JAKARTA, SELULAR.ID – Minggu terakhir bulan Juni 2024 sekaligus menjelang penutupan Q2 2024, harga Bitcoin dan Ethereum menghadapi kemerosotan selama beberapa minggu terakhir.
Setelah sebelumnya mengalami kenaikan besar-besaran sejak September 2023 lalu.
Menurut data Coinglass, pada Q1 2024 BTC ditutup naik 68,68%. Sementara, menjelang penutupan Q2 2024 ini BTC masih turun sebesar 15,79%.
Senin (24/6/2024) malam BTC sempat anjlok di bawah $60.000 hingga turun ke $58.438 sebelum akhirnya kembali naik ke level $60.370 pada Selasa (25/6/2024).
Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha menjelaskan BTC kembali naik di atas support $60.000 dan menunjukkan potensi penguatan terbatas menuju $62.000.
TONTON JUGA:
“Namun, jika kembali melemah hingga gagal bertahan di atas support $60.000, BTC dapat turun ke area support berikutnya di level $57.000,” ujar Panji.
Baca juga: BTC Turun ke $65.000 Pasca Komentar Hawkish The Fed dan Aksi Jual Penambang Bitcoin
Saat ini, harga BTC turun 18,14% dari harga tertinggi sepanjang masa (all time high) di $73,750 dan ETH sebesar 18.15% dari harga tertinggi tahunan $4,093.
Demikian pula, pasar kripto turun 18,77% dari level tertinggi tahunan $2,721 Triliun pada Maret 2024.
Gejolak pasar kemungkinan dipicu oleh beberapa faktor seperti kekhawatiran pasar meningkat setelah Mt.
Gox bursa kripto Jepang yang diretas lebih dari satu dekade lalu mengumumkan bahwa mereka akan memulai pembayaran Bitcoin dan Bitcoin Cash kepada kreditornya mulai pada bulan Juli nanti. Sehingga menimbulkan kekhawatiran adanya potensi lonjakan pasokan BTC dan BCH ke pasar.
Selain itu, perdagangan ETF Bitcoin spot pekan lalu ditutup dengan arus keluar sebesar $544,1 juta.
Investor institusi, yang berhati-hati terhadap volatilitas pasar dan ketidakpastian peraturan, menyesuaikan posisi mereka dalam produk investasi terkait Bitcoin.
Meskipun data CPI baru-baru ini menunjukkan sedikit penurunan inflasi, kekhawatiran mengenai tingkat inflasi yang kembali mengingat masih di atas target Federal Reserve di angka 2%.
Tingkat inflasi yang tinggi mempengaruhi ekspektasi pasar mengenai kebijakan moneter The Fed, sehingga berdampak pada penilaian aset di pasar kripto.
Baca juga: Benarkah Harga Bitcoin Meroket ke Rp1,22 Miliar di Bulan Ini?
Pekan ini
Pasar kripto bersama dengan pasar keuangan yang lebih luas dengan sabar menunggu data ekonomi utama minggu ini. Misalnya, data Kepercayaan Konsumen bulan Mei akan dirilis pada hari Selasa (25/6/2024).
Selain itu, revisi kedua data PDB AS untuk kuartal pertama akan dirilis pada hari Kamis (27/6/2024).
Khususnya, pada hari Jumat (28/6/2024), data Pendapatan Pribadi, Belanja Pribadi, dan Personal Consumption Expenditures (PCE) AS dijadwalkan akan dirilis.
Data PCE dan PCE Inti AS akan diawasi dengan ketat oleh para pengamat pasar kripto, untuk mencari petunjuk mengenai tekanan inflasi saat ini.
Secara YoY, PCE diperkirakan akan turun menjadi 2,6%YoY di bulan Mei dari 2,7%YoY di bulan sebelumnya.
Selain itu, PCE Inti AS juga diperkirakan turun menjadi 2,6%YoY dari 2,8%YoY di bulan April.
“Jika data PCE (Personal Consumption Expenditures) lebih tinggi dari ekspektasi pasar, hal ini dapat menyebabkan penurunan harga kripto karena investor mengantisipasi kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve,” kata Panji.
“Sebaliknya, jika data PCE lebih rendah dari ekspektasi pasar, ini dapat meningkatkan harga kripto karena investor berharap suku bunga tetap rendah, meningkatkan likuiditas dan kepercayaan untuk berinvestasi dalam aset berisiko seperti kripto,” tandasnya.
Baca juga: Perkembangan Jumlah Investor dan Transaksi Kripto di Indonesia
Disclaimer: Investasi aset kripto mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Selular sekadar membuat informasi dan bukan merupakan rekomendasi, ajakan, usulan ataupun paksaan untuk melakukan transaksi jual/beli aset kripto. Harga aset kripto berfluktuasi secara real-time. Harap berinvestasi sesuai keputusan pribadi.
SIMAK JUGA:
Ikuti berita Selular.id di Google News