Selular.ID – Covid-19 memang mulai melandai. Namun perbaikan ekonomi yang diharapkan terjadi mulai akhir tahun ini, justru masih jauh panggang dari api.
Kondisi diperburuk dengan persoalan geopolitik, seperti perang Rusia – Ukraina yang berkobar sejak Akhir Februari lalu, namun tak dapat diprediksi kapan bakal berakhir.
Alhasil, dunia diprediksi bakal terjerambab ke jurang resesi pada tahun depan. Pasalnya inflasi diprediksi terus meningkat. Menggerus daya beli konsumen. Membuat dunia usaha menahan ekspansi dan pengeluaran.
Dengan kondisi ekonomi yang menukik dan persoalan geopolitik yang masih tetap memanas, industri smartphone juga akan terkoreksi.
Perusahaan riset Canalys melaporkan pasar smartphone mengalami kontraksi sebesar 9 persen tahun-ke-tahun di Q3-2022.
Meski pasar menurun, tak ada perbendaan pada posisi lima besar. Top 5 vendor smartphone global untuk periode Juli-September 2022 menurut Canalys adalah Samsung (22%), Apple (18%), Xiaomi (14%), Oppo (10%), dan Vivo (9%).
Canalys yang berbasis di Hong Kong, juga memperingatkan permintaan yang lemah selama tiga kuartal berikutnya, seiring dengan kondisi resesi yang diprediksi bakal terjadi mulai tahun depan.
Menurunnya permintaan tercermin dari kinerja beberapa vendor utama. Apple misalnya, kini terlihat lebih berhati-hati. Pasalnya, peluncuran varian terbaru, iPhone 14, ternyata tidak sebaik generasi sebelumnya, iPhone 13.
Menurut Canalys, spekulasi mengenai menurunnya permintaan iPhone terbaru Apple dipicu oleh laporan bahwa mereka telah memerintahkan penghentian produksi satu komponen oleh satu atau lebih pemasok China.
Di sisi lain, situs berita The Information melaporkan, raksasa teknoloi yang berbasis di Cupertino, California itu, terpaksa menginjak rem pada varian iPhone 14 Plus saat mengevaluasi rendahnya permintaan.
Beberapa pemasok yang merakit modul menggunakan komponen tersebut juga telah memangkas produksi, tambah The Information.
Apple diketahui mulai mengirimkan model iPhone 14 pada 9 Oktober 2022. Sebelumnya Bloomberg melaporkan pada September, Apple membatalkan rencana untuk meningkatkan produksi iPhone baru setelah lonjakan permintaan yang diharapkan ternyata gagal terwujud.
Sebelumnya Apple tetap yakin bahwa masih ada minat konsumen untuk beralih ke teknologi terbaru.
“Di seluruh dunia, penetrasi 5G masih rendah,” kata Tim Cook, CEO Apple, kepada para analis pada bulan Juli. “Jadi saya pikir ada alasan untuk optimis.”
Sejauh ini, Apple telah melawan penurunan pengiriman smartphone di seluruh industri, yang turun hampir 9% pada kuartal terakhir dibandingkan dengan tahun sebelumnya, menurut peneliti International Data Corp.
Selama paruh pertama 2022, titik terang di pasar adalah harga smartphone di atas $900 yang terbilang masih cukup baik permintaannya, menurut Counterpoint Research.
Meski demikian, menukil laporan The Wall Street Journal (5/9/2022), sejak kedatangan ponsel 5G pada akhir 2020, konsumen di sejumlah negara, termasuk AS telah mengeluarkan lebih banyak uang untuk iPhone mereka.
Padahal menurut perkiraan survei konsumen Consumer Intelligence Research Partners, harga jual rata-rata iPhone telah naik menjadi $954 pada kuartal Juni dibandingkan dengan $783 pada kuartal September 2019, ketika iPhone 11 diperkenalkan.
Meski dibayangi menurunnya permintaan iPhone 14, namun kinerja Apple secara umum masih terbilang baik. Sesuai laporan yang diterbitkan pada akhir Juli lalu, Apple mengungkapkan pendapatannya untuk kuartal fiskal ketiga 2022, yang mencakup kuartal kalender kedua dan bulan April, Mei, dan Juni.
Saat itu banyak mata tertuju pada Apple karena kekhawatiran meningkat atas penurunan ekonomi di Amerika Serikat dan dunia.
