Selular.ID – Sebelum menggunakan jam tangan pintar (smart watch) atau pelacak kebugaran (fitness tracker) besutan Apple, Samsung, Xiaomi atau Huawei, Anda mungkin pernah mencoba Fitbit.
Sebagai salah satu merek popular, satu dekade lalu posisi Fitbit nyaris tak tergoyahkan. Pelopor teknologi kebugaran yang dapat dikenakan (wearable device) ini, muncul sebagai pemain dominan dalam industri kesehatan dan kebugaran.
Pada 2015, kapitalisasi pasarnya mencapai lebih dari $20 miliar dan merupakan merek perangkat yang dapat dikenakan terpopuler di dunia.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Fitbit telah kehilangan pangsa pasarnya karena kalah bersaing dengan pesaing seperti Apple, Samsung, dan Huawei.
Menurut Statista, pangsa pasar Fitbit saat ini di industri perangkat yang dapat dikenakan adalah 4,2%. Angka ini turun dari puncaknya di angka 40% pada tahun 2015.
Apple saat ini menjadi pemimpin pasar dengan pangsa pasar sebesar 29,7%. Pemain besar lainnya dalam industri perangkat yang dapat dikenakan antara lain Xiaomi, Samsung, dan Huawei.
Tercatat pangsa pasar Fitbit selama bertahun-tahun adalah 2015 (40%), 2016 (35%), 2017 (30%), 2018 (25%), 2019 (20%), 2020 (15%), 2021 (10%), 2022 (4,2%).
Akuisisi Google terhadap Fitbit yang dilakukan pada Januari 2021, terbukti tak mampu mengangkat kembali pamor merek legendaris itu.
Padahal, dengan nilai akuisisi sebesar $2,1 miliar, raksasa mesin pencari itu berupaya memperkuat penawaran teknologi wearable yang dimilikinya, dan mengintegrasikan keahlian pelacakan kebugaran yang dikembangkan Fitbit.
Baca Juga: Fitbit Charge 6 Diskon 38% di Prime Day, Harga Turun Jadi Rp1,5 Jutaan
Apa yang Terjadi dengan Fitbit?
Fitbit dulunya merupakan perusahaan dengan pertumbuhan tinggi, tetapi pertumbuhan penjualannya melambat karena para pesaing baru meluncurkan pelacak kebugaran yang lebih murah.
Perangkat Mi Band populer Xiaomi, misalnya, menawarkan fitur yang mirip dengan perangkat Flex Fitbit dengan harga kurang dari $30.
Sementara itu, jam tangan pintar kelas atas seperti Apple Watch menambahkan fitur pelacakan detak jantung dan olahraga yang canggih, sehingga mengurangi permintaan untuk pelacak kebugaran kelas atas Fitbit seperti Charge dan Alta.
Tak mau kalah dengan Apple, Smartwatch Huawei menawarkan banyak keunggulan, termasuk beragam fitur kesehatan dan olahraga, desain yang stylish, daya tahan baterai yang baik, dan kemampuan untuk terhubung dengan smartphone.
Fitur-fitur kesehatan mencakup pemantauan detak jantung, SpO2, kualitas tidur, dan tingkat stres. Banyak model yang menawarkan mode olahraga yang beragam, termasuk olahraga air dan golf, serta fitur pemantauan khusus untuk wanita.
Fitbit membalas dengan jam tangan pintar seperti Ionic dan Versa, tetapi pendatang baru tersebut harus bekerja keras untuk meningkatkan pendapatan atau pengiriman secara signifikan.
Jika Fitbit tidak berupaya meningkatkan aktifitas pemasarannya—yang mungkin sulit mengingat strategi pengeluarannya yang konservatif—Fitbit bisa semakin tertinggal dari Apple dan Xiaomi.
Sejatinya dengan basis pengguna yang luas dan data konsumen yang melimpah, Fitbit berpotensi memanfaatkan sumber daya berharga ini untuk membangun keunggulan kompetitif yang berkelanjutan.
Namun, terlepas dari kesuksesan awalnya, perjalanan Fitbit telah dirusak oleh peluang yang terlewat dan pemanfaatan data konsumen yang tidak efektif.
Menyitir laman The Emerge (18/7/2023), terdapat lima area utama di mana Fitbit gagal dalam memanfaatkan data konsumen untuk membangun keunggulan kompetitif yang berkelanjutan.
Berikut adalah kelima faktor yang membuat Fitbit kini hanya menjadi bayang-bayang kekuatan vendor wearable device lainnya.
