Jakarta, Selular.ID – Indonesia memang mempunyai daya tarik tersendiri bagi para vendor smartphone untuk memasarkan produknya. Mereka berusaha menguasai pabgsa pasar sebesar mungkin untuk bisa menikmati manisnya pasar smartphone tanah air.
Berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh lembaga riset International Data Corporation (IDC), pada kwartal pertama tahun 2017 pangsa pasar smartphone Indonesia dikuasai oleh Samsung, Oppo, Advan, Asus, dan Xiaomi.
Posisi tersebut tentunya terus mengalami perubahan sesuai dengan dinamika persaingan yang ada. Vendor smartphone yang belum masuk dalam jajaran top 5 penguasa pasar Indonesia pun berambisi untuk menempatkan dirinya di jajaran bergengsi tersebut.
Semuanya tentu berambisi menduduki puncak teratas brand penguasa pasar smartphone Indonesia. Namun yang menarik ada dua brand yang secara tegas menyatakan ambisinya untuk menduduki peringkat ketiga pangsa pasar Indonesia. Mereka adalah Huawei dan Motorola.
Di pasar global kita ketahui Huawei memounyai prestasi yang tidak bisa diremehkan. Vendor asal Tiongkok ini mampu bertengger di posisi kedua dunia dengan jajaran smartphone besutannya.
Menurut catatan bulanan firma riset pasar Counterpoint Research, untuk pertama kali, Huawei berhasil menyalip posisi Apple sebagai pabrikan smartphone terbesar kedua di dunia pada Juni dan Juli lalu.
Meski demikian Counterpoint tidak membeberkan angka penjualan masing-masing produsen smartphone secara mendetail. Namun, dari grafik yang dipublikasikan, pangsa pasar Huawei dan Apple pada Juli 2017 berbeda tipis di kisaran 12 persen.
Namun prestasi Huawei di pasar global tidak lantas diikuti dengan prestasinya di pasar smartphone tanah air. Meski memikiki barisan produk yang bisa dibanggakan, Huawei belum mampu menaklukkan pasar Indonesia.
Sebut saja Huawei P9 yang menggunakan lensa dari merek ternama Leica. Smartphone ini mampu membuat standar baru bagi vendor smartphone lainnya dalam menghadirkan kualitas kamera smartphone. Bahkan dual kamera yang ditawarkannya mampu membuat tren baru. Namun tetap, smartphone belum mampu mendongkrak prestasi Huawei.
Interval yang terlalu lama antar produk yang dirilis Huawei pun disinyalir menjadi biang keladi stagnannya prestasi Huawei di Indonesia. Tentunya jeda waktu yang terlalu lama ini bukan tanpa sebab.
Jhonson Ma, Country Director Huawei Indonesia berkilah bahwa perusahaan yang dipimpinnya ini merupakan perusahaan teknologi yang mengutamakan kualitas ketimbang banyaknya seri yang harus dihadirkan.
Dirinya juga mengaku bahwa perusahaannya lebih identik sebagai seorang pelari marathon bukannya pelari sprinter sehingga dalam jangka waktu yang lebih panjang perusahaannya akan mampu mengambil alih posisi kepemimpinan.
Di sisi lainnya, aturan tingkat kandungan dalam negeri yang menjadi syarat bagi vendor smartphone untuk mengedarkan produknya si Indonesia juga berkonntribusi terhadap lambatnya kehadiran produk-produk andalan dari Huawei.
Jika harus memproduksi perangkatnya di tanah air tentu beban biaya yang harus dikeluarkan juga bertambah sehingga akan berdampak pada harga jual. Belum lagi kemampuan pabrikan Indonesia dalam memproduksi smartphone berteknologi canggih masih banyak yang mempertanyakan kemampuannya.
Namun demikian, dalam dua tahun kedepan Lo Khing Seng, Direktur Sales Huawei Device Indonesia menyatakan keyakinannya bahwa smartphone besutannya akan mampu berada di jajaran tiga besar merek smartphone di Indonesia.