Untuk Q3 2022, Apple melaporkan pendapatan $83,0 miliar dan laba $19,4 miliar. Laba per saham mencapai $ 1,20 untuk kuartal tersebut.
Sementara sepanjang Q3 2022, prediksi analis untuk pendapatan bervariasi; $79,26 miliar di low end hingga $88,41 miliar di high end. Rata-rata di 26 analis, bagaimanapun, adalah $82,81 miliar.
Apple belum memberikan panduan apa pun untuk Q3 2022, dengan alasan masalah rantai pasokan yang sedang berlangsung dan gangguan lanjutan yang disebabkan oleh pandemi COVID-19.
Faktanya, perusahaan bahkan telah memperingatkan bahwa kendala pasokan akan membebani pendapatan di suatu tempat di kisaran $4 miliar hingga $8 miliar untuk kuartal tersebut.
Sebagai perbandingan, pada kuartal yang sama tahun lalu, Apple melaporkan pendapatan $81,43 miliar dan laba $21,74 miliar. Pada Q3-2022, laba per saham $ 1,30. Angka-angka ini sangat didorong oleh pengeluaran yang disebabkan oleh pandemi, didorong oleh pertumbuhan pendapatan iPad dan Mac yang kuat.
Samsung Pangkas Produksi Hingga 30 Juta Unit Ponsel

Berbeda dengan Apple, Samsung terlihat lebih kedodoran. Meski masih menjadi penguasa pasar ponsel dunia, raksasa teknologi asal Korea Selatan itu tak lagi kebal terhadap tren ekonomi global menurun.
Sesuai laporan Refinitiv SmartEstimate diterbitkan baru-baru ini, laba kuartal ketiga 2022 raksasa elektronik itu diperkirakan jatuh hingga 25%. Ini adalah penurunan tahun ke tahun pertama dalam hampir tiga tahun.
Menurut Refinitiv SmartEstimate dari 22 analis, laba operasional untuk Samsung, pembuat chip memori dan smartphone terbesar di dunia, kemungkinan turun menjadi 11,8 triliun won ($8,3 miliar) pada kuartal Juli-September 2022.
Tak dapat dipungkiri, penurunan ekonomi melemahkan permintaan untuk perangkat elektronik dan chip yang selama ini menjadi andalan konglomerat Korea itu.
Meskipun Samsung mengklaim bahwa mereka mengharapkan penjualan smartphone untuk tetap datar atau mencapai pertumbuhan satu digit pada paruh kedua tahun ini, hal-hal tampaknya berbeda dalam rencana manufaktur smartphone di Vietnam.
Baca Juga: Bagaimana Nasib Exynos? Setelah Samsung Pilih Snapdragon Untuk Galaxy A23 5G
Sebuah laporan eksklusif dari Reuters mengklaim bahwa Samsung telah memangkas produksi smartphone di pabrik smartphone-nya di Thai Nguyen.
Pabrik ini menghasilkan 100 juta smartphone setiap tahun. Gabungan, dua pabrik telepon di negara ini bertanggung jawab untuk memproduksi setengah dari output telepon tahunan Samsung.
Apakah Samsung mengharapkan penurunan yang cukup besar dalam penjualan smartphone di paruh kedua tahun 2022?
Berbagai pekerja di pabrik mengklaim bahwa beberapa jalur produksi bekerja hanya tiga hari seminggu dibandingkan dengan enam hari sebelumnya. Beberapa baris bekerja hanya empat hari seminggu.
Tentu saja, sepertinya tidak ada waktu lembur yang diizinkan. Namun, Reuters dengan cepat mengklaim tidak tahu apakah Samsung mengalihkan sebagian produksinya ke luar Vietnam (India atau Korea Selatan).
Sejauh ini Samsung disebutkan bakal mengurangi produksi ponsel hingga 30 juta unit. Sebelumnya, tujuan awal dari Samsung adalah memproduksi sekitar 310 juta smartphone pada 2022.
Tapi perusahaan asal negeri gingseng ini, harus memaksa mundur dari yang menjadikan target produksi tahunannya menjadi hanya 280 juta.
Samsung beralasan, pemangkasan produksi sebagai dampak dari tiga persoalan utama. Yaitu, kenaikan inflasi dan belanja konsumen, masih berlangsungnya kekurangan komponen, serta perang di Ukraina mempengaruhi perusahaan Korea dan penjualannya di bisnis smartphone.
Baca Juga: Mercedes Boyong Fitur Audio Spasial Besutan Apple ke Mobilnya