Jakarta, Selular.ID – Setelah menunggu hingga dua bulan lebih, pada akhir Januari 2016, saya bersama tim Selular TV meluncur ke kantor pusat Telkomsel yang baru di Telkom Landmark Tower, bilangan Gatot Subroto, persis di belakang Grha Merah Putih Telkom. Agendanya, mewancarai sang Dirut Ririek Adriansyah untuk program Bincang Eksekutif, dimana saya menjadi host-nya,
Sedikit tentang Bincang Eksekutif. Ini adalah program yang menghadirkan para top managament dan tokoh berpengaruh di industri selular dan ICT. Sejak ditayangkan di laman Selular.ID dan channel Youtube pada Juni 2015, Bincang Eksekutif telah menampilkan banyak eksekutif papan atas, seperti CEO Indosat Ooredoo Alexander Rusli, Dirut XL Axiata Dian Siswarini, Country Manager Intel Indonesia Harry K. Nugraha, Wakil Dirut Tri Hutchinson Danny Buldansyah, Country Director Qualcomm Indonesia Shannedy Ong, Direktur Utama Biznet Adi Kusma, CEO Matahari Mall Hadi Wenas. dan tak ketinggalan Menkominfo RI Rudiantara.
Kehadiran Ririek Adriansyah bukan hanya menambah bobot acara ini, namun juga keharusan mengingat top executive dua operator besar lainnya sudah lebih dulu tampil. Jadi jika Ririek belum muncul, rasanya akan seperti menyantap sayur tanpa garam. Beruntung, meski harus mengalami beberapa kali penundaan, tim corcomm Telkomsel yang dipimpin oleh Adita Irawati memastikan kesediaan Ririek untuk tampil dalam program talk show tersebut.
Sesi Tanya jawab yang berlangsung di lantai 21, berjalan dengan lancar. Empat segmen wawancara tersebut diambil pada dua lokasi berbeda. Saat menuju di lokasi kedua masih di lantai yang sama, Ririek mengajak saya untuk sedikit melihat kondisi kantor Telkomsel yang baru, jauh dari kesan formal. Perubahan terlihat dari berbagai aspek, mulai dari desain interior hingga konsep bekerja di kantor baru ini juga berbeda dari kantor konvensional pada umumnya.
Selain tanpa sekat kecuali ruangan untuk GM dan VP ke atas, kesan dinamis dan colorful tidak hanya terlihat dari segi desain dan interior saja. Di markas barunya ini, Telkomsel juga menerapkan sistem kerja yang bersifat mobile. Karyawan tidak memiliki meja pribadi, mereka bebas memilih tempat kerja dimana saja, asalkan tidak keluar dari wilayah divisinya. Ririek mengatakan, hadirnya kantor baru ini menjadi salah satu bentuk transformasi Telkomsel untuk menjadi A Trusted World Class Digital Company.
“Dengan suasana yang baru, diharapkan mampu meningkatkan kualitas kerja karyawan yang lebih dinamis dan berteknologi tinggi. Muara dari semua tranformasi ini, kita ingin menjadi perusahaan digital kelas dunia”, terang pria yang pernah menjabat sebagai Dirut Telin, anak perusahaan PT Telkom lainnya.
Transformasi Digital
Januari 2016 menandai satu tahun kehadiran Ririek di panggung industri selular. Seperti kita ketahui RUPS yang di gelar PT Telkom dan SingTel selaku pemegang saham Telkomsel pada akhir 2014 resmi menunjuk Ririek sebagai nahkoda yang baru, menggantikan Alex J. Sinaga yang naik kelas menjadi Dirut PT Telkom.
Seperti halnya Alex yang juga alumnus ITB, Ririek yang asli Yogyakarta, juga meraih gelar Sarjana Teknik Elektro ITB pada 1988. Pengalamannya di industri telekomunikasi mungkin tidak perlu diragukan lagi, tetapi memimpin perusahaan sebesar Telkomsel di tengah kondisi industri yang telah saturasi tentu menjadi tatangan yang sungguh berbeda. Beberapa kalangan bahkan menilai pria kelahiran 2 September 1963, berada di bawah bayang-bayang Alex Sinaga, yang sukses membukukan prestasi fenomenal, yakni tiga tahun berturut-turut membawa Telkomsel tumbuh double digit.
Faktanya, di tangan Ririek, Telkomsel semakin berotot. Berdasarkan laporan keuangan yang sudah audited, operator terbesar di Indonesia ini terus membukukan kinerja yang kuat selama kuartal III 2015 berkat pertumbuhan dari digital business (Mobile Broadband and Digital Services) yang didukung oleh perkembangan dari sisi legacy business (voice, SMS).
Tercatat total revenue meningkat 14.9%, EBITDA 16.5% and net income 19.5% dibanding tahun sebelumnya. Digital business sendiri tumbuh 41.6% YoY, sementara legacy business tumbuh 7% YoY. Di sisi lain, trafik konsumsi layanan data Telkomsel meningkat lebih dari 119% dibandingkan tahun sebelumnya.
Ririek mengungkapkan bahwa layanan data memang mulai menjadi primadona bagi perusahaan. Tercatat dalam periode tersebut, layanan data dan digital business memiliki kontribusi lebih dari 28% kepada pendapatan perusahaan secara keseluruhan.
