Selular.ID – Prediksi bahwa seluruh operator BWA (broadband wireless access) bakal sepenuhnya hilang dari peta persaingan industri telekomunikasi Indonesia, terbukti menjadi kenyataan.
Berca Hardayaperkasa yang merupakan operator BWA terakhir telah lempar handuk. Operator di bawah Berca Group itu, resmi mengumumkan penghentian layanan internet bergerak miliknya, Hinet, pada 16 November 2022.
Dengan penghentian itu, jaringan 4G LTE Hinet tidak akan lagi tersedia di delapan wilayah layanan Berca. Meliputi Denpasar, Makassar, Pekanbaru, Batam, Medan, Palembang, Pontianak dan Balikpapan.
Seiring dengan penutupan layanan Hinet, Berca juga tidak lagi menggunakan pita frekuensi 2,3 GHz untuk beroperasi. Frekwensi selebar 15 MHz di pita 2,3 GHz yang sebelumnya mereka gunakan, sepenuhnya dialihkan ke Telkomsel, setelah mendapat persetujuan dari Kementerian Kominfo.
Dengan tumbangnya Berca, punah sudah semua operator BWA di Indonesia. Sebelum Berca, tiga operator BWA sudah berguguran, yaitu Internux (BOLT!), Jasnita Telekomindo, dan First Media (Sitra).
Melongok ke belakang, saat pemerintah melelang frekuensi 2,3 GHz sebesar 30 MHz pada 2009 lalu ada delapan perusahaan dan konsorsium yang memperoleh hak untuk menjalankan layanan BWA atau internet pita lebar dengan teknologi WiMax 802.16e di 15 zonasi.
Sayangnya tiga tahun berselang, setengah dari pemegang lisensi tak kunjung menggelar layanan dan justru mengembalikan lisensi frekuensi kepada pemerintah di tahun 2012.
Keempat perusahaan itu antara lain Indosat Mega Media/IM2, Telkom, Konsorsium Wimax Indonesia (KWI), Konsorsium PT Comtronics System, dan PT Adiwarta Perdania(CSAP).
Sementara sisanya, hanya tiga yang benar-benar sempat menawarkan layanannya ke masyarakat. Yaitu Internux dengan Bolt!, First Media dengan Sitra, dan Berca Hardaya Perkasa dengan Hinet.
Baca Juga: Catatan Akhir 2020: Menunggu Langkah Tegas Pemerintah Terhadap Operator BWA Tersisa
Belakangan dua pemain yang berlaga di zona yang sama yaitu, Jabodetabek: Bolt dan Sitra memutuskan untuk menggabungkan layanan pada 2014.
Dalam perjalanannya, Bolt! dan First Media (Sitra) tak lagi bisa beroperasi karena menungak BHP frekwensi. Tak tanggung-tanggung, menurut laporan Kominfo per November 2018, First Media (KBLV) dan Internux (Bolt) memiliki tunggakan pokok plus denda sampai Rp 708.416.734.743 (atau di kisaran Rp 708,4 miliar) akibat belum melunasi Biaya Hak Penggunaan (BHP) izin frekuensi 2,3 GHz.
Akibat tunggakan tersebut, kedua operator di bawah Lippo Group terpaksa menutup layanan operasi. Padahal di era keemasannya, Bolt sempat meraih 3 juta pelanggan pada 2017. Sebelum tutup operasi, Bolt! bahkan bahkan menargetkan meraih 4 juta pelanggan pada 2018.
Berbeda dengan Bolt dan First Media, Jasnita justru tak kunjung menggelar layanan sejak lisensi sebagai operator BWA diberikan oleh pemerintah.
Kendati demikian perusahaan itu, tidak kunjung mengembalikan lisensi BWA tersebut hingga diketahui menunggak pembayaran BHP frekwensi sejak 2016.
Sampai kasus yang dialami oleh Bolt dan First Media mengemuka, barulah Jasnita memutuskan untuk mengembalikan frekuensi 2,3 GHz kepada pemerintah.
Tak dapat dipungkiri, teknologi netral yang diberlakukan Kominfo pada 2014, membuat operator GSM dapat menggelar layanan 4G di seluruh Indonesia.
Keputusan tersebut merupakan pukulan telak bagi operator BWA yang dibatasi zona. Meski meluncur duluan, namun secara komersial, teknologi WiMax yang mereka gunakan tak mampu bersaing dengan operator yang punya lisensi nasional.
Hal itu masih ditambah lagi dengan kelangkaan perangkat dan distribusi yang minim. Permasalahan yang sangat mendasar itu, tentunya berdampak langsung pada pendapatan perusahaan yang tak sebanding dengan investasi yang telah dikeluarkan.
Kinerja yang tak kunjung membaik dan ketidakmampuan bersaing dengan operator selular yang memiliki cakupan nasional, menyadarkan Berca sebagai operator BWA terakhir untuk mengambil langkah bijak.
Ketimbang setiap tahun harus mengeluarkan biaya besar, baik Opex maupun Capex, terutama BHP frekwensi kepada pemerintah, perusahaan memilih untuk mengalihkan sepenuhnya aset utama mereka, berupa spektrum frekwensi kepada Telkomsel.
Keputusan Berca untuk cabut dari bisnis internet mobile, dengan sendirinya menutup 13 tahun perjalanan operator BWA di Indonesia yang selama ini terbilang “hidup segan mati tak mau”.
Berca pun menyusul tiga kompatriotnya (Internux, First Media, dan Jasnita) yang sudah gugur duluan. Adios Berca Hardayaperkasa!
Baca Juga: Berca Hardayaperkasa, Pemain Terakhir BWA yang Lenyap Dari Persaingan Bisnis Telekomunikasi