Kamis, 9 Oktober 2025
Selular.ID -

7 Platform Ojek Online yang Sudah Lenyap di Indonesia

BACA JUGA

Selular.id – Industri ojek online di Indonesia telah mengalami transformasi signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Kehadiran layanan ini tidak hanya memudahkan masyarakat dalam memesan kendaraan, tetapi juga menawarkan tarif yang lebih terjangkau dibandingkan moda transportasi konvensional.

Namun, persaingan yang ketat membuat banyak pemain tidak mampu bertahan dan akhirnya gulung tikar. Awalnya, kehadiran ojek online sempat memicu konflik dengan ojek pangkalan tradisional.

Namun seiring waktu, banyak pengemudi ojek pangkalan mulai menyesuaikan diri dan akhirnya bergabung sebagai mitra dalam platform ojol. Meski demikian, hanya segelintir perusahaan yang berhasil mempertahankan eksistensinya hingga kini.

Berikut adalah tujuh platform ojek online yang pernah beroperasi di Indonesia, namun kini sudah tidak aktif:

1. Call Jack

Calljack merupakan aplikasi ride hailing lokal asal Yogyakarta. Layanan mereka menawarkan dua opsi, yaitu Calljack dan O’Jack, dengan model serupa Gojek dan Grab. Sayangnya, platform ini menghilang bak ditelan bumi tanpa jejak yang jelas.

2. Ojekkoe

Ojekkoe sempat memiliki 500 mitra pengemudi sebelum akhirnya tidak aktif. Menariknya, platform ini dirilis sebagai bagian dari tugas akhir pendirinya, Katon Muchtar. Ojekkoe hanya memungut biaya minim Rp 2.500 per hari untuk mengantar penumpang, namun tetap tidak mampu bersaing.

3. Topjek

TopJek menawarkan tarif murah tanpa promo saat diluncurkan. Fitur unggulannya adalah chat room, yang kala itu belum tersedia di aplikasi Gojek dan Grab. Mereka juga membatasi pengemudi hingga 10.000 driver dengan seleksi ketat. Meski terlihat menjanjikan, Topjek akhirnya tidak bisa bertahan.

4. Uber

Uber memutuskan angkat kaki dari Asia Tenggara, termasuk Indonesia, pada 2018. Perusahaan kemudian menjual seluruh bisnisnya kepada Grab, sehingga mitra pengemudi Uber banyak yang berpindah ke platform Grab atau Gojek. Keputusan ini menjadi titik balik dalam persaingan ride-hailing di Indonesia.

5. LadyJek

LadyJek sempat menggemparkan dengan konsep ojek online khusus pengemudi wanita untuk penumpang wanita. Dengan hampir 3.300 pengemudi, platform ini terlihat sukses pada masanya. Namun, keterbatasan modal membuat mereka harus gulung tikar. Fenomena ini menunjukkan betapa sulitnya bersaing tanpa dukungan finansial yang kuat.

6. Blujek

Blujek pernah menjadi saingan terbesar Gojek dan Grab. Berbeda dengan kedua ride hailing tersebut, Blujek menggunakan warna biru sebagai identitasnya dan memiliki armada yang cukup besar. Sayangnya, platform ini juga akhirnya harus menutup operasinya.

7. OjekArgo

OjekArgo sudah tidak aktif sejak 2017. Yang membedakan platform ini dengan lainnya adalah kemudahan penggunaan dimana pelanggan hanya perlu menginstal aplikasi tanpa harus mendaftarkan diri atau membuat akun. Meski sederhana, model bisnis ini ternyata tidak cukup untuk bertahan.

Persaingan di industri ojek online memang sangat ketat. Banyak faktor yang menentukan kelangsungan bisnis, mulai dari modal, strategi pemasaran, hingga kemampuan beradaptasi dengan perubahan pasar. Seperti yang terjadi belakangan ini, dimana pengemudi ojek online protes terhadap potongan jasa aplikator, menunjukkan dinamika industri yang terus berkembang.

Di sisi lain, perkembangan teknologi juga mempengaruhi industri ini. Penggunaan motor listrik oleh perusahaan ojek online menjadi tren yang semakin marak. Selain itu, isu kesejahteraan pengemudi juga menjadi perhatian, seperti program BPJS Ketenagakerjaan untuk driver ojek online yang terus didorong.

Keberadaan platform-platform yang telah tutup ini menjadi pelajaran berharga bagi industri transportasi online di Indonesia. Mereka menunjukkan bahwa inovasi saja tidak cukup tanpa dukungan strategi bisnis yang matang dan sustainable. Kedepannya, industri ojek online diprediksi akan terus berkembang dengan model bisnis yang lebih berkelanjutan.

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU