Jumat, 1 Agustus 2025

Trend Eksodus Grup Operator Selular Dari Sejumlah Negara, Apa Penyebabnya?

BACA JUGA

Uday Rayana
Uday Rayana
Editor in Chief

Selular.ID – Tak dapat dipungkiri, dengan pertumbuhan yang tak lagi mewah dibandingkan satu dekade lalu, industri selular kini menghadapi tantangan yang tak ringan.

Apalagi persoalan yang dihadapi tak melulu urusan persaingan dan bisnis, namun juga masalah geopolitik yang sukar diprediksi.

Demi mempertahankan kinerja, sejumlah grup operator pada akhirnya memilih untuk melepas anak perusahaan yang beroperasi di negara lain.

Salah satu raksasa telekomunikasi yang memilih keluar dari sejumlah negara adalah Telenor. Tebaru, Telenor Group telah menyelesaikan penjualan unit selularnya di Pakistan kepada Perusahaan Telekomunikasi Pakistan (PTCL).

Sebuah langkah yang akan menciptakan operator terbesar di negara tersebut dengan perkiraan 70,6 juta koneksi seluler setelah proses penjualan dirampungkan.

Operator yang berkantor pusat di Fornebu – Norwegia itu, menyatakan bahwa penjualan kepada PTCL merupakan penutup dari tinjauan strategis operasinya di negara tersebut yang diumumkan 18 bulan lalu.

Sebelumnya rumor telah bermunculan pada Juli 2023, bahwa PTCL tertarik untuk mengakuisisi Telecom Pakistan yang dikuasai Telenor. Sebagai operator nomor empat di Pakistan, PTCL dimiliki oleh e& yang berbasis di UEA.

Baca Juga: Digerus OTT, Operator Selular Kehilangan US$2,5 Miliar Sepanjang 2023

Telenor mengatakan transaksi tersebut bernilai NOK5,3 miliar ($493,5 juta) secara tunai dan bebas utang. Dalam pengajuan pasar saham, PTCL mengatakan akan mendanai akuisisi tersebut melalui utang luar negeri yang rencananya akan dikumpulkan.

GSMA Intelligence memperkirakan Telecom Pakistan pada akhir September 2023, memiliki 45,4 juta koneksi seluler dan PTCL 25,2 juta.

Sedangkan dua operator lainnya, yaitu Jazz milik Veon punya 70,5 juta pelanggan dan Zong yang didukung China Mobile menggamit 46,8 juta pelanggan.

CEO Telenor Sigve Brekke menyatakan konsolidasi ini akan membantu memperkuat sektor telekomunikasi Pakistan, menciptakan peluang di bidang pertumbuhan baru.

Petter-Borre Furberg, kepala Telenor Asia, menambahkan pihaknya yakin pasar akan lebih terlayani oleh perusahaan lokal yang kuat.

“Strategi kami di Asia adalah membangun posisi nomor satu di pasar tempat kami beroperasi, dengan skala sebagai prasyarat untuk penciptaan nilai dan pertumbuhan yang menguntungkan,” kata Furberg.

Telenor membukukan biaya penurunan nilai sebesar NOK2,5 miliar pada unit tersebut pada Juli 2022, yang menunjukkan situasi makroekonomi yang memburuk.

Penjualan tersebut menandai berlanjutnya penghematan operasi Telenor di Asia, menyusul suksesnya langkah merger antara Digi di Malaysia dan dtac Thailand.

Begitu pun penjualan unitnya di Myanmar pada 2021 ke M1 Group yang berbasis di Lebanon seharga $105 juta. Khusus dalam kasus Myanmar, Telenor terpaksa mengambil keputusan tersebut, menyusul memburuknya situasi keamanan pasca kudeta militer.

Langkah tersebut juga demi menghindari sanksi Uni Eropa setelah junta militer Myanmar meminta untuk mengaktifkan teknologi penyadapan kepada masyarakat sipil.

Selain Telenor, grup operator telekomunikasi yang belakangan juga memutuskan keluar dari wilayah operasi adalah Axiata Berhard.

Axiata Group Kantungi US$50 Juta Hasil Penjualan Ncell Nepal

Diketahui pada awal Desember 2023, Grup Axiata mencapai kesepakatan untuk menjual unit selularnya di Nepal.

Keputusan strategis itu diambil, setelah tinjauan terhadap lingkungan bisnis lokal menyebutkan bahwa melanjutkan operasi dengan perpajakan yang tidak adil dan ketidakpastian peraturan tidak akan berkelanjutan bagi perusahaan.

Anak perusahaan grup tersebut, Axiata Investments, telah menandatangani perjanjian tanpa syarat dengan Spectrlite UK untuk penjualan Reynolds Holdings, yang memiliki 80 persen saham di Ncell Axiata.

Total pertimbangan untuk transaksi yang diusulkan dibagi antara jumlah tetap sebesar $50 juta dan jumlah bersyarat bergantung pada kinerja bisnis masa depan dan distribusi yang diumumkan oleh Ncell.

Baca Juga: Induk Usaha XL, Axiata Group Kantungi US$50 Juta Hasil Penjualan Ncell Nepal

Dalam pengajuan pasar saham, Axiata Group menjelaskan pihaknya mempercepat keluarnya perusahaan tersebut mengingat paparan pajak berganda, risiko yang terkait dengan berakhirnya lisensi seluler perusahaan pada 2029, dan potensi pengambilalihan sahamnya oleh pemerintah.

Ncell membayar pajak keuntungan modal sebesar NPR47 miliar ($352,3 juta) sebagai “kewajiban penuh dan final” dan menerima konfirmasi dari otoritas pajak pada bulan April 2020 bahwa tidak ada pajak lebih lanjut yang tersisa sehubungan dengan akuisisi Reynolds pada 2016.

Meski sudah membayar, operator terkena tagihan pajak tambahan sebesar NPR57,9 juta untuk transaksi yang sama pada tahun 2021.

Pada Juni lalu, pengadilan internasional mengeluarkan perintah yang melarang pihak berwenang menuntut Ncell membayar jumlah tambahan apa pun terkait dengan perselisihan tersebut, namun otoritas pajak belum menarik penilaian tersebut, yang diperkirakan mencapai $433,6 juta termasuk bunga.

Karena biaya penurunan nilai aset terkait Ncell, kerugian bersih Grup Axiata pada Q3 meningkat menjadi MYR797 juta ($171 juta) dari MYR52,4 juta dibandingkan tahun sebelumnya.

Untuk diketahui, Ncell Axiata Limited (sebelumnya Ncell Private Limited) adalah penyedia layanan seluler dari Nepal.

Ncell merupakan perusahaan terbesar pertama di Nepal dalam hal pangsa pasar pendapatan dan perusahaan telekomunikasi terbesar kedua, setelah Nepal Telecom dalam hal basis pelanggan.

Perjalanan Ncel dimulai pada 2004. Hanya ada satu operator telekomunikasi besar pada saat itu, Nepal Telecom. Nepal Telecom telah menyediakan layanan PSTN dan GSM sejak awal.

Berinvestasi di bidang telekomunikasi dan bersaing dengan lembaga pemerintah merupakan risiko besar pada saat itu.

Dengan masuknya Ncell, konsumen Nepal mempunyai pilihan dan sektor telekomunikasi menyaksikan kemajuan luar biasa karena persaingan di pasar.

Baca Juga: Lalu Lintas Data Selular Naik 3x Lipat, Operator Harap OTT Bantu Investasi

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU