JAKARTA, SELULAR.ID – Di tengah lilitan kredit macet, beredar kabar jika PT Investree Radhika Jaya (Investree) akan berhenti beroperasi.
PT Investree Radhika Jaya (Investree) langsung melakukan bantahan kabar jika perusahaan akan segera tutup.
Manajemen menyebut kegiatan operasional Investree sebagai perusahaan tetap berjalan seperti biasa.
Manajemen mengakui selama akhir pekan kemarin yakni 29 Desember 2023—2 Januari 2024 memang terdapat pemeliharaan sistem pada platform Investree baik website maupun aplikasi mobile Investree for Lender.
TONTON JUGA:
“Sehingga para pengguna tidak dapat mengakses seluruh layanan/fitur yang terdapat pada platform Investree,” ungkap manajemen Investree, Jumat (5/1/2024).
Baca juga: Modalku Tidak Ingin Bernasib Serupa Dengan Investree
Manajemen menyebut kabar tersebut juga sudah disebarluaskan kepada pengguna pada 28 Desember 2023 melalui pengumuman di email.
Saat ini, Investree pun sudah beroperasi secara normal kembali dengan adanya beberapa limitasi layanan/fitur.
Hal tersebut lantaran masih menunggu progress API atau integrasi dengan pihak ketiga.
“Meski begitu, Borrower dan Lender telah dapat mengajukan pinjaman dan mendanai lagi melalui platform kami,” pungkas manajemen.
Investree belakangan ini menjadi sorotan lantaran ada beberapa lender yang mengeluhkan gagal bayar.
Baca juga: Guru Jadi Profesi yang Paling Banyak Gunakan Pinjol
Mengutip website perusahaan, tingkat keberhasilan kredit perusahaan atau TKB90 mencapai 87,42%.
Artinya tingkat wanprestasi atau TWP90 platform fintech peer to peer (P2P) lending tersebut mencapai di atas 5% yakni 12,58%.
Manajemen menyebut bahwa kredit macet tersebut disebabkan oleh masih adanya borrower existing yang telah dibina oleh Investree sejak lama dan terdampak pandemi.
“Akibat pandemi, bisnis mereka terhantam. Melihat kondisi secara lebih luas, perekonomian nasional dan dunia yang terdampak Covid-19 turut menjadi penyebab pinjaman terlambat di Investree,” kata manajemen.
Investree menyebut bahwa pandemi memberikan dampak negatif terhadap rantai pasok secara global yang mempengaruhi kemampuan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) untuk memenuhi permintaan konsumen, dan berakibat pada penurunan pemasukan UMKM.
“Sehingga berdampak pada kemampuan mereka untuk membayar pinjaman secara tepat waktu. Sebagian berhasil bangkit, sebagian belum,” ujar manajemen.
“Beberapa profil industri yang belum berhasil pulih kembali antara lain pelaku UMKM dari industri garmen dan tekstil, minyak dan gas, serta konstruksi,” tandasnya.
Baca juga: Revisi UU ITE Bisa Pidanakan Perusahaan Pinjol hingga Debt Collector