kami lakukan,” ujar Cook pada 12 September 2025.
Meskipun sebelumnya Corning telah memproduksi sebagian volume kaca di Kentucky, peningkatan produksi ini memerlukan perpindahan “volume luar biasa” ke fasilitas Corning di negara bagian tersebut. Kini, Apple memiliki pabrik Corning yang sepenuhnya didedikasikan untuk produknya, meskipun ini masih merupakan satu komponen dari keseluruhan proses produksi iPhone. Cook mengakui bahwa membuat iPhone sepenuhnya di AS masih merupakan tantangan besar, mengingat kompleksitas rantai pasokan global.
Investasi US$2,5 miliar ini merupakan bagian dari rencana lebih besar Apple untuk mengalokasikan US$600 miliar di AS dalam empat tahun ke depan. Salah satunya adalah kolaborasi dengan TSMC untuk manufaktur chip system-on-a-chip (SoC). Langkah ini menunjukkan strategi Apple untuk memindahkan produksi komponen secara bertahap dari negara seperti China dan Vietnam ke AS, meski prosesnya memakan waktu.
Corning, perusahaan di balik teknologi Gorilla Glass yang dikenal luas, kini fokus pada pengembangan Ceramic Shield 2 eksklusif untuk Apple. CEO Corning Wendell Weeks menegaskan bahwa semua yang diproduksi untuk Apple “100 persen hanya untuk Apple”, menandakan hubungan istimewa antara kedua perusahaan. Klaim Apple menyebutkan bahwa Ceramic Shield 2 50 persen lebih kuat daripada generasi pertama, dengan ketahanan gores dan anti-silau yang lebih baik.
Baca Juga:
Meski demikian, Cook menegaskan bahwa investasi sebesar apa pun tidak akan membuat iPhone menjadi “tidak bisa pecah”. “Kaca tetaplah kaca,” ujarnya, menekankan bahwa perawatan tetap diperlukan. Yang lebih penting dari segi ekonomi adalah penciptaan lapangan kerja di AS, meski jumlah pasti tenaga kerja baru di pabrik Kentucky tidak diungkapkan dalam wawancara tersebut.
Langkah Apple ini juga menarik perhatian dalam konteks persaingan global. Sementara Apple memperkuat basis produksi di AS, perusahaan juga terus berekspansi di pasar seperti India, yang tercatat memproduksi iPhone senilai US$14 miliar. Di Indonesia, rencana investasi Apple masih dalam pembicaraan, dengan pemerintah optimis dapat segera diumumkan. Sejumlah analis bahkan menyoroti bahwa investasi Apple di Indonesia masih kurang menarik dibandingkan dengan negara lain.
Kemitraan dengan Corning bukan hanya tentang ketahanan kaca, tetapi juga tentang inovasi berkelanjutan dan dukungan terhadap ekonomi lokal. Cook menegaskan bahwa Kentucky adalah “tempat yang bagus” untuk investasi, dengan pertimbangan inovasi, biaya, dan kualitas. Langkah ini juga mencerminkan tren broader di industri teknologi untuk mendiversifikasi rantai pasokan dan mengurangi ketergantungan pada satu wilayah.
Ke depan, Apple diprediksi akan terus mengumumkan investasi serupa di AS, meski prosesnya akan bertahap. Untuk konsumen, kolaborasi dengan Corning menjanjikan perlindungan layar yang lebih baik pada perangkat下一代. Bagi pesaing seperti Samsung dan Google, ini menjadi tantangan untuk mengembangkan material yang setara atau lebih unggul.
Dengan komitmen senilai US$600 miliar, Apple menunjukkan dedikasinya tidak hanya pada inovasi produk, tetapi juga pada pembangunan ekonomi domestik. Meski impian iPhone “Made in USA” sepenuhnya masih jauh, langkah-langkah seperti ini membawa AS semakin dekat ke arah tersebut.