“Pegatron sudah mulai investasi dan dia akan memperluas lagi. Kemudian ada perusahaan lain seperti, saya lupa namanya, tetapi ada perusahaan besar di Taiwan itu, termasuk misalnya Foxconn”, ujar Airlangga.
Mundur ke belakang yaitu pada 2012, Foxconn juga pernah mengutarakan akan membangun pabrik di beberapa kawasan di Indonesia.
Namun semua rencana tersebut kandas di tengah jalan. Masalah lahan menjadi isu utama rencana investasi. Saat itu, Foxconn meminta pemerintah Indonesia agar dapat menyiapkan lahan setidaknya 100 hektar. Sayang, permintaan tak dapat dipenuhi. Apalagi, Foxconn ingin mendapatkan lahan di luar Jawa.
Alhasil, Foxconn berpaling ke India. Rencana tersebut langsung disambut hangat PM India Narendra Modi yang tengah menggenjot investasi produk teknologi tinggi, seperti smartphone, sejalan dengan dengan program “Making in India” yang diusung pemerintahannya.
Sebagai negara dengan predikat pasar ponsel terbesar kedua di dunia, Modi tak ingin negaranya hanya sekedar menjadi basis pasar. Perang dagang antara China dan AS juga mendorong relokasi pabrik Foxconn yang selama ini berpusat di China. Terutama Apple yang berusaha untuk menghindari tarif impor lebih mahal.
Demi merealisasikan investasi Foxconn itu, tak tanggung-tanggung, pemerintah India sanggup menyediakan lahan seluas 1.500 hektar. Dengan luas lahan sebesar itu, Foxconn tak hanya membangun pabrik, namun fasilitas riset dan pengembangan (R&D), dengan target memperkerjakan lebih dari 50.000 karyawan.
Berkat gelontoran investasi dari Foxconn, kini India menjelma menjadi salah satu produsen ponsel terkemuka dunia, setelah China dan Vietnam. Diketahui pada 2014 India masih mengimpor ponsel senilai USD 8 miliar. Namun sekarang negara berpenduduk lebih dari 1 milyar itu, telah mengekspor produk ponsel senilai USD 3 miliar sekaligus mengurangi impor secara signifikan.