Jakarta, Selular.ID – Wearable Technology merupakan bagian dari Internet of Things (IoT), namun kebanyakan orang menganggap bahwa wearable device adalah smartwatch, ternyata terdapat banyak perangkat yang termasuk dalam wearable device, beberapa diantaranya adalah Google Glass, Go-Pro, dan Nike Plus Sensor.
Hal itu dikemukakan pada acara diskusi santai bertajuk “Digital Life: Improve Your Wellness with Wearable Technology and Big Data” yang diinisiasi Dattabot, sebuah perusahaan big data analytics di Indonesia.
Wearable device sering disingkat wearables merupakan teknologi yang dikenakan di tubuh manusia dan menangkap data yang dapat berguna untuk kepentingan pribadi maupun industri. Saat ini penggunaan wearables banyak digunakan untuk memonitor kesehatan atau kebugaran pribadi maupun untuk meningkatkan efisiensi atau keselamatan di pekerjaan.
“Wearable Technology bukan hanya menangkap data atau sensing penggunanya, tetapi dapat melakukan sensing terhadap lingkungannya. Yang terpenting, wearable device harus nyaman dikenakan harus memikirkan penggunanya atau customer centric design.” Ujar Diandra Yulius, Project Manager dari Mantis Team Maker.
Secara umum, sistem elektronik wearables terdiri dari beberapa sensor pintar (smart sensor), antara lain wearable materials, actuators, power supplies, wireless communication modules and links, control and processing units, an interface for the user (UI), dan software. Yang merupakan otak dari wearable adalah algoritma untuk penggalian dan analisa data dan memberi informasi untuk mengambil keputusan.
Menurut Diandra, penggunaan wearables di Indonesia akan mendapatkan nilai revenue mencapai $34.1m dengan penetrasi 1% dari total pengguna pada tahun 2017. Pengguna yang dimaksud adalah pengguna yang mampu membeli wearable device dikarenakan harga jual wearables di Indonesia cenderung mahal.
Tren Wearable Device di Indonesia
Rian Krisna, Ambassador dari tiga brand olahraga dan teknologi ternama, mengaku ketertarikannya pada wearable setelah menonton Advertising Nike di Youtube Channel Casey Neistat di tahun 2012.
Rian mengatakan terdapat tiga kategori market di Indonesia yang menggunakan wearable device yakni; para penggemar dan pelaku olahraga, para penggemar teknologi yang selalu mengikuti perkembangan terkini, serta orang lanjut usia yang disarankan dokter untuk beraktivitas dan menjaga kesehatannya.
Ketiga kategori ini memiliki kesadaran atas penggunaan wearable device agar mendapat takaran akurat dari aktivitas mereka untuk peningkatan diri, khususnya kesehatan.
Wearable device yang digemari di Indonesia biasanya berupa wristband, earbuds, dan smartwatch yang sebagian besar digunakan untuk menghitung jejak langkah setiap hari, monitoring heart rate (detak jantung), dan notifikasi melalui wearable device untuk mengurangi penggunaan handphone.
Adapun tantangan dari penggunaan wearable device bagi masyarakat Indonesia, antara lain: 40% orang malas untuk men-charge perangkat wearable, 29% orang menghadapi masalah dalam akurasi data, 26% orang merasa tidak nyaman dengan penggunaan perangkat tersebut, dan sisanya perangkat tidak menyediakan insight atau informasi yang menarik dalam menentukan aktivitas sehari-hari.
“Bagi saya dan beberapa teman yang gemar berolahraga mengharapkan beberapa fitur dalam wearable device, pertama dan paling penting dalam perangkat wearable adalah fitur akurasi data. kedua adalah kenyamanan, dan terakhir adalah baterai yang efisien karena wearables dikenakan setiap saat jadi harus nyaman dikenakan, tidak merepotkan dan memberikan informasi yang akurat.” Ujar Rian Krisna.
Sebuah Inovasi Industrial dengan Menerapkan Wearable Technology
Lingkungan kerja di dalam industri pertambangan sangatlah berisiko tinggi dan dapat mengakibatkan kematian atau fatality. Terdapat beberapa alasan yang menjadi tolak untuk menggunakan wearables dalam dunia industrial, khususnya mining. Hal ini disebabkan pola industri yang cenderung dinamis, sehingga membutuhkan keputusan yang cepat berdasarkan yang data akurat dan perubahan yang menunjang optimalisasi pengerjaan di industri.
“Kami sedang melangsungkan kerjasama dengan Dattabot untuk mengadaptasi wearables di industry pertambangan untuk meningkatkan keselamatan kerja dan efisiensi” ujar Satya Andika, selaku Operations Research Engineer di PT Pama Persada, perusahaan Mining Services terkemuka di Indonesia.
PT Pama Persada akan menggunakan Internet of Things yang mencakup wearable device untuk meng-implementasi kegunaan Big Data dalam mengintegrasi data real-time, analytics, dan pengambilan keputusan atau decision making berdasarkan analisa data dari perangkat wearables.
Melihat wilayah operasi tambang yang sangat luas sekitar 50ha-100ha dengan kebutuhan sumber daya manusia yang tinggi dan waktu kerja selama 24 jam penuh, kegunaan IoT dengan implementasi Big Data diharapkan dalam menunjang keamanan, efesiensi, dan kesejahteraan dalam lingkup kerja mining di PT Pama Persada.
Dattabot sangat mendukung adanya kemajuan teknologi yang menunjang kualitas hidup manusia dan juga percaya bahwa dengan adanya Big Data dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi untuk pribadi maupun bisnis.
Hal ini menjadi penggerak utama tim Technology Solution dari Dattabot untuk memberikan layanan yang terbaik kepada para penggerak inovasi teknologi.