Jakarta, Selular.ID – Proses registrasi SIM Card kartu prabayar yang saat ini tengah berlangsung dinilai berpotensi menciptakan persaingan usaha yang lebih sehat. Baik itu bagi operator maupun konsumen.
Menurut Victoria Venny analis saham PT MNC Securities dengan adanya registrasi prabayar para operator telekomunikasi dapat menghemat dana alokasi pembelanjaan kartu SIM Card yang selama ini terbilang besar.
Penghematan tersebut dapat dialokasikan kepada peningkatan layanan kepada konsumennya.
“Kami melihat dampak regulasi ini akan menjadi peluang yang baik untuk operator maupun konsumen untuk memilih layanan sesuai kebutuhannya. Yang pada akhirnya akan menciptakan industri yang lebih efisien dan sehat. Registrasi prabayar juga akan berpotensi menghemat Rp2-2,5 triliun,”terang Venny.
Dana penghematan tersebut dikatakannya dapat dialokasikan untuk penggembangan jaringan telekomunikasi.
Sementara itu Andri Ngaserin, Head of Research PT Bahana Sekuritas menilai registrasi prabayar yang dilakukan oleh pemerintah dapat membuat industri telekomunikasi menjadi lebih sehat.
Registrasi prabayar inipun menurutnya efektif meminimalkan kebiasaan masyarakat Indonesia yang kerap melakukan gonta-ganti kartu prabayarnya.
“Dengan adanya registrasi prabayar jumlah pelanggan dapat dilihat secara jelas sehingga investasi yang digelontorkan oleh perusahaan telekomunikasi akan jauh lebih tetap sasaran,”papar Andri.
Lebih lanjut disampaikan Andri, registrasi prabayar ini dapat menguragi churn pelanggan sehingga memberikan potensi perbaikan ARPU industri telekomunikasi. Sehingga industri telekomunikasi menjadi lebih sehat
Pengamat saham PT Bahana Sekuritas ini menilai saat ini ARPU industri telekomunikasi di Indonesia terbilang rendah dan tidak sehat. Bahkan terendah kedua setelah India.
Dari kalkulasi yang dimiliki Andri, idealnya ARPU industri telekomunikasi di Indonesia di atas Rp 40 ribu.
Dengan ARPU yang ideal perusahan telekomunikasi memiliki kemampuan untuk menggembangkan layanannya dan mempertahankan kualitas jaringannya.
“Jika ARPU perusahaan telekomunikasi hanya Rp20 ribu, maka operator akan mengalami kesulitan dalam mempertahankan kualitas jaringan dan melakukan penggembangan teknologi,” kata Andri.
ARPU yang saat ini berlaku itu menurutnya tidak real. Harusnya saat ini industri telekomunikasi fight-nya di reload bukan lagi di starterpack.
Dari catatan yang dimiliki oleh Bahana Sekuritas, ARPU emiten telekomunikasi yang paling rendah dipegang oleh Indosat yang hanya Rp20.300 (blended). Sedangkan ARPU XL mencapai Rp36.000. Sementara ARPU Telkomsel saat ini Rp 42.000.