Jakarta, Selular.ID – Saat ini startup makin berkembang pesat di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Tingkatan startup juga dikenal dengan istilah unicorn, decacorn dan lainnya. Tingkatan tersebut berdasarkan nilai valuasi startup.
Unicorn sendiri merupakan julukan yang diberikan kepada perusahaan startup yang memiliki nilai valuasi lebih dari USD 1 Milyar atau setara Rp 14,1 Triliun. Di Indonesia sendiri sudah terdapat beberapa perusahaan startup yang mencapai nilai valuasi tersebut dan bisa disebut sebagai unicorn.
Diatas unicorn, masih ada tingkatan lebih tinggi yakni decacorn. Decacorn adalah perusahaan startup yang memiliki nilai valuasi lebih dari USD 10 Milyar (Rp 141 Triliun) sekitar 10 kali lipat dari unicorn.
Grab menjadi startup pertama di Asia Tenggara yang berhasil menjadi decacorn dengan nilai valuasi mencapai USD 10 Milyar (Rp 141 Triliun). Setelah Grab, Gojek pekan lalu juga telah dinobatkan sebagai Decacorn dengan tingkat valuasi yang sama yakni USD 10 Milyar (Rp 141 Triliun). Namun, status decacorn dan valuasi Gojek masih jadi keraguan sejumlah pihak.
TechCrunch melaporkan bahwa nilai valuasi Gojek belum mencapai USD 10 Miliar. Menurut narasumber yang mengatakan kepada TechCrunch, nilai valuasi Gojek saat ini berjumlah USD 9,5 miliar atau setara Rp 134 triliun. Valuasi tersebut dari hasil penutupan pendanaan terbaru Gojek pada Januari 2019 lalu.
Sebelumnya banyak media memberitakan bahwa Gojek telah mendapatkan nilai valuasi sebesar USD 10 Miliar sejak awal tahun 2019. Ternyata hal tersebut ada kekeliruan. Nampaknya media tersebut mendapatkan data terbaru dari Gojek mengenai pendanaan yang diterimanya hingga awal bulan April ini.
Lembaga riset CB Insights merilis laporan terbaru berdasarkan data yang dikumpulkan dari media tentang nilai valuasi Gojek sebesar USD 10 miliar berdasarkan pendanaan terbaru terhitung sampai awal tahun ini. Beberapa media menyebutkan bahwa Gojek telah mendapatkan pendanaan putaran pertama sebesar USD 1 miliar atau setara Rp 14 triliun pada awal tahun 2019, tepatnya di bulan Januari. Sejumlah media menyebutkan bahwa nilai valuasi Gojek sampai Januari 2019 berkisar antara USD 9 miliar hingga USD 10 miliar.
Sejumlah pihak berpendapat bahwa jika Gojek dinobatkan sebagai decacorn dengan nilai valuasi sebesar USD 10 miliar seharusnya terhitung dari awal tahun 2019 lalu, tepatnya di bulan Januari bukan awal April ini. Sementara sampai Januari, valuasi Gojek baru mencapai USD 9,5 miliar.
Sedangkan Gojek baru ditetapkan menjadi decacorn pada awal April ini. Tentunya hal ini tidak masuk akal menurut pandangan para pengamat.
CB Insights menggunakan nilai valuasi sebesar USD 10 miliar sebagai tolok ukur penilaian Gojek sebagai decacorn. Sebaliknya, CB Insights juga mendaftarkan Grab sebagai pesaing Grab dengan nilai valuasi saat ini mencapai USD 14 miliar atau setara Rp 198 triliun. Valuasi ini diperoleh dari Grab berdasarkan pendanaan dari SoftBank Vision Fund sebesar USD 1,46 miliar atau setara Rp 20 triliun.
Pada awal bulan Maret lalu, Grab dinobatkan menjadi decacorn dengan valuasi senilai USD 11 miliar atau setara Rp 155 triliun. Nilai valuasi Grab tersebut berdasarkan pendanaan terhitung sejak awal tahun 2019, tepatnya Januari 2019.
Berbanding terbalik dengan Grab, seharusnya Gojek juga menggunakan prosedur yang sama soal valuasi terhitung sejak awal tahun 2019, bukan awal April. Hingga berita ini diturunkan belum ada informasi dari Gojek mengenai status decacorn tersebut.
Di Indonesia sendiri mengalir ucapan selamat atas status Decacorn yang disandang Gojek dari sejumlah pihak, khususnya Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF). Ini jelas menunjukan bahwa secara resmi Gojek sudah jadi decacorn pertama di Indonesia.