Jakarta, Selular.ID – Kehadiran para penyelenggara layanan over the top (OTT) telah lama menggerus pendapatan operator telekomunikasi Indonesia melalui layanan-layanan yang dihadirkannya. Disrupsi yang diakibatkan oleh kehadiran OTT itu akan semakin parah jika operator tidak mawas diri dan segera berbenah.
Pasalnya, menurut Nonot Harsono, pengamat telekomunikasi Indonesia, dalam beberpa kurun waktu kedepan akan terjadi pertukaran peran antara pelaku bisnis telekomunikasi dengan pemain OTT jika disrupsi ini terus berlanjut.
“Para pemain OTT yang selama ini menggunakan jaringan operator dan mengeruk keuntungan banyak akan mengambil peran operator selular Indonesia sebagai network operator,” ungkapnya dalam sebuah diskusi yang digelar Indonesia ICT Institute di Jakarta (05/02/2020).
Dikatakan Nonot, pemain OTT seperti Google, Amazon, Facebook dan Microsoft serta sekarang ini Netflix yang selama ini mengeruk keuntungan dengan memanfaatkan jaringan operator sudah mulai membangun jaringannya sendiri.
Sementara itu operator di Indonesia yang tidak bisa beradaptasi dengan disrupsi teknologi ini akan kesulitan membangun infrastruktur karena tidak memiliki kemampuan financial lagi.
“Google dan Facebook sangat aktif bangun jaringan berkat uang yang didapat dari operator tapi nanti operatornya sendiri tidak kuat bangun jaringan. Jadi nanti kondisinya akan terbalik,” tegasnya.
Kekhawatiran ini menurut Nonot juga berlaku global baik di Eropa maupun Negara Asia lainnya. Kabel laut Google dikatakan Nonot sudah tersedia di seluruh benua. Bahkan sudah ada yang singgah ke Indonesia melalui salah satu operator yang ada di tanah air.
Kondisi tersebut menurut Nonot akan sangat bergantung pada kemampuan operator untuk bisa menciptakan kerjasama yang saling menghidupi. Operator dinilai Nonot juga harus mulai masuk menggarap IoT.
“Pemerintah juga perlu hadir untuk melindungi industrinya. Komisi Pengawas Persaingan Usaha juga perlu dijelaskan kondisi yang ada sehingga pengusaha Indonesia bisa terlindungi,” pungkasnya.