Jumat, 1 Agustus 2025
Selular.ID -

Kontroversi Huawei: Meredup di Barat, Menjadi Kuat di Teluk

BACA JUGA

Uday Rayana
Uday Rayana
Editor in Chief

Selular.ID – Raksasa telekomunikasi China Huawei sedang menikmati bulan madu yang panjang dengan negara-negara Teluk yang kaya minyak, meskipun dikritik oleh Amerika Serikat dan Eropa sebagai potensi ancaman keamanan.

Negara-negara Teluk Arab yang selama ini merupakan mitra strategis Washington, berusaha untuk mendiversifikasi ekonomi agar tidak tergantung pada minyak dan gas bumi. Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak berinvestasi di sektor ini karena selera mereka akan teknologi tumbuh.

Di sisi lain, Huawei telah berjuang dalam menghadapi gelombang sanksi AS sejak 2019. Washington mengklaim Huawei memiliki hubungan dekat dengan militer China dan bahwa Beijing dapat menggunakan peralatannya untuk spionase – tuduhan yang dibantah oleh perusahaan.

Tercatat sejumlah negara yang menjadi sekutu AS, seperti Inggris dan Swedia telah melarang penggunaan peralatan Huawei di jaringan 5G mereka.

Negara-negara Eropa lain, seperti Prancis, Belgia, Belanda, dan Luksemburg juga telah memberlakukan pembatasan terhadap Huawei.

Dua sekutu AS lainnya, Selandia Baru dan Australia juga memberlakukan larangan yang sama terhadap Huawei. Dengan alasan tidak jauh berbeda, persoalan keamanan nasional.

Uniknya negara-negara Teluk yang dimotori oleh Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, tidak hanya memilih Huawei untuk peluncuran 5G mereka, tetapi juga bermitra dengan perusahaan untuk mengembangkan “kota pintar”.

Fitur-fitur ini meningkatkan layanan digital dan pengawasan keamanan, keahlian khusus Huawei di negara-negara Teluk, sangat menghargai pemantauan populasi mereka.

“Dengan mendapatkan kepercayaan dari mitra kami di Timur Tengah, kami telah mampu mengurangi tekanan politik eksternal seperti yang dikejar oleh AS,” kata Charles Yang, kepala Huawei Timur Tengah, kepada AFP dari kantor pusat perusahaan di Dubai.

“Infrastruktur digital telah menjadi pilar utama strategi transformasi nasional (negara-negara Teluk),” tandas Yang.

Di sisi lain, analis International Institute for Strategic Studies Camille Lons menyebutkan bahwa penggunaan teknologi negara-negara Teluk untuk pengawasan populasi lebih dekat dengan praktik China daripada negara-negara Barat.

“Kekhawatiran tentang Huawei yang disuarakan di AS dan Eropa “tidak meyakinkan” di wilayah tersebut”, kata Camille kepada AFP.

Baca Juga: Huawei Bantu Pulihkan Jaringan Telekomunikasi Gempa Cianjur

Mengurangi ‘Tekanan Politik’

Sementara Huawei memiliki kehadiran yang kuat di Teluk sejak 1990-an, kesepakatan dan pengumuman besar porsi kerjasama di sana telah berlipat ganda dalam beberapa tahun terakhir.

Pada Januari 2022, Arab Saudi mengumumkan bakal membuka toko Huawei terbesar di luar China di Riyadh, beberapa bulan setelah kesepakatan dengan perusahaan untuk mengembangkan kecerdasan buatan guna mendukung pertumbuhan sektor publik dan swasta.

Pada pertengahan 2020, perusahaan investasi Saudi Batic menyepakati kesepakatan dengan Huawei untuk mengerjakan proyek “kota pintar” di kerajaan tersebut, di mana perusahaan itu sudah menjadi mitra utama dalam proyek Yanbu Smart Industrial City di Laut Merah.

Huawei juga telah mengembangkan aplikasi dan infrastruktur digital untuk mendukung peziarah Muslim yang mengunjungi Mekkah dan Madinah, dua tempat suci umat Islam.

Puncak hubungan kerjasama Huawei dengan Arab Saudi, tercermin baru-baru ini. Saat keduanya menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) untuk meningkatkan investasi di cloud dan infrastruktur pintar di negara tersebut.

Kerjasama itu merupakan salah satu dari beberapa kesepakatan yang dicapai dengan perusahaan China selama kunjungan Presiden Xi Jinping ke Arab Saudi yang disambut langsung oleh Raja Salman (8/12/2022).

Reuters melaporkan MoU dengan Huawei melibatkan rencana untuk membangun infrastruktur industri pintar di kota-kota utama di negara kaya minyak itu, bersama dengan gerakan komputasi awan.

Dalam sebuah pernyataan, Arab Saudi menyoroti keinginan kedua negara untuk “mengembangkan dan memperkuat” hubungan di beberapa sektor.

Kesepakatan yang melibatkan Huawei adalah salah satu dari 34 bidang yang ditandatangani termasuk energi hijau, IT, layanan cloud, transportasi dan industri medis.

Para pejabat memuji perjanjian tersebut sebagai kontribusi untuk bergerak untuk “membangun ekonomi yang lebih terdiversifikasi dan berkelanjutan”, sambil memajukan tujuan regional Arab Saudi dan strategi Visi 2030.

Seperti halnya Arab Saudi, Huawei juga terus memperkuat kehadirannya di Uni Emirat Arab (UEA). Di emirat berteknologi tinggi, salah satu dari tujuh yang membentuk UEA, Huawei telah meluncurkan proyek mulai dari penyimpanan data hingga layanan pembayaran online untuk jaringan transportasi umum.

Emirates yang berbasis di Dubai, maskapai penerbangan terbesar di Timur Tengah, tahun lalu memilih Huawei untuk membangun pusat guna meningkatkan kemampuan pengawasan dan keamanan perusahaan.

Seorang juru bicara Emirates menolak untuk menguraikan sifat sebenarnya dari teknologi tersebut, tetapi mengatakan “solusi semacam itu digunakan di seluruh dunia terutama untuk alasan keselamatan dan keamanan publik”.

Sejauh ini China tetap menjadi salah satu mitra dagang terkemuka negara-negara Teluk. Angka PBB menunjukkan perdagangan pada 2019 dengan Arab Saudi – pengekspor minyak mentah terbesar di dunia – mencapai sekitar $36,4 miliar, sementara dengan UEA melebihi $50 miliar.

Meski telah menjadi sasaran AS, Huawei mengatakan masih berharap untuk mengatur ulang dengan Washington, setelah mantan presiden AS Donald Trump menargetkan perusahaan itu sebagai bagian dari kebuntuan perdagangan dan teknologi China-AS yang semakin intensif.

Tetapi Camille Lons memperingatkan bahwa bulan madu Huawei dan negara-negara Teluk dapat menyebabkan kekhawatiran keamanan bagi AS.

Dia mencatat keberadaan pangkalan militer Amerika di kawasan itu, dan bahwa negara-negara Teluk adalah “pembeli utama peralatan militer AS”.

Mungkin ada kekhawatiran tentang “risiko bahwa informasi atau teknologi militer AS yang sensitif dimata-matai dan dipindahkan ke China”, katanya.

Baca Juga: Huawei: Pembangunan Infrastruktur Jaringan di Indonesia Meningkat Signifikan

 

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU