Jakarta, Selular.ID – Strategi menarik pelanggan dengan menawarkan tarif percakapan semurah mungkin yang dilakukan oleh sebagian operator di Indonesia dikhawatirkan bakal memicu kembali terjadinya perang tarif seperti yang terjadi pada 2007 lalu.
Seperti diketahui, XL Axiata saat ini mengeluarkan promosi Rp 59 permenit untuk tarif telpon antara operator. Sebelumnya Indosat Ooredoo mengeluarkan tarif promosi Rp 1 perdetik untuk tarif telpon antar operator.
Selain mengeluarkan tarif promosi, kedua operator tersebut juga, mengeluarkan paket bicara antar operator yang terbilang murah. Indosat Ooredoo merilis promo paket telepon ke semua operator sebulan dengan kuota 600 menit dibanderol Rp 135 ribu atau setiap menit Rp 225 permenit.
Sementara XL mengeluarkan paket telepon ke semua operator sebulan dengan kuota 600 menit dengan harga Rp 120 ribu atau Rp 200 permenit.
Jika merujuk penetapan tarif interkoneksi yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 250 permenit, ini artinya kedua operator tersebut melakukan dumping atau menjual produknya di bawah harga pokok penjualan (HPP).
Menanggapi kemungkinan terjadinya perang tarif, Merza Fachys, Ketua Umum Asosiasi Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) berharap hal tersebut tidak terjadi karena dapat merusak Industri
“Tidak boleh ada perang tarif jilid berapapun. Kita ingin industri telekomunukasi akan bersaing sehat, tumbuh sehat dan memberikan manfaat sehat buat masyarakat serta menjadi enabler sehat untuk kemajuan bangsa,” katanya kepada Selular.
Lebih lanjut Merza menyampaikan, yang terjadi saat ini menurutnya belum bisa dikatakan sebagai perang tarif.
“Kalo semuanya ramai-ramai saling sambut menyambut turun tarif, itu baru perang. Ini levelnya baru bersaing,” tukasnya.
Sementara itu, Dian Siswarini, Dirut XL Axiata juga membantah kalau strategi yang dilakukan XL ini dibilang perang tarif.
“Yang kami berlakukan saat ini bukan perang tarif, melainkan hanya promo, dan itu hanya berlakuk di wilayah tertentu. Kalau perang tarif itu, berlaku untuk semua wilayah,” tegasnya.