Jakarta, Selular.ID – Hadirnya teknologi 4G pada 2015, menjadikan aktifitas mobile internet semakin nyaman. Dengan kecepatan akses hingga 100 Mbps, jauh berkali lipat dari 3G, masyarakat tak lagi bergantung pada fixed broadband.
Internet yang tak lagi lemot, membuat populasi smartphone pun melonjak. Lembaga riset terkemuka, IDC mencatat, sekitar 50-60 juta unit ponsel terserap di pasar Indonesia. Dari jumlah itu, 80% diantaranya sudah didominasi smartphone.
Di sisi lain, wabah pandemi covid-19 yang merebak sejak awal 2020, semakin mendorong massifnya kebutuhan internet. Alhasil, hingga Maret 2021, Kementerian Kominfo mencatat jumlah pengguna ponsel pintar mencapai 167 juta orang atau 89% dari total penduduk di Nusantara.
Kombinasi pasar yang luas dan kebutuhan akan internet, jelas menjadi daya tarik bagi brand-brand smartphone untuk mendulang cuan dari bisnis ponsel di Indonesia. Itu sebabnya, meski pasar sudah terbilang sesak, brand baru tetap bermunculan. Mereka mencari peruntungan dengan memanfaatkan konsumen Indonesia yang tidak terlalu fanatik terhadap merek, terutama di segmen menengah bawah yang punya dana terbatas.
Salah satunya adalah Tecno. Vendor asal China itu, berharap dapat mencuri pasar dari merek-merek lain yang sebelumnya sudah terbilang mapan. Termasuk dari para kompatriotnya yang kini sudah “berotot” di Indonesia.
Laporan lembaga riset seperti IDC, mengungkapkan empat vendor asal China sudah nangkring di posisi elit pada Q2-2021. Xiaomi menjadi jawara dengan 25% pangsa pasar. Diikuti oleh Oppo (20%), Vivo (15%), Samsung (15%), dan Realme (10%). Melonjaknya penguasaan pasar, menunjukkan popularitas keempat brand itu semakin meningkat di mata konsumen.
Popularitas memang sangat penting di tengah kompetisi yang terbilang ketat. Beberapa pemain diuntungkan karena sudah “kelotokan”, seperti Samsung. Persepsi konsumen terhadap merek asal Korea Selatan itu, sejauh ini masih sangat kuat, terutama mengacu pada inovasi dan kualitas. Itu sebabnya, meski sudah tak lagi menjadi market leader, Samsung tak pernah terlempar dari posisi lima besar.
Namun beberapa pemain yang juga terlihat mandek, karena tak pernah naik kelas. Padahal merek-merek itu sudah cukup lama malang melintang di Indonesia. Sebut saja Sharp dan Nokia.
Tecno sendiri bisa dibilang telat masuk. Brand yang popular di Afrika itu, menginvasi pasar domestik pada 2017. Bandingkan dengan Oppo yang sudah nongol pada 2014 dan Vivo pada 2015.
Menariknya, Realme juga belum terlalu lama masuk ke Indonesia, yaitu Oktober 2018. Namun dalam waktu yang relatif pendek, Realme sudah menduduki posisi lima jajaran brand smartphone terlaris di Tanah Air. Hal itu menunjukkan, ambisi Realme menjadi “game changer” bukan sekedar pepesan kosong.
Sebaliknya, meski setahun datang lebih awal, Tecno kalah popular dengan Realme. Hal itu menunjukkan, brand awareness Tecno berada di bawah Realme dan merek-merek smartphone China lainnya.