Jumat, 1 Agustus 2025
Selular.ID -

Harga Minyak Naik Dipengaruhi Ketegangan Timur Tengah

BACA JUGA

Selular.ID – Harga minyak diperkirakan akan mengalami kenaikan, Menurut analisis Deu Calion Futures (DCFX) Andrew Fischer, Beberapa faktor utama mempengaruhi prediksi ini, termasuk ketegangan geopolitik di Timur Tengah, kekhawatiran atas ekonomi China, dan situasi pasar minyak global.

Fischer menjelaskan, salah satu faktor utama yang mendorong kenaikan harga minyak adalah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.

Baca juga: Harga Minyak Diprediksi Naik Pengaruh Ketegangan Konflik Timur Tengah

“Serangan udara Israel di Gaza pada hari Senin (24/6) yang menewaskan sedikitnya 11 warga Palestina telah memicu ketidakstabilan regional,” ujarnya.

Ia menambahkan selain itu, pergerakan tank-tank Israel di Rafah dan kembalinya ke daerah-daerah yang sebelumnya dikuasai di bagian utara memperburuk situasi.

“Konflik ini menambah ketidakpastian pasokan minyak dari kawasan yang kaya akan minyak, sehingga mendorong harga naik,” ujarnya.

Selain konflik di Timur Tengah, kekhawatiran global lainnya juga mempengaruhi harga minyak. Ekonomi China, yang merupakan salah satu konsumen minyak terbesar di dunia, menunjukkan tanda-tanda stagnasi.

Rebound ekonomi yang diharapkan belum terealisasi, dan tingkat pengangguran yang tinggi semakin memperburuk situasi. Kekhawatiran ini menambah tekanan pada harga minyak, karena permintaan dari China diperkirakan akan tetap rendah.

Secara tren, harga minyak masih cenderung naik dan belum ada tanda-tanda perubahan signifikan. Fischer mencatat bahwa meskipun ada fluktuasi jangka pendek, tren jangka panjang menunjukkan kecenderungan kenaikan harga. Ini disebabkan oleh kombinasi faktor geopolitik dan ekonomi yang kompleks, serta sentimen pasar yang cenderung bullish.

Selain itu, berita terkini mengenai harga minyak hari ini juga menyoroti isu impor minyak goreng bekas (UCO) dari Cina ke AS.

Koalisi senator AS dari negara-negara bagian pertanian mengadvokasi pengawasan yang lebih ketat terhadap impor UCO ini.

“Mereka menyatakan kekhawatiran akan potensi penipuan, di mana impor UCO dicurigai mengandung minyak kelapa sawit murni, yang terkait dengan deforestasi dan kerusakan lingkungan,” ujarnya.

Para senator, dalam surat yang dikirimkan pada 20 Juni kepada berbagai badan pengatur AS, menekankan peningkatan dramatis dalam impor minyak kelapa sawit.

Dari sebelumnya mengimpor kurang dari 200 juta pon per tahun, AS kini melihat impor melebihi 3 miliar pon pada tahun 2023, dengan China menyumbang lebih dari setengah dari volume tersebut.

“Mereka menekankan pentingnya memastikan transparansi dan verifikasi untuk impor ini untuk menjaga integritas industri bahan bakar terbarukan,” ujarnya.

Surat tersebut ditandatangani oleh senator-senator dari Partai Republik dan Demokrat, termasuk Chuck Grassley, Joni Ernst, Roger Marshall, Deb Fischer, Pete Ricketts, dan Sherrod Brown.

Mereka meminta informasi rinci tentang upaya penegakan dan verifikasi terkait impor UCO kepada Badan Perlindungan Lingkungan Hidup (EPA), Departemen Pertanian, Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan, serta Perwakilan Dagang Amerika.

Pengalaman di Eropa menunjukkan bahwa pengawasan yang lebih ketat dapat mencegah kesalahan pelabelan, dan para senator berharap AS dapat menerapkan langkah-langkah serupa.

Dalam konteks ini, Fischer menekankan bahwa ketidakpastian terkait pasokan minyak dari Timur Tengah dan potensi penipuan dalam impor UCO dari China ke AS merupakan faktor-faktor penting yang dapat mempengaruhi harga minyak.

“Dengan mempertimbangkan semua faktor ini, prediksi harga minyak hari ini adalah kenaikan,” tutup Fischer.

Baca juga: Menko Airlangga Optimis dengan Kemampuan Fundamental Perekonomian Nasional

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU