Jakarta, Selular.ID – Mantan CEO Intel Paul Otellini, yang membantu perusahaan tersebut memenangkan bisnis PC Apple dan memperluas kehadiran Intel dalam perangkat lunak dan keamanan, meninggal dunia, Senin(2/10/2017) pada usia 66 tahun.
“Kami sangat sedih dengan kepergian Paul. Dia adalah suara pelanggan tanpa henti di lautan insinyur, dan dia mengajari kami bahwa kami hanya menang saat pertama kali menempatkan pelanggan.” kata CEO Intel saat ini Brian Krzanich dalam sebuah pernyataan.
Otellini adalah kepala eksekutif kelima Intel, yang bertugas dalam kapasitas penuh mulai 2005 sampai pensiun pada 2013,. Ia merupakan pejabat non insinyur pertama yang memimpin perusahaan tersebut.
Karirnya yang hampir empat dasawarsa dengan Intel dimulai pada 1974. Otellini mengisi berbagai peran termasuk EVP dan GM Intel Architecture Group dan EVP dan GM Sales and Marketing sebelum mengambil posisi chief operating officer dari 2002 hingga 2005.
Di bawah kepemimpinan Otellini, Intel meningkatkan pendapatannya dari penjualan USD34 miliar menjadi USD53 miliar pada 2012. Seperti dicatat oleh The Atlantic setelah pensiun pada 2013, perusahaan tersebut menghasilkan lebih banyak pendapatan di bawah Otellini dalam delapan tahun dari pada 45 tahun sebelumnya yang digabungkan.
Analis industri Jack Gold mengatakan di Twitter, Selasa (3/10/2017) bahwa Otellini memimpin perusahaan dengan “keahlian hebat”.
“Ketajaman, optimisme, dan dedikasi bisnis Paul mendorong pertumbuhan kami sepanjang masa jabatannya sebagai CEO,” kata chairman Intel Andy Bryant dalam sebuah pernyataan.
“Dorongan, disiplin, dan kerendahan hati yang tak kenal lelah merupakan pilar kepemimpinannya dan bertahan dalam nilai-nilai perusahaan sampai hari ini.” tambah Andy.
Intel, bagaimanapun, sebagian besar telah ditinggalkan dari pasar smartphone, sebagian berkat keputusan Otellini untuk memberikan kesempatan memasok chip untuk iPhone Apple. Otellini menjelaskan kepada The Atlantic bahwa keputusan dibuat sebelum debut iPhone asli.
“Ada chip yang mereka minati karena mereka ingin membayar harga tertentu dan bukan nikel lagi dan harganya di bawah perkiraan biaya kami. Saya tidak dapat melihatnya,” kata Otellini kepada The Atlantic pada 2013.
“Itu bukan salah satu dari hal-hal yang dapat Anda lakukan berdasarkan volume. Dan di belakang, biaya yang diperkirakan salah dan volumenya 100 kali, apa yang dipikirkan orang.”
Otellini menganggap pilihan itu sebagai penyesalan utama. Namun, tahun lalu, Intel berhasil mendapatkan kakinya kembali di pintu saat Apple memutuskan untuk memasukkan chip Intel di beberapa versi iPhone-nya.
[nextpage title=”Fondasi Baru”]
Fondasi Baru
Meski kerjasama dengan Apple tak selalu berjalan mulus, di bawah kepemimpinan Otellini, Intel mencapai keberhasilan penting di bidang kepentingan strategis mengubah operasi dan struktur biaya untuk pertumbuhan jangka panjang.
Dalam segi teknologi, dengan tangan dinginnya dia mencapai terobosan inovasi, termasuk menghadirkan High-K/Metal dan transitor 3-D Tri-gate. Di masanya pula dia melakukan peningkatan dramatis dalam efisiensi energi dari prosesor Intel.
Memperkenalkan Ultrabook sebagai generasi terbaru dari komputer jinjing juga hadir di masanya. Memperluas kemitraan bisnis dan membuat akuisisi strategis yang memperluas kehadiran Intel dalam komunikasi keamanan, perangkat lunak dan mobile.
Kemudian menghadirkan smartphone pertama dan tablet dengan prosesor Intel di dalamnya. Kemudian tak kalah penting adalah menumbuhkan jaringan luas berbasis cloud computing yang dibangun pada produk Intel.
Memang jika kita melongok ke belakang, gebrakan Paul Otellini membuat banyak pihak terkaget-kaget. Alih-alih nyaman di bisnis prosesor PC yang telah memberikan kejayaan bagi Intel, Paul mencoba mengubah arah bisnis perusahaan.
Memasuki 2010, Paul melihat selain tablet, smartphone akan menjadi gadget favorit pengguna. Tak ingin ketinggalan kereta, Intel pun bersiap mengembangkan sayap di segmen bisnis yang terus berkembang ini.
Namun Paul menyadari, di jagat smartphone, produsen perangkat lunak yang dikenal dengan slogan “Intel Inside” ini masih tergolong “anak bawang” jika dibandingkan sang penguasa pasar, ARM Holdings.
Produsen chip papan atas seperti Qualcomm, Texas Instruments dan NVidia juga terus tergeser posisinya oleh pembuat prosesor asal Inggris itu.
