Sabtu, 2 Agustus 2025
Selular.ID -

Setelah 2,3GHz, Indonesia Siap Luncurkan Pita Frekuensi Rendah 700MHz untuk 5G

BACA JUGA

Dalam konferensi tersebut, pembicara dari kalangan regulator di Kamboja mengatakan bahwa pengembangan layanan 5G sepenuhnya menjadi salah satu faktor kunci untuk mewujudkan Digital Cambodia.

Selain 3.5GHz, Kamboja juga tengah menimbang frekuensi 6GHz untuk IMT melalui studi ITU-R.

Oleh karena itu, regulator di negara tersebut menyarankan negara-negara Asia Pasifik untuk menyisihkan pita 6GHz bagian atas untuk IMT sebelum WRC-23, dalam rangka mencapai harmonisasi spektrum dan ekosistem.

Baca Juga: Operator Selular Thailand Sukses Uji Coba Konektivitas Ganda Jaringan 5G

Sementara itu, Thailand NBTC mengumumkan bahwa layanan 5G telah diluncurkan secara komersial pada pita 2.6GHz dan 700MHz, dan di saat yang sama mereka tengah menggelar uji coba pada pita 3.5GHz/28GHz serta penelitian pada pita 6GHz berdasarkan WRC-23.

Di masa depan, NBTC mengklaim bahwa akan dibutuhkan total bandwidth 2051MHz yang terdiri dari pita sedang dan rendah untuk memberikan kecepatan unduhan 5G setidaknya 100 Mbps, dari rata-rata 30Mbps saat ini pada jaringan 4G.

Selain itu, cakupan populasi 5G nasional di Thailand mencapai 77% dengan total 17.244 BTS 2600MHz pada April 2022.

Baca Juga: Setelah Indonesia, Xiaomi Juga Puncaki Pasar Smartphone Thailand

Delegasi Kementerian Industri dan Teknologi Informasi (MIIT) Tiongkok mengatakan bahwa pita sedang telah dipilih sebagai pita frekuensi utama untuk 5G secara global.

Frekuensi 6GHz akan menjadi pita frekuensi utama untuk 5G di masa depan berkat gabungan dari kapasitas, cakupan dan biayanya, yang terutama akan menguntungkan bagi negara-negara berkembang.

Di saat yang sama, pita 6GHz tidak akan lagi digunakan untuk layanan tetap seperti gelombang mikro (microwave) di Tiongkok.

Baca Juga: Laporan: Jumlah Pelanggan 5G di Asia Tenggara Diperkirakan Tembus 15 juta Pada Akhir 2021

Menurut GSMA, selama rentang waktu 2025-2030, negara-negara dunia akan membutuhkan spektrum pita sedang 2 GHz untuk memberikan kecepatan downlink 100 Mbps dan uplink 50 Mbps bagi pengguna IMT agar dapat menyediakan layanan 5G, oleh karena itu pita 6GHz menjadi kandidat utamanya.

3GPP RAN Plenary telah meluncurkan hasil standardisasi pita 6GHz (6425-7125 MHz) atas sebagai pita frekuensi IMT yang baru, dan diharapkan pekerjaan ini selesai di tahun 2022.

Selain itu, GSMA menghimbau regulator untuk mempertimbangkan setidaknya pita 6GHz atas untuk penggunaan IMT berlisensi, sedangkan pita 6GHz bawah dapat digunakan sebagai basis netral teknologi.

Baca Juga: CEO Nokia: Radio MIMO Masif 5G Nokia Bakal Segera Dirilis

Du Yeqing, Vice President 5G Product Line Huawei, juga menggaris bawahi bahwa masing-masing negara akan memerlukan 2000MHz spektrum pita sedang dalam 5 hingga 10 tahun ke depan, untuk memenuhi kebutuhan pengguna akan kecepatan yang lebih baik dan layanan yang lebih terjangkau dalam penyelengaraan layanan 5G secara penuh.

Pita frekuensi 2,1/2,3/2,6/4,9 GHz memiliki ekosistem yang telah matang yang mendukung pengembangan primer 5G, seperti halnya pita C-band.

Saat ini, kalangan industri bekerja sama untuk mematangkan ekosistem 6GHz dalam upaya memenuhi kebutuhan 5G dalam jangka panjang.

Baca Juga: Teknologi 5G Huawei dengan Layanan dan Inovasi di Sejumlah Kota di Indonesia

Frekuensi APT 700MHz telah menjadi pita utama untuk 4G dan 5G dengan dukungan ekosistem yang sudah matang.

Axiata mendesak regulator di negara-negara Asia Pasifik untuk meluncurkan frekuensi 700MHz sebagai IMT kemudian sesegera mungkin melakukan harmonisasi spektrum ini untuk mencakup Indonesia, Kamboja, Bangladesh, Sri Lanka, serta Nepal.

Baca Juga: Tak Hanya Indonesia, Demam Merger Juga Melanda Operator di Banyak Negara Asia

Sementara itu, delegasi Celcom Malaysia berbagi kemajuan yang dicapai dalam peningkatan backhaul seluler, dengan kecukupan spektrum gelombang mikro yang mencakup E-band dan inovasi teknologi seperti agregasi pita frekuensi.

Celcom Malaysia mendorong peningkatan 4G ke 5G bersamaan dengan evolusi RAN untuk memenuhi ekspektasi pengalaman data yang terus meningkat.

 

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU