Teguh Prasetya, Ketua Umum ASIOTI menjelaskan, AI dan IoT berpotensi semakin berkembang terlebih untuk menunjang industri di masa depan.
“Pendorong IoT dan AI yaitu adanya penurunan biaya operasional, meningkatkan keamanan,” ujar Teguh.
Tak hanya itu, IoT dan AI ini kian banyak diminati karena dinilai meningkatkan kualitas kontrol dan pendapatan.
“Kebutuhan pasar IoT di Indonesia cukup besar dan penetrasinya bisa ke berbagai sektor industri seperti manufaktur, kesehatan, agrikultur, retail, sektor publik, dan lain sebagainya, termasuk di bidang telekomunikasi dan media,” tegas Teguh.
IoT sendiri menduduki urutan pertama dari 4 industri teknologi teratas selain Artificial intelligence, Cloud Infrastructure, dan Big Data / Analytics yang memberi dampak berdasarkan survei dari Deloitte.
Industri ini bahkan tidak terpengaruh oleh pandemi yang terjadi sekarang.
Melihat potensi dan perkembangannya ke depan, IoT berpeluang cukup tinggi sebagai salah satu pemasok pendapatan bagi operator.
Teguh menjelaskan, sekitar 1,5 juta rumah di Indonesia yang berstatus smarthome pada 2019 lalu.
Meski demikian, situasi pandemi Covid-19 mendongkrakkan jumlah smarthome menjadi sekitar 6,5 juta.
“Potensi IoT di rumah-rumah juga masih sangat besar,” aku Teguh.
Dengan potensi yang ada, Teguh mengakui, saat ini berbagai perusahaan menerapkan strategi.
Setidaknya mereka harus memiliki tiga strategi yakni mengadopsi dan adaptasi, akselerasi, dan kolaborasi untuk bersiap di industri IoT dan AI.
“Dengan tiga strategi yang ada, teknologi IoT dan AI bisa menjadi solusi industri masa depan,” papar Teguh.
Baca juga: Digital Talent Tak Hanya Identik dengan Fresh Graduate Namun Juga Existing