Untuk memenuhi ambisinya tersebut, Huawei pun meningkatkan investasinya sebanyak lima kali lipat untuk tahun 2017 ini saja.
“Kami tau Indonesia pasar yang besar dan oersaingan cukup ketat sehingga membutuhkan investasi yang lebih banyak. Untuk itu investasi tahun ini kami tingkatlan jadi 5 kali lipat,” ungkapnya.
Peningkatan investasi itu disampaikannya diantaranya akan digunakan untuk merekrut 5000 orang promotor yang akan membantu penjualan smartphone Huawei dan pembukaan 10.000 toko.
Strategi penggunaan promotor dalam penjualan ini sebelumnya juga sudah diterapkan oleh Oppo dan cukup berhasil. Dalam waktu tiga tahun terakhir Oppo mampu merangsek ke dalam jajaran smartphone favorit di Indonesia.
Dengan 5000 promotor yang akan dirangkul oleh Huawei dalam strategi penjualannya pastinya akan memberikan peluang cukup besar bagi Huawei untuk mendulang sukses seperti yang Oppo alami.
Ambisi yang sama dari Motorola
Seperti disebutkan sebelumnya di atas, ambisi untuk menjadi nomer 3 di Indionesia ini tidak hanya dimiliki oleh Huawei saja, brand legendaris Motorola pun menginginkan posisi yang sama di pasar smartphone tanah air.
Setelah Google resmi melepas kepemilikan Motorola ke Lenovo pada 2014 senilai 2,91 miliar dollar AS (sekitar Rp 35 triliun), memberikan harapan bahwa brand ikonik itu, akan kembali mampu bersaing di industri ponsel dunia yang semakin mengarah ke digital. Pasalnya, Lenovo memiliki segudang portfolio yang bisa mengangkat Motorola dari keterpurukan.
Saat peluncuran varian terbaru Motorola, Moto Z2 Play di Bangkok, Rabu (5/7/2017), Dillon Ye, VP Asia Pacific Sales Lead, Lenovo Mobile Business Group, mengungkapkan sepanjang 2016 lalu, pencapaian Lenovo dan Motorola meningkat signifikan.
“Lenovo dan Motorola kini menempati posisi empat besar brand smartphone dengan pertumbuhan penjualan tertinggi di kawasan Asia Pasifik”, ungkap Dillon.
Di sejumlah negara seperti Brazil, India, Meksiko dan Uni Emirat Arab, pencapaian Lenovo dan Motorola bahkan melebihi target, karena mampu menempati posisi kedua sebagai brand dengan market share terbanyak.
Di Indonesia sendiri, Motorola sudah hadir kembali sejak November 2016 dan terus berlanjut hingga kini. Dimulai dengan Moto E3 Power, Moto Z dan Z Play, Moto M, Moto E4 Power,dan generasi kedua smartphone modular, Moto Z2 Play serta Moto G5s Plus, Moto E4 Plus dan Moto C Plus.
Dengan peluncuran produk secara berkala, Motorola berusaha menerapkan strategi dengan memperkuat line up produk yang lengkap untuk berbagai segmen, membuat pilihan konsumen menjadi lebih luas. Hal itu diyakini dapat memperkuat daya saing, mempercepat pertumbuhan, dan memenangkan pasar smartphone global, termasuk Indonesia.
Menurut Augustin Becquet, Executive Director of Asean, Lenovo Mobile Business Group and Motorola Mobility, Indonesia adalah pasar yang sangat penting bagi Lenovo dan Motorola. Dengan permintaan ponsel mencapai lebih dari 40 juta unit per tahun, khususnya smartphone yang tumbuh pesat, Indonesia kini menjadi pasar terbesar kedua setelah China di kawasan Asia Pasifik, mengalahkan India.
Kehadiran kembali Motorola sejak akhir tahun lalu, menunjukkan Indonesia adalah pasar yang sangat strategis.
“Kami fokus untuk terus menghadirkan produk yang inovatif dan sesuai dengan kebutuhan konsumen. Pada akhirnya dalam beberapa tahun ke depan, target kami bisa mencapai tiga besar di Indonesia”, kata Augustin optimis.