Bahkan Apple harus melisensi teknologi ARM untuk membuat chip bagi produk iPhone (mulai iPhone 4, Apple menggunakan chip buatan Samsung). Sekarang pun chip ARM juga sudah menyasar personal dan komputer bisnis, yang nota bene merupakan wilayah “jajahan” Intel.
[nextpage title=”Intel Atom”]
Intel Atom
Pada 2011, Intel sesungguhnya sudah meluncurkan chip yang dikenal dengan kode Moorestown. Namun respon pasar tampaknya belum sepenuhnya meyakinkan.
Itu sebabnya, dalam mengembangkan chip smartphone generasi kedua, Paul lebih berhati-hati. Ia pun memilih berkolaborasi dengan vendor lain. Pada ajang CES 2012 yang berlangsung di Las Vegas, Intel telah memperkenalkan prosesor Intel Atom dengan nama sandi “Medfield” Z2640.
Dengan prosesor itu, Intel menjalin kerja sama dengan Lenovo untuk memasarkan smartphone berbasis Intel Atom pertama di China.
”Prosesor terbaik Intel kini menyapa smartphone,” jelas Paul saat itu.
Tapi, mengapa harus China? ”Sebab China adalah pasar smartphone terbesar di dunia dengan pengguna lebih dari 100 juta,” katanya.
Kerjasama perdana Lenovo-Intel itu adalah Lenovo K800, yang berjalan pada sistem operasi Android milik Google. K800 memiliki layar sentuh 4,5 inci. Produk ini di-bundling dengan operator China Unicom pada kuartal kedua 2012 ini. Harga resminya sekitar USD 600-USD 700.
Paul menyebutkan, bahwa Intel telah menjalani serangkaian benchmark yang membuat produk ini terdepan. Eksekutif berdarah Italia ini mengklaim bahwa “Medfield” memiliki kualitas grafik lebih tinggi, prosesor lebih baik, namun dengan daya tahan baterai yang jauh lebih panjang.
Di China, Lenovo dan Intel akan sama-sama menjadi yang pertama untuk memasarkan chip mereka di pasar China yang sangat luas itu. Saat itu Lenovo yang menjadi vendor PC kedua terbesar dunia, juga mulai merambah lini bisnis smartphone.
Sementara Di Amerika sendiri, Intel juga menjalin kerjasama dengan Motorola. Motorola membenamkan prosesor Intel Atom di smartphone Android yang diproduksi pada akhir 2012. Kedua perusahaan bersepakat bahwa bahwa kolaborasi ini juga mencakup produk-produk tablet yang dihasilkan Motorola .
“Ini akan menjadi strategi multi-tahun, multi-produk yang akan membawa ponsel dan tablet ke pasar dimulai pada semester kedua 2012. Kami akan bekerja sama dengan mereka untuk mengembangkan teknologi ini,” beber Paul.
[nextpage title=”Beralih ke 5G”]
Beralih ke 5G
Meski awalnya dipandang sebelah mata, upaya Paul mentransformasi Intel ke bisnis chip smartphone tak sia-sia. Lenovo dan Motorola, memang menjadi vendor pertama yang menggunakan prosesor buatan Intel ke dalam smartphone besutannya. Namun, justru produsen komputasi papan atas asal Taiwan, Asus, yang menikmati keberhasilan karena keberanian beraliansi dengan Intel.
Seperti kita ketahui, Asus sukses memperkuat pasar smartphone global termasuk Indonesia, setelah beberapa seri ZenFone membenamkan Intel Atom. Di Indonesia, seri ZenFone bahkan mampu mengatrol Asus ke posisi 2 sebagai produsen terbesar periode 2014-2015, di bawah Samsung.
Langkah Asus yang sukses di Indonesia, kemudian diikuti oleh beberapa produsen lain, seperti Advan. Pabrikan lokal itu, menggunakan Intel Atom sebagai prosesor untuk beberapa produk mereka, termasuk tablet, dimana Advan menjadi pemain kunci.
Sayangnya, pasca Paul memutuskan untuk pensiun pada 2013, Intel Intel melakukan perubahan besar-besaran dalam rencana system on a chip (SoC). CEO Intel Brian Krzanich, menyetop pengembangan produk berkode Broxton dan SoFIA, yang secara praktis artinya Intel meninggalkan pasar smartphone dan tablet.
Keputusan Intel itu bisa disebut sebagai perubahan terbesar dalam strategi mobile Intel sejak mereka membentuknya satu dekade lalu. Selanjutnya, Intel bakal memindahkan fokus ke pengembangan 5G. Sumber daya yang tadinya dipakai mengembangkan Sofia dan Broxton bisa dialihkan untuk membuat chip dan modem 5G.
Intel yakin, teknologi 5G akan menghadirkan koneksi mobile berkecepatan tinggi di berbagai perangkat, termasuk gadget mobile, PC, smartphone, robot, drone, wearable, dan Internet of Things.
Meski tak lagi bisa menyaksikan transformasi Intel di era 5G, Paul Otellini adalah figur penting dibalik sukses Intel selama ini. Catatan prestasinya membuat ia layak disandingkan dengan pendiri dan mantan CEO Intel Andy Grove, yang terkenal dengan ungkapannya “Only Paranoid Survive”.