Jakarta, Selular.ID – Sukses menggelar lelang 2,3 Ghz yang dimenangkan oleh Telkomsel dua pekan lalu, pemerintah hari ini melanjutkan proses lelang untuk frekwensi 2,1 Ghz. Diketahui harga penawaran yang diajukan pemerintah sebesar mencapai Rp296,742 miliar untuk dua blok (10 Mhz) di frekuensi tersebut.
Berbeda dengan lelang sebelumnya, lelang untuk frekwensi tersisa itu, hanya akan diikuti tiga operator. Masing-masing Indosat Ooredoo, XL Axiata dan Tri Hutchinson. Smartfren memutuskan untuk tidak berpartisipasi, dengan alasan perbedaan teknologi.
Dirut Smartfren Merza Fachys, menjelaskan selama ini Smartfren beroperasi di frekuensi 2,3 GHz menggunakan teknologi time division duplexing (TDD).
Untuk beroperasi di frekuensi 2.100 MHz, Smartfren harus membangun infrastruktur baru berbasis teknologi frequency division duplexing (FDD).
“Kalau kita dapat frekuensi itu, nanti kita harus mulai investasi teknologi lagi dari awal. Biayanya bisa Rp2 triliun-Rp3 triliun secara nasional. Karena itu kami tidak memasukkan dokumen permohonan ikut lelang frekuensi 2.100 Mhz,” beber Merza.
Mundurnya Smartfren, tentu memberi kesempatan lebih banyak bagi operator lain untuk memenangkan lelang demi menambah amunisi di jaringan 3G dan 4G mereka.
Sejauh ini, ketiganya punya peluang yang sama karena pemenang ditentukan oleh harga tertinggi. Meski tak semuanya dalam taraf urgensi untuk mendapatkan tambahan kanal baru.
Jika diurut, yang perlu tambahan frekuensi itu adalah Tri, XL, baru Indosat. Tri sangat pantas memperoleh tambahan karena keterbatasan frekuensi. Setelah Telkomsel, Tri pertumbuhannya relatif cepat terutama pelanggan data.
Tri sendiri saat ini hanya menguasai lebar spektrum 20 MHz, dimana 10 MHz di frekuensi 1.800 MHz dan 10 MHz lagi di 2,1 GHz. Sementara dua operator lainnya menguasai spektrum 900 MHz, 1.800 MHz, dan 2,1 GHz dengan lebar pita 40 MHz lebih.
Vice President Director Tri Hutchison Danny Buldansyah, menyatakan bahwa Tri merupakan salah satu operator yang efisien dalam mengelola jaringan meskipun dengan jumlah frekuensi yang paling sedikit dibandingkan operator lain.
“Penguasaan frekwensi Tri memang paling kecil. Namun dengan keterbatasan itu, kami mampu mengelola 2,9 juta pelanggan per Mhz”, ungkapnya.,” ujar Danny dalam sebuah forum di Jakarta beberapa waktu lalu.
Mengacu pada lelang sebelumnya di 2,3 Ghz yang dimenangkan oleh Telkomsel senilai Rp1,007 Triliun, Indosat mampu bertahan hingga ronde ke-36 dengan harga penawaran terakhir sebesar Rp992 miliar.
XL Axiata terakhir melakukan penawaran di ronde ke-13 mengajukan harga Rp691 miliar, Hutchinson Tri Indonesia Rp597 miliar dan Smartfren di ronde 6 dengan harga Rp468 miliar.
Tentu saja, nilai penawaran yang diajukan ketiga operator pada lelang 2,3 Ghz itu, tak sepenuhnya dapat dijadikan ukuran siapa yang paling pantas memboyong sisa frekwensi di 2,1 Ghz. Dalam penawaran itu, Tri memang berada dibawah Indosat dan XL.
Namun, Tri disebut-sebut baru akan memperlihatkan keseriusan di lelang 2,1 Ghz. Karena sejak awal, operator asal Hong Kong ini lebih mengincar frekwensi tersebut.
Bagi Tri, lelang terakhir ini adalah sangat penting. It’s now or never!