Komunikasi asinkron merujuk pada interaksi percakapan non real-time, memungkinkan pengguna mengirimkan pesan balasan secara tertunda, seperti email atau layanan komunikasi customer support yang modern.
Dalam media-media tersebut, pengguna dapat berkomunikasi kapan saja tanpa batasan waktu tertentu.
Mereka dapat berdiskusi dan saling menunggu jawaban, tanpa harus menjadwalkan meeting khusus.
Model komunikasi ini akan menjadi tren di seluruh lini sistem dan platform aplikasi, terutama mereka yang bersentuhan langsung dengan end-user.
Dalam bisnis, sistem yang demikian sering disebut sebagai ‘Universal user record’, yang diwariskan dari satu sistem ke sistem lainnya.
Kemajuan teknologi seperti ini memungkinkan pengguna untuk memulai percakapan di satu perangkat dan melanjutkannya di perangkat lain tanpa kehilangan konteks atau riwayat interaksi sebelumnya.
Sebagai contoh, Sendbird memfasilitasi brand aplikasi pengantaran makanan untuk membangun marketplace mereka sendiri, juga menggunakan Salesforce Service Cloud untuk dukungan pelanggan, Iterable yang memanfaatkan layanan pesan pemasaran, Twilio yang memanfaatkan SMS, dan masih banyak lagi.
Integrasi Sendbird memungkinkan penggunanya dapat menghubungkan semua sistem komunikasi, agar konsumen dapat menggunakan jalur komunikasi tunggal yang lancar, terlepas dari aplikasi tempat percakapan terjadi.
Mewujudkan pengalaman asinkron pengguna yang sedemikian rupa memiliki tantangan, yaitu berbagai level integrasi perangkat lunak dan platform.
Masalah yang lebih besar adalah memastikan keamanan dan privasi data pengguna karena pesan, obrolan, suara, dan video yang dikirimkan mengalir di berbagai sistem yang berbeda.
3. Komunikasi yang dipersonalisasi dengan AI Generatif
Pada 2024, teknologi AI Generatif akan semakin banyak digunakan untuk membuat konten yang disesuaikan untuk konsumen, mulai dari email pesan pemasaran hingga interaksi dukungan pelanggan.
Teknologi large language models yang terus berkembang dari waktu ke waktu dapat menganalisis data konsumen dalam jumlah besar untuk menghasilkan respons dan konten yang beresonansi lebih dalam berdasarkan preferensi individu, perilaku waktu nyata, dan interaksi di masa lalu.
Tren ini akan memberikan pengalaman pelanggan yang lebih relevan dan personal, yang mengarah pada peningkatan keterlibatan, kepuasan, dan loyalitas pelanggan.
Lebih lanjut, kondisi ini akan memunculkan tantangan baru bagi bisnis untuk menyeimbangkan kebutuhan personalisasi dengan permasalahan privasi.
4. Komunikasi konten multimedia berdurasi pendek telah mendominasi
Munculnya platform seperti TikTok dan Instagram Reels telah mempopulerkan konten multimedia berdurasi pendek, sebuah tren yang diperkirakan akan terus berkembang pada 2024.
Bisnis akan beradaptasi dengan tren ini, yang berhasil menggeser keseluruhan perilaku konsumen dan ekspektasi format konten.
Survei yang dilakukan oleh Wyzwol 2020 menunjukkan, pengguna berbagi video dengan kecepatan dua kali lipat dari jenis konten lainnya.
Ada 84% dari konsumen juga dipengaruhi untuk membeli produk atau layanan setelah menyaksikan video dari brand.
Lebih lanjut, data dari We Are Social per April 2023 menyatakan, jumlah pengguna TikTok di Indonesia (112,98 juta pengguna) menempati jumlah terbanyak kedua di dunia. Ini menunjukkan popularitas dan dominasi platform video pendek semakin menjadi serius.
Dengan format video pendek yang cenderung efektif dalam menangkap perhatian konsumen, bisnis akan mulai berlomba-lomba membuat lebih banyak konten komunikasi berdurasi pendek dan menarik untuk promosi merek via story-telling yang lebih efektif.
Hal ini dapat dilakukan melalui pemasaran viral, melalui iklan, demo produk, testimoni pelanggan, video brand awareness, dan masih banyak lagi.
Tidak hanya menambah kebisingan lalu lintas konten media sosial, tren ini juga dapat memberikan peluang bagi brand, termasuk di Indonesia, untuk menciptakan komunikasi yang unik dan mudah diingat oleh pelanggannya.
Baca juga: Ketahui 10 Tren Teknologi Digital yang Semakin Berkembang Pada 2024