Pencapaian tersebut tak lepas dari berbagai upaya yang terus dilakukan secara konsisten oleh Telkomsel. Terutama dari sisi pengembangan jaringan yang hingga kini telah menjangkau 97% wilayah Indonesia. Saat ini Telkomsel memiliki lebih dari 3000 BTS 4G yang tersebar di 14 kota dengan lebih dari 2 juta pelanggan 4G. Saat menggelar layanan 4G di suatu kota, Ririek menargetkan paling tidak coverage 4G di kota tersebut mencakup sekitar 70 – 80% area yang ada.
Menurut Ririek, 4G memang memerlukan waktu untuk tumbuh dan dinikmati masyarakat secara luas. Karenanya, kedepannya kesiapan dan kelengkapan ekosistem digital perlu untuk terus dibangun.
“Untuk itu selain terus menjaga dan meningkatkan kualitas layanan mobile broadband agar pelanggan mendapatkan akses layanan data yang baik dimanapun mereka berada, Telkomsel juga mendorong agar berbagai layanan digital semakin diadopsi oleh masyarakat”, ujarnya.
Di sisi lain, Ririek juga mendorong berbagai kerjasama strategis dengan berbagai vendor ponsel guna mendorong ketersediaan smartphone yang terjangkau. Program bundling ini ditargetkan membuat para pelanggan basic dan feature phone beralih ke smartphone. Sehingga pada akhirnya mereka dapat menikmati berbagai layanan digital di jaringan broadband Telkomsel.
“Ke depannya banyak sekali peluang untuk memaksimalkan layanan data kepada para pelanggan. Untuk itu sebagai operator yang sedang bertransformasi menjadi digital company, Telkomsel terus melakukan berbagai improvement untuk menyajikan pengalaman mobile digital lifestyle terbaik kepada para pelanggannya”, ujar Ririek.
Mempertahankan Posisi
Seperti kita ketahui, sejak beberapa waktu lalu telah terjadi pergeseran behavior pelanggan dalam berkomunikasi, dimana penggunaan layanan data semakin diminati dan terus tumbuh jika dibandingkan dengan voice atau SMS. Hadirnya berbagai aplikasi digital yang terus diadopsi oleh masyarakat dalam kesehariannya mendongkrak konsumsi data di jaringan Telkomsel
Tingginya kebutuhan data tentunya menjadi peluang memaksimalkan revenue bagi operator. Selain revenue, bisnis model juga akan mengalami perubahan, dimana selama ini operator sudah sangat terbiasa dengan “one-sided” business model (misal pelanggan membayar tariff per menit untuk Layanan Voice), di era data terbuka peluang untuk melakukan “two-sided” business model, misalnya pelanggan membayar untuk satu layanan tetapi sekaligus mendapat benefit juga dari layanan lainnya (seperti bundling layanan).
Meski menjanjikan, menurut Ririek, era data memberikan tantangan tersendiri karena pelanggan membutuhkan tiga hal untuk mendapatkan digital experience yang terbaik, yaitu dari sisi Device (perangkat), Network (jaringan) dan Application (aplikasi). Ketiga hal ini harus saling menunjang agar pelanggan dapat merasakan pengalaman terbaik dalam menggunakan smartphone dan dalam menikmati mobile internet serta berbagai layanan digital lifestyle.
Untuk itu, imbuh Ririek, selain memperkuat program bundling, Telkomsel terus mengembangkan sekaligus memperkuat berbagai aplikasi dan layanan digital, diantaranya yang berada di segmen Digital Lifestyle (music, games, video contents, dll.), Digital Advertising, Digital Payment (mobile banking, T-Cash, T-Wallet) dan M2M Business (T-Drive, T-Zone).
Menurut Ririek tak mudah mempertahankan posisi ditengah perubahan yang semakin deras terjadi karena lompatan teknologi dan kebutuhan pelanggan. Meski demikian, ia optimis bahwa Telkomsel tetap dapat menjaga laju pertumbuhan yang positif karena konsisten di dalam menjaga kualitas layanan yang diberikan kepada pelanggan serta peningkatan fitur layanan. Di sisi lain, tentunya berbagai layanan yang dihadirkan akan terus menyesuaikan dengan kebutuhan pasar.
Secara umum, kunci utama pertumbuhan Telkomsel adalah tetap fokus untuk melakukan perluasan dan peningkatan jaringan, bahkan hingga ke daerah pelosok. Telkomsel juga mengutamakan dan menjaga kualitas produk serta layanan yang diberikan kepada pelanggan, termasuk juga memastikan ketersediaan produk.
Di sisi lain, pihaknya juga tetap menerapkan Cost Leadership sehingga dalam beroperasi, agar tetap produktif dan efektif. Setiap tahun Telkomsel juga mengalokasikan sumber daya termasuk dana yang cukup besar untuk meningkatkan kualitas jaringan, khususnya pada layanan data.
Ririek mengungkapkan sepanjang 2015, kebutuhan dana bagi Telkomsel mencapai sekitar 18-20% dari total revenue. Sebagian dialokasikan untuk membangun sekitar 15.000 BTS baru, sehingga pada akhir 2015 Telkomsel genap memiliki 100,000 BTS yang tersebar di berbagai penjuru tanah air, imbuhnya menutup perbincangan.