Upaya Personalisasi yang Tidak Memadai
Fitbit memiliki banyak data yang dihasilkan pengguna yang sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk memberikan pengalaman yang dipersonalisasi. Sayangnya, perusahaan gagal memanfaatkan peluang ini secara efektif.
Meskipun fitur-fitur dasar seperti pelacakan langkah dan pemantauan detak jantung sudah tersedia, Fitbit kesulitan menawarkan fitur personalisasi canggih yang dapat membedakan mereka dari para pesaing.
Kegagalan dalam memanfaatkan data konsumen secara efektif untuk rekomendasi yang disesuaikan dan wawasan yang disesuaikan meninggalkan celah dalam pengalaman pengguna.
Integrasi Pihak Ketiga yang Terbatas
Salah satu aspek penting dalam membangun keunggulan kompetitif terletak pada pembentukan kemitraan strategis dan integrasi dengan platform pihak ketiga yang populer.
Meskipun berpotensi memanfaatkan data konsumen untuk meningkatkan ekosistemnya, Fitbit gagal menjalin kemitraan dengan para pemain kunci di industri kesehatan dan kebugaran.
Dengan kurangnya integrasi dengan platform yang banyak digunakan, Fitbit kehilangan kesempatan untuk meningkatkan pengalaman pengguna dan memperluas jangkauannya ke audiens yang lebih luas.
Baca Juga: Google Setop Produksi Smartwatch Fitbit
Pemanfaatan Wawasan Kesehatan yang Kurang Memadai
Basis data informasi kesehatan dan kebugaran Fitbit yang sangat besar sebenarnya dapat diubah menjadi wawasan berharga untuk memandu pengguna menuju gaya hidup yang lebih sehat.
Namun, upaya perusahaan untuk mengekstrak informasi yang dapat ditindaklanjuti dari data tersebut gagal.
Fokus Fitbit pada metrik dasar dan analisis sederhana mengabaikan potensi untuk memanfaatkan analitik canggih dan algoritma pembelajaran mesin untuk memberikan rekomendasi yang dapat ditindaklanjuti dan berbasis data kepada pengguna demi hasil kesehatan yang lebih baik.
Fitur Sosial dan Komunitas yang Terbatas
Membangun komunitas yang berkembang di sekitar suatu produk dapat menciptakan keunggulan kompetitif yang kuat.
Fitur sosial dan komunitas Fitbit berpotensi menumbuhkan rasa keterlibatan dan dukungan di antara pengguna, yang berujung pada peningkatan retensi pengguna dan loyalitas merek.
Namun, platform sosial perusahaan kurang mendalam, sehingga membatasi kemampuannya untuk menciptakan komunitas yang dinamis dan interaktif.
Dengan tidak memanfaatkan data konsumen secara efektif untuk membina koneksi dan memberikan pengalaman sosial yang bernilai tambah, Fitbit kehilangan peluang yang signifikan.
Strategi Diferensiasi yang Lemah
Dalam pasar yang padat, diferensiasi yang efektif sangat penting untuk kesuksesan yang berkelanjutan.
Meskipun memiliki akses ke data konsumen dalam jumlah besar, Fitbit kesulitan memanfaatkannya dengan cara yang membedakan penawaran produknya dari para pesaing.
Perusahaan gagal memperkenalkan inovasi inovatif yang akan memanfaatkan wawasan konsumen untuk menghadirkan fitur-fitur yang unik dan menarik.
Hal ini membuat Fitbit rentan terhadap persaingan yang ketat, di mana para pesaing dapat dengan mudah mereplikasi penawarannya tanpa bergantung pada data konsumen yang ekstensif.
Kegagalan Fitbit dalam memanfaatkan data konsumen secara efektif untuk membangun keunggulan kompetitif yang berkelanjutan telah menghambat pertumbuhan dan posisi pasarnya.
Ketidakmampuan perusahaan dalam memberikan pengalaman yang dipersonalisasi, menjalin kemitraan strategis, memanfaatkan wawasan kesehatan, membina komunitas yang tangguh, dan mengembangkan strategi diferensiasi yang kuat, semuanya berkontribusi pada hilangnya peluang.
Seiring industri kesehatan dan kebugaran terus berkembang, pelajaran ini menjadi pengingat akan pentingnya memanfaatkan data konsumen secara efektif untuk mempertahankan keunggulan kompetitif di pasar.
Kisah Fitbit menjadi peringatan bagi perusahaan lain yang ingin memanfaatkan potensi besar data konsumen untuk membangun keunggulan kompetitif yang berkelanjutan.
Baca Juga: Fitbit Pakai Chatbot AI Untuk Interaksi dan Menjawab Pertanyaan