Selular.ID – Seperti halnya migas, otomotif, dan perbankan, telekomunikasi khususnya selular adalah industri strategis. Ia berperan penting dalam membuka keterisolasian, meningkatkan kualitas pendidikan, pengembangan ekonomi, pembangunan sosial, pelestarian lingkungan, hingga pemenuhan kebutuhan gaya hidup modern.
Sejak masuknya teknologi GSM pada 1995, penetrasi pengguna selular berkembang pesat. Jumlah pengguna selular bahkan sudah saturated pada 2011 karena melebihi populasi. Tak berlebihan, sebagai key driver sekaligus enabler, kehadiran teknologi selular mampu mengubah arah dan mendorong kemajuan ekonomi bangsa.
Kini seiring dengan meluasnya pembangunan jaringan internet cepat di berbagai wilayah, menjadikan Indonesia sebagai pasar ICT terbesar di Asia Tenggara. Sektor ICT berkontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) nomor dua setelah sektor perbankan dan keuangan. Dan belakangan kerap tumbuh di atas PDB.
Bahkan ICT muncul sebagai salah satu sektor yang menjadi tulang punggung (backbone) dalam upaya bangsa untuk terus bertahan menghadapi tantangan pandemi Covid-19 yang merebak sejak awal 2020.
Mengutip laporan resmi Badan Pusat Statistik (BPS), sektor informasi dan komunikasi tumbuh sebesar 10,58% pada 2020 dibandingkan 2019 sebesar 9,42%.
Sedangkan dalam tiga kuartal sepanjang 2021, BPS mengungkapkan pertumbuhan sektor sektor ICT masing-masing mencapai 8,7% (kuartal I), 6,87% (kuartal II), dan 5,51% (kuartal III). Tren ini jauh di atas pertumbuhan rata-rata nasional.
Baca Juga: Terra Drone Indonesia Lakukan Uji Coba Inspeksi & Pemodelan Tower Telekomunikasi Pertamina
Pertumbuhan positif sektor ICT ini erat kaitannya dengan peran telekomunikasi sebagai enabler. Mendorong tetap berlangsungnya kegiatan masyarakat yang produktif, di tengah pembatasan aktivitas dan mobilitas di ruang publik yang perlu dilakukan selama masa pandemi.
Meski tak lagi leluasa seperti sebelumnya, namun masyarakat dengan cepat beradaptasi. Aktivitas mereka berubah dari ruang fisik ke digital. Hal itu menunjukkan peran signifikan internet dalam memfasilitasi masyarakat agar tetap dapat terkoneksi dalam melakukan berbagai aktivitas secara daring.
Pertumbuhan sektor ICT yang luar biasa di era pandemi, menunjukkan pentingnya peran operator telekomunikasi dalam mendorong transformasi digital. Demi melayani kebutuhan masyarakat yang mendadak menjadi ‘data hungry’, operator dituntut untuk meningkatkan kapasitas jaringan dan menyiapkan beragam layanan telekomunikasi yang lebih berkualitas.
Sebagai upaya mendorong aktivitas ekonomi masyarakat di berbagai daerah dan sektor, operator telekomunikasi terus menggenjot pembangunan infrastruktur digital. Seperti jaringan fiber optik, satelit, hingga menara BTS di wilayah yang belum terjangkau akses telekomunikasi atau kerap disebut dengan 3T (Terdepan, Tertinggal, Terluar).
Akses internet ke daerah 3T saat ini dirasa sangat penting, sebagai upaya pemerintah memangkas kesenjangan digital. Transformasi digital tidak mungkin terjadi kalau di sebagian Indonesia masih belum terkoneksi dengan layanan internet, sehingga akan menjadi semakin tertinggal.
Menurut catatan Kominfo, total terdapat 9.113 desa/kelurahan di wilayah 3T yang belum tercakup dalam jaringan 4G. Kominfo sendiri menargetkan seluruh wilayah 3T di Indonesia dapat terkoneksi dengan jaringan internet 4G pada tahun ini. Salah satu upaya tersebut adalah menjalin kerjasama dengan operator selular.
Upaya Kominfo untuk memerdekakan sinyal internet di wilayah 3T mendapat dukungan penuh dengan Kementerian Keuangan. Kementerian yang dipimpin oleh Sri Mulyani Indrawati itu, menggelontorkan dana Rp 16 triliun – Rp 17 triliun per tahun untuk belanja koneksi internet di daerah 3T. Gelontoran dana sebesar itu diharapkan dapat mendorong semakin tumbuhnya ekonomi digital di seluruh lapisan masyarakat.
Menurut catatan Kementerian Keuangan, ekonomi digital Indonesia diprediksi tumbuh hingga delapan kali lipat pada 2030 dari Rp 632 triliun menjadi Rp 4.531 triliun. Sektor e-commerce akan memerankan peran yang sangat besar, yaitu 34% atau setara dengan Rp 1.900 triliun.
Proyeksi Bappenas juga menyebutkan, bahwa pendapatan sektor-sektor digital di Indonesia akan terus meningkat. Pada 2021 mencapai US $2.806 juta dan melonjak menjadi US$4.114 juta pada 2025.
Baca Juga: BAKTI Gandeng Telkomsel dan XL Axiata, Garap BTS 4G di 7.904 Desa 3T
Salah satu cara mengoptimalkan potensi ekonomi digital adalah meningkatkan pengembangan infrastruktur telekomunikasi serta perlindungan konsumen digital.
Halaman berikutnya
Teknologi 5G Buka Peluang Digitalisasi di Berbagai Bidang dan Peningkatan Kinerja UMKM