ARPU Ideal Operator Rp 40.000
Membaiknya ARPU terbukti berdampak langsung pada kinerja positif Indosat dan XL Axiata. Sebelumnya akibat persaingan tarif data internet dan jor-joran jualan kartu perdana yang lebih menarik dibandingkan top up pulsa atau paket data, churn rate yang dialami oleh operator di Indonesia terbilang tinggi.
Jumlahnya berkisar hingga 26%. Lebih tinggi dibandingkan rata-rata negara ASEAN yang hanya sebesar 15%. Padahal churn rate adalah indikator tingkat kemapanan operator. Semakin rendah tingkat churn rate, semakin bagus kinerja operator tersebut.
Tingginya churn rate berdampak pada rendahnya ARPU. Sebelum kebijakan registrasi prabayar yang diterapkan Kementerian Kominfo pada 2018, ARPU industri telekomunikasi di Indonesia terbilang rendah dan tidak sehat. Bahkan angkanya terendah kedua setelah India.
Berdasarkan catatan yang dimiliki oleh Bahana Sekuritas, pada 2018 ARPU terendah dipegang oleh Indosat yang hanya Rp 20.300 (blended). Sedangkan ARPU XL Axiata mencapai Rp 36.000. Sementara ARPU Telkomsel Rp 42.000.
Baca Juga: Telkomsel Jawara ARPU Industri Selular
Dari kalkulasi Andri Ngaserin, analis Bahana Sekuritas, idealnya ARPU operator di atas Rp 40 ribu. Dengan ARPU sebesar itu, operator memiliki kemampuan untuk menggembangkan layanannya dan mempertahankan kualitas jaringannya.
“Jika ARPU di bawah Rp 20 ribu, maka operator akan mengalami kesulitan dalam mempertahankan kualitas jaringan dan melakukan penggembangan teknologi,” ujar Andri.
Kini berkait kenaikan tarif dan tak lagi jor-joran jualan kartu perdana, ARPU Indosat dan XL Axiata telah mengalami perbaikan. Meski belum mencapai angka ideal, yaitu Rp 40.000, namun kenaikan ARPU terbukti telah berdampak pada peningkatan laba.
Jika operator dapat terus menciptakan laba, maka kemampuan investasi dapat terus meningkat. Sehingga perusahaan mampu bertahan di tengah iklim kompetisi yang semakin ketat.
Baca Juga: Era 5G, Apakah Efisien Jika Operator Bangun Jaringan Masing-masing?