Shopee Dituduh Mengorbankan Data dan Keamanan Warga India
Sejauh ini tidak ada bukti yang jelas bahwa keputusan Shopee menarik diri dari India didasarkan pada tekanan pemerintah atau keputusan operasional lainnya, kata analis Citi Alicia Yap.
“Keputusan mengenai Shopee India ini tidak ada hubungannya dengan masalah regulasi,” kata juru bicara Shopee, seperti dilansir dari laman media Hong Kong terkemuka, SCMP (29/3).
Meski demikian, keputusan Shopee untuk keluar dari India sebagian dipicu oleh pengawasan peraturan yang lebih ketat yang membuat aplikasi game besutan SEA, Free Fire dilarang sebagai bagian dari tindakan keras terhadap perusahaan yang diduga mengirim data ke server yang ditempatkan di China.
Namun pada awal Maret lalu, seperti dilaporkan Reuters, SEA dengan tegas mengatakan bahwa pihaknya tidak mentransfer atau menyimpan data pengguna India di China. Sejauh ini, pihak berwenang Singapura juga telah menyampaikan keprihatinan kepada India atas larangan tersebut, menanyakan mengapa SEA menjadi sasaran.
Tak dapat dipungkiri, pemain e-commerce termasuk Shopee tengah menghadapi lingkungan peraturan yang ketat di India. New Delhi telah bertahun-tahun memberlakukan pembatasan untuk melindungi pengecer yang lebih kecil.
Pengecer offline di India sering menuduh perusahaan asing mengabaikan peraturan dan menawarkan diskon besar-besaran yang merugikan bisnis mereka, tuduhan yang dibantah perusahaan.
Baca Juga: 2C2P dan ShopeePay Perluas Akses Pembayaran Digital Ke 5 Negara Asia Tenggara
Satu kelompok industri lokal yang menentang kehadiran Shopee di India dengan cepat merayakan penarikan perusahaan tersebut. Badan perdagangan Confederation of All India Traders (CAIT) mengatakan di Twitter bahwa mereka “menyambut keluarnya Shopee dari India”.
Sekretaris Jenderal CAIT Praveen Khandelwal memperingatkan Perdana Menteri India Narendra Modi tentang Shopee dalam sebuah surat pada September tahun lalu, sebulan setelah perusahaan e-commerce mengumumkan akan memasuki pasar.
“Masuknya orang-orang seperti Shopee berarti mengorbankan data dan keamanan warga negara India, membanjiri pasar dengan barang-barang China, ikatan anti persaingan dengan produsen besar dengan akses eksklusif – yang semuanya akan menyerang perut pedagang kecil kami yang sudah menderita dampak Covid pada bisnis mereka,” tulis Khandelwal dalam surat yang dipostingnya di Twitter.
Dalam surat yang sama, dia mengatakan masuknya Shopee ke India melanggar Kebijakan Langsung Luar Negeri India karena “dimiliki dan dikendalikan oleh orang-orang China”, menunjuk ke tempat kelahiran pendiri dan saham yang dimiliki oleh raksasa teknologi China Tencent Holdings.
Lahir di Shanghai, salah satu pendiri dan CEO SEA Limited, Forrest Li pindah ke Singapura 17 tahun yang lalu, kemudian menjadi warga negara yang dinaturalisasi. Pengusaha berusia 44 tahun itu mendirikan Garena pada 2009 dan Shopee pada 2015. SEA Limited kemudian tercatat di Bursa Efek New York pada 2017.
Baca Juga: Cara Transfer Tanpa Biaya Admin ke Semua Bank Cuma dari ShopeePay
Bagaimana pun, terlepas dari isu menyangkut keamanan data, Shopee dalam beberapa bulan terakhir memang menghadapi seruan boikot dari pedagang semacam itu di India.
Mundur dari India, Shopee menambah barisan perusahaan top China yang sebelumnya terpaksa hengkang dari India. Sejak 2020, India telah melarang lebih dari 200 aplikasi China, termasuk aplikasi super Tencent Holdings WeChat, platform berbagi video pendek ByteDance TikTok, dan aplikasi lainnya milik Alibaba dan NetEase.