JAKARTA, SELULAR.ID – Amazon Web Services (AWS) menginvestasikan US$5 miliar atau setara dengan Rp71 triliun untuk berinovasi di Indonesia.
Jumlah dana Rp71 triliun ini telah disiapkan sejak berdirinya AWS Asia Pacific (Jakarta) Region pada 2021.
Dana investasi tersebut nantinya akan mereka gunakan dalam jangka waktu 15 tahun kedepan.
“Indonesia merupakan lokasi yang sangat penting bagi AWS, dan kami akan terus berinovasi untuk para pelanggan kami di Indonesia,” Chief Technologist, Asia Pacific, Amazon Web Services (AWS), Olivier Klein kepada Selular, Selasa (6/2/2024).
TONTON JUGA:
@selular.id Kok Bisa!! 3 hape 1 akun WhatsApp! #fiturbaru #whatsapp #2023 #aplikasi2023 #multichat #AdaCintaAdaKitKat #kepo #rabuhujan #tipsandtricks #carawhatsapp
AWS dan Amazon pun bertekad untuk mengurangi konsumsi energi dan di sisi lain menambah penggunaan energi baru dan terbarukan.
Selama empat tahun berturut-turut, Amazon menjadi pembeli terbesar energi baru dan terbarukan dari kalangan korporasi.
Baca juga: Dalam 4 Tahun Terakhir, Indonesia Turun Dari Ancaman Online
Selain itu, juga pembangkit listrik tenaga surya serta tenaga angin miliknya di seluruh dunia telah menciptakan investasi ekonomi yang bernilai lebih dari US$12 miliar sepanjang periode 2014-2022.
Olivier juga memperkenalkan beberapa produk dan layanan teranyar yang baru diumumkan pada ajang AWS re:Invent 2023 di Las Vegas pada Desember lalu.
“AWS terus berusaha untuk membuka akses teknologi kepada siapa pun, termasuk akses terhadap machine learning dan AI,” ujarnya.
“Hal ini diwujudkan melalui strategi AI generatif kami yang terbagi menjadi tiga lapisan utama: infrastruktur yang mumpuni, tools untuk membantu pelanggan kami dalam membangun model yang mereka butuhkan, dan aplikasi AI yang siap digunakan,” sambungnya.
Salah satu aplikasi termutakhir yang dikembangkan AWS adalah Amazon Q, sebuah asisten yang diperkuat AI generatif untuk berbagai kegunaan, dari menjawab pertanyaan, menghasilkan konten, hingga membantu coding dan berinteraksi dengan sistem.
Semuanya ini tentu didasari pertimbangan keamanan dan perizinan yang paling ketat dan dijalankan secara aman di atas virtual private cloud (VPC).
Di lapisan kedua, AWS Bedrock menyediakan akses terhadap foundational models (FMs) yang dapat diaplikasikan untuk berbagai kegunaan, antara lain Llama2 oleh Meta, Stable Diffusion oleh Stability.Ai, dan masih banyak lagi.
Baca juga: Guru Jadi Profesi yang Paling Banyak Gunakan Pinjol
Amazon pun memiliki FM yang dinamakan Amazon Titan, yang salah satunya dapat digunakan untuk menghasilkan gambar berkualitas tinggi seperti buatan studio.
Pelanggan juga dapat menggunakan Guardrails for Amazon Bedrock untuk membuat parameter dan pembatasan terhadap respons yang dihasilkan.
“Ini merupakan bagian dari langkah kami untuk mewujudkan penggunaan AI yang bertanggung jawab,” Olivier menjelaskan.
Selain mencegah AI untuk menghasilkan konten-konten yang berpotensi membahayakan, Guardrails for Amazon Bedrock juga dapat dimanfaatkan untuk menyaring jenis-jenis konten lainnya yang tidak diinginkan.
Di lapisan infrastruktur, AWS merilis chip Graviton4, yakni chip yang paling kuat dan efisien yang pernah dikembangkannya, sehingga memampukan pelanggan untuk menjalankan beban kerja hingga 30% lebih cepat dibandingkan pendahulunya, Graviton3, serta 40% lebih cepat untuk kegunaan database, tentu dengan biaya dan penggunaan energi yang lebih kecil pula.
Baca juga: AWS Sebut Perkembangan AI Bakal Semakin Masif di Tahun 2024