Sabtu, 2 Agustus 2025
Selular.ID -

Generasi Muda Banyak Terjerat Utang Paylater, Inilah Penyebabnya

BACA JUGA

Efek paylater

Yang menjadi salah satu pisau bermata dua ini yakni fitur Buy Now Pay Later (BNPL) atau dikenal dengan sebutan paylater.

BNPL ini merupakan pinjaman untuk dapat membeli barang secara kredit tanpa kartu kredit. Layanan ini memungkinkan konsumen membayar transaksi di kemudian hari, baik sekali bayar maupun cicilan.

Metode ini menjadi salah satu opsi pembayaran yang menarik bagi masyarakat yang memiliki anggaran terbatas. Beragam fintech sebagai platform penyedia layanan keuangan online, situs belanja daring, hingga layanan dompet digital menawarkan diversifikasi produk ke ranah pembiayaan kredit.

Sampai saat ini, berbagai jenis e-commerce telang menggaet fintech untuk pengajuan pinjaman, seperti Gopay yang menyediakan fitur PayLater, OVO dengan OVO PayLater, dan berbagai perusahaan marketplace seperti Traveloka, Shopee, Kredivo, dan sebagainya yang juga memberikan fasilitas paylater kepada pengguna.

Menurut riset yang dilakukan Kredivo dan Katadata pada Juni 2022, beberapa alasan pengguna memilih paylater sebagai metode pembayaran.

Baca juga: Pahami 5 Hal Ini Sebelum Memutuskan Pakai Paylater

Sebanyak 56 persen responden merasakan manfaat fleksibilitas dengan pembayaran cicilan paylater, 55 persen menilai kemudahan akses paylater yang membantu mendapatkan kredit, dan 51 persen menilai paylater aman karena terintegrasi dengan e-commerce yang sudah terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

“Sayangnya, sistem pembayaran paylater ini mendorong kalangan muda terjerumus dalam perilaku konsumtif karena hanya dengan sentuhan layar mereka dapat membeli barang yang tidak terlalu dibutuhkan. Bahkan, sebagian memesan makanan, tiket pesawat, dan hotel untuk berlibur meskipun sedang tidak memiliki uang. Akibatnya, banyak anak muda yang terjerat utang hingga puluhan juta karena tidak mampu melunasi pembayaran,” Kata Prita yang dikutip dari berbagai sumber.

Prita menambahkan, utang yang menjerat para pengguna paylater, khususnya anak muda, terjadi karena mereka belum berpenghasilan tetapi sudah mengambil paylater.

Biasanya mengambil pinjaman di luar batas kemampuan dan melakukan skema gali lubang tutup lubang sehingga di saat utang yang satu belum lunas, justru mengambil utang baru.

Kecanduan belanja online yang dibarengi minimnya literasi keuangan ini pun semakin memperburuk keadaan.

Prita mengusulkan perlunya literasi terkait pengelolaan keuangan bagi generasi muda. Ada tiga komponen utama dalam mengukur literasi keuanga, yakni pengetahuan, tingkah laku, dan sikap. Literasi keuangan dapat membentuk perilaku generasi muda agar tidak konsumtif saat belanja.

“Literasi keuangan yang tepat dapat membuat individu lebih cermat dalam mengelola keuangan dan mampu memilah pembelian barang atau jasa yang dibutuhkan. Dalam manajemen keuangan, anak muda bisa menggunakan sistem pemisahan rekening, misalnya untuk pos biaya hidup (50 persen) gunakan rekening tabungan, pos tabungan (30 persen) gunakan rekening investasi, dan pos gaya hidup (20 persen) gunakan dompet digital. Dengan begitu, keuangan lebih terkontrol dan perilaku konsumtif generasi muda dapat menurun,” Kata CEO Zapfinance.

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU