Selular.ID – Pada akhir Maret lalu, PT Telkom mempublikasikan laporan keuangan perusahaan tahun buku 2022.
Tercatat, BUMN telekomunikasi itu, meraih pendapatan konsolidasi sebesar Rp147,31 triliun atau tumbuh sebesar 2,9 persen dibandingkan 2021.
EBITDA perseroan sebesar Rp78,99 triliun atau tumbuh 4,3 persen (YoY) dengan laba bersih operasi Rp25,86 triliun atau tumbuh 7,7 persen YoY.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, Telkomsel masih menjadi kontributor terbesar Telkom Group.
Tercatat, operator selular terbesar di Indonesia itu, membukukan pendapatan sebesar Rp89,04 triliun atau tumbuh 1,8 persen dari periode yang sama tahun lalu.
Pendapatan sebesar itu disumbang oleh legacy services (Rp 16,10 triliun), dan digital business mencapai Rp 72,93 triliun.
Tercatat EBITDA Telkomsel pada 2022 mencapai Rp 50,48 triliun, dan EBITDA margin sebesar 56,7%.
Laba bersih tercatat Rp 18,36 triliun dengan net income margin 20,6%. Namun jika faktor investasi Telkomsel di GoTo dikesampingkan yang dicatatkan oleh PT Telkom sebagai unrealized loss, maka laba usaha Telkomsel sejatinya mencapai Rp 21,21 triliun.
Dalam beberapa tahun terakhir, perolehan laba Telkomsel terlihat turun naik, mencerminkan fundamental perusahaan sekaligus landscape industri yang berubah drastis dan tengah mencari pijakan baru.
Mari kita telisik laba Telkomsel beberapa tahun ke belakang. Berdasarkan laporan keuangan yang sudah dipublikasikan secara resmi oleh Telkom.
Berikut laba bersih yang diraih Telkomsel sepanjang 2013 – 2021. Masing-masing: Rp 17,34 triliun (2013), Rp 19,4 triliun (2014), Rp 22,36 triliun (2015), Rp 28,19 triliun (2016), Rp 25,5 triliun (2017), Rp 25,5 triliun (2018), Rp 25,8 triliun (2019), Rp 25,0 triliun (2020), dan Rp 24,8 triliun (2021).
Setelah tumbuh gemilang di era 2G dan 3G, kinerja operator di era 4G cenderung melambat. Transisi komunikasi pelanggan dari basic service (voice dan SMS) ke data, membuat harga data juga menukik tajam imbas perang tarif yang tak berkesudahan.
Kondisi diperburuk dengan layanan suara dan video milik OTT global, seperti WhatsApp yang menggerus layanan serupa yang sebelumnya menjadi tambang uang operator.
Kombinasi tarif data yang murah dan beralihnya pengguna ke layanan SMS dan suara yang disediakan secara gratis oleh OTT global, membuat kinerja operator selular di Indonesia melambat. Tidak terkecuali Telkomsel.
Meski demikian, jika melongok pada EBITDA margin yang terbilang tinggi, mencapai 56,7% pada 2022, didukung market share dan revenue share yang tetap dominan masing-masing 48% (riset Counterpoint Q2-2022) dan 65%, kinerja Telkomsel terutama dari sisi fundamental keuangan masih terbilang sangat sehat.
Baca Juga: Tutup 2022, Kontribusi Telkomsel Ke PT Telkom Tembus Rp 89,04 Triliun