Ketiga tujuan di atas dapat tercapai berkat bantuan berbagai teknologi canggih (seperti big data, IoT, sensor, dan robotika) yang mengumpulkan dan mengelola data pertanian secara konstan.
Pasokan data dalam bentuk digital tersebut-lah yang nantinya akan membantu para petani untuk memantau dan memprakirakan kondisi tanaman, mengoptimalkan penggunaan sumber daya (seperti air, pupuk, dan pestisida), serta memperbaiki kinerja produksi pertanian secara keseluruhan.
Jika disimpulkan, smart farming adalah sistem pertanian terintegrasi dan berbasis teknologi digital yang diciptakan untuk memperbaiki proses produksi serta meminimalkan dampak negatif produksi terhadap lingkungan.
Baca juga: Mengejutkan, Cawapres yang Populer di Media Sosial Jelang Debat Keempat
Lalu berapakah jumlah petani di Indonesia yang sudah menerapkan smart farming untuk menggarap lahannya?
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah petani milenial yang berusia 19-39 tahun di Indonesia yakni 6,18 juta orang pada 2023.
Dari 6,18 juta petani milenial ini baru 2,61 juta orang atau 42,23% yang sudah menggunakan teknologi digital.
Namun, sekitar 3,57 juta orang (57,8%) petani muda atau generasi milenial usia 19-39 tahun belum menggunakan teknologi digital tersebut pada 2023.