Selular.ID – Paslon nomor urut 2, calon wakil presiden Gibran Rakabuming bertanya kepada calon wakil presiden lainnya, Mahfud MD tentang Istilah Greenflation yang disebut Gibran, membuat Mahfud MD kembali bertanya apa maksud istilah tersebut.
Mahfud MD mengatakan bahwa pertanyaan yang dilontarkan oleh cawapres Gibran Rakabuming Raka adalah pertanyaan receh sehingga tidak perlu dijawab.
Baca juga: Debat Cawapres Singgung Soal Energi, Berikut Visi-Misi Cak Imin, Gibran, Mahfud MD
“Saya juga ingin mencari jawabannya, ngawur juga. Ngarang-ngarang tidak karuan, mengkaitkan dengan sesuatu yang tidak ada. Kalau akademis itu, gampangnya kalau bertanya yang gitu-gitu recehan,” jelasnya, ketika kembali menanggapi tanggapan dari Gibran.
Menimbang hal tersebut, Mahfud menilai bahwa pertanyaan yang diberikan oleh Gibran tidak layak dijawab olehnya.
Lalu apa itu Greenflation?
Greenflation adalah fenomena kenaikan harga barang dan jasa yang terkait dengan transisi menuju ekonomi yang lebih ramah lingkungan, seperti penggunaan energi terbarukan, teknologi berkelanjutan, dan kebijakan lingkungan yang lebih ketat.
Greenflation dapat berdampak pada inflasi umum, daya saing, dan kesejahteraan masyarakat.
Beberapa negara yang mengalami greenflation antara lain adalah:
– Perancis
Negara ini mengalami protes besar-besaran dari gerakan “rompi kuning” yang menentang kenaikan pajak bahan bakar sebagai bagian dari rencana pemerintah untuk mengurangi emisi karbon.
– Jerman
Negara ini menghadapi tantangan untuk mencapai target emisi karbon yang ambisius, sambil mempertahankan pasokan energi yang stabil dan terjangkau.
Jerman juga mengalami krisis pasokan gas alam dari Rusia, yang menyebabkan lonjakan harga gas dan listrik.
– Amerika Serikat
Negara ini membutuhkan investasi besar-besaran untuk beralih ke energi terbarukan, yang diperkirakan mencapai US$ 4,5 triliun.
Negara ini juga menghadapi perlawanan dari industri bahan bakar fosil dan sebagian politisi yang mengkhawatirkan dampak ekonomi dan sosial dari transisi hijau.
– China
Negara dengan emisi gas rumah kaca terbesar di dunia. China telah berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 65% pada tahun 2030.
Untuk mencapai target ini, China telah menerapkan berbagai kebijakan dan investasi, termasuk pajak karbon, subsidi untuk energi terbarukan, regulasi untuk meningkatkan efisiensi energi.