Minggu, 3 Agustus 2025

Alasan Operator Inginkan Profit Sharing dengan OTT

BACA JUGA

Alexander Roesli, Ketua ATSI
Alexander Roesli, Ketua ATSI

Jakarta, Selular.ID – Wacana profit sharing antara operator dan perusahaan OTT disikapi oleh anggota BRTI sebagai bentuk kepanikan operator dalam menghadapi persaingan dengan perusahaan penyedia konten aplikasi tersebut. Sebenarnya apa alasan yang melatarbelakangi sikap operator yang menginginkan adanya pembagian keuntungan dari penyediaan layanan tersebut?

Harus diakui memang, pendapatan operator makin tergerus dengan terus bertumbuhnya layanan yang dihadirkan oleh OTT. Alexander Roesli, Ketua Asosiasi Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) menjelaskan kepada Selular.ID bahwa masalah ini jangan diartikan sebagai kepanikan operator dalam menghadapi persaingan dengan OTT.

Dalam masalah ini Alex menjelaskan filosofi pertamanya adalah bahwa device yang digunakan oleh pelanggan dan dimana didalamnya terdapat simcard operator maka otomatis pelanggan tersebut adalah pelanggannya operator. “Apapun yang bisa dilakukan oleh device yang dimiliki pelanggan adalah haknya operator,” jelas Alex.

Apa yang dilakukan oleh operator saat ini menurut Alex bukanlah untuk mengintervensi bisnisnya OTT melainkan untuk menjaga hubungan dengan pelanggan. Ketika pelanggan melakukan registrasi ataupun menandatangani kontrak kerjasama bagi pelanggan prepaid maka operator wajib untuk menjaga hubungan tersebut.

Namun di sisi lain OTT menganggap bahwa engguna selular yang menggunakan layanan OTT maka itu adalah pelanggan OTT. “Kalau OTT mengklaim itu adalah pelanggannya, cabut saja kartunya, bisa berjalan apa tidak aplikasinya?”, tegas Alex.

Alasan lainnya menurut Alex adalah , OTT ini bisa dikatakan menjadi kanibal dari revenue tradisional yang dimiliki operator. Dalam ekosistem ini sebenarnya harus saling co-exist sehngga harus dicari mekanisme agar sama-sama sehat. Operator dituntut untuk terus memberikan kualitas layanan yang baik dimana dibutuhkan investasi yang berkesinambungan dan berkelanjutan.

Dengan demikian harus ada minimum amount yang harus dihasilkan operator agar terus menghasilkan kualitas prima. Di Indonesia permasalahannya menjadi besar karena layanan data di Indonesia tarifnya sangat murah. “Makanya dicari jalan agar jangan hanya OTT yang make money dari pelanggannya operator,  biar kita bisa sama-sama menghasilkan uang. Operator sadar tanpa OTT tidak ada konten makanya harus dibikin co-exist biar sama-sama sehat,” pungkasnya.

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU