Mungkin beberapa orang atau dalam hal ini sebuah negara menganggap tindakan pengumpulan data Google tersebut sebagai ancaman besar. Salah satunya adalah Rusia yang berpikir bahwa keamanan nasionalnya dapat terpengaruh jika pustaka data tersebut diserahkan ke pemerintah Amerika Serikat. Sebagian kekhawatiran itu bisa dimengerti, karena Android memang digunakan untuk keperluan pemerintah.
Guna mengatasi ancamah tersebut, Rusia telah mengeluarkan solusi yang dirancang sendiri. ia mengeluarkan sistem operasi sendiri yang dimaksudkan untuk menyaingi Android. Disebut sebagai Russian Mobile Operating System (RoMOS), tampilan mukanya mirip Android. Pada dasarnya RoMOS hanya menyingkirkan faktor Google, menjadikan OS aman dari kolektor data. