Jumat, 1 Agustus 2025
Selular.ID -

Kolaborasi Antar Lembaga Bisa Hadapi Ancaman Kejahatan Siber di Industri Pembayaran

BACA JUGA

JAKARTA, SELULAR.ID – Kolaborasi antar lembaga seperti bank, fintech hingga keamanan bisa atasi ancaman kejahatan siber di industri pembayaran.

Hal tersebut disampaikan PT Jalin Pembayaran Nusantara (“Jalin”), perusahaan pemroses transaksi pembayaran digital (switching) di Indonesia dalam diskusi.

Diskusi yang dimaksud yakni Seminar Indonesia Cyber Risk 2024 – Mitigating Cyber Risk and Building a Trust, yang diselenggarakan oleh Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI).

Jalin menekankan pentingnya kolaborasi kolektif dari seluruh pemangku kepentingan untuk menciptakan ketahanan siber yang kuat dalam menghadapi ancaman kejahatan siber.

Seiring dengan perkembangan industri sistem pembayaran modern, permintaan terhadap layanan keuangan yang cepat, efisien, dan aman terus meningkat.

Pertumbuhan transaksi di kanal pembayaran digital telah memberikan kemudahan bagi masyarakat luas.

TONTON JUGA:

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), hingga Desember 2023, nilai transaksi dengan QRIS mencapai Rp229,96 triliun dengan jumlah pengguna lebih dari 45,78 juta.

Dalam Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2020-2025, sistem pembayaran diidentifikasi sebagai sektor yang sangat diatur proses bisnisnya oleh regulator.

Baca juga: Serangan Siber dari Para Hacker Menggila di Pertengahan Tahun 2024

Setiap tahapan transaksi keuangan, mulai dari front-end hingga back-end, dilengkapi dengan berbagai alat pengamanan seperti Fraud Detection System (FDS), tokenisasi, anti-skimming, dan lain-lain.

Langkah-langkah ini diperlukan untuk memastikan transaksi keuangan digital tetap aman dan terlindungi dari potensi ancaman siber.

Direktur Utama Jalin, Ario Tejo Bayu Aji, menekankan pentingnya langkah proaktif dari para pelaku industri untuk memperkuat ketahanan perusahaan dalam menghadapi ancaman siber.

Menurutnya, langkah-langkah tersebut mencakup memastikan sistem manajemen keamanan informasi memenuhi standar internasional yang diakui serta tetap mematuhi ketentuan regulator.

Ario juga menyoroti pentingnya memiliki protokol respon insiden yang terstruktur serta disiplin dalam eksekusi manajemen krisis.

Selain itu, audit keamanan berkala dan evaluasi langkah-langkah keamanan dianggap krusial untuk meningkatkan kesiapsiagaan di masa depan.

Pentingnya kolaborasi antara bank, fintech, lembaga switching seperti Jalin, dan semua pemangku kepentingan lainnya dalam industri sistem pembayaran perlu mendapat perhatian bersama-sama.

“Industri perlu mencari peluang kolaborasi antar lembaga untuk memaksimalkan biaya investasi dalam memperkuat ketahanan siber melalui pemanfaatan infrastruktur bersama,” ujarnya.

“Tujuannya, agar nvestasi dalam memperkuat aspek ketahanan siber tidak menjadi beban industri yang berdampak pada pelayanan kepada nasabah,” sambungnya.

Baca juga: Kunci PDNS Diserahkan ke Kominfo, Brain Cipher: Sangat Mudah Dibobol

Ario juga menekankan pentingnya membangun budaya perusahaan yang kuat dalam keamanan siber.

Setiap lembaga keuangan dan penyedia infrastruktur sistem pembayaran harus mengadopsi praktik terbaik, termasuk penggunaan teknologi terbaru dan berbagi informasi tentang potensi ancaman.

“Kolaborasi dan peningkatan literasi adalah kunci dalam menghadapi ancaman siber. Semua pihak harus bersatu untuk memberikan perlindungan terbaik bagi pengguna sistem pembayaran di Indonesia,” tutup Ario.

SIMAK JUGA:

Ikuti berita Selular.id di Google News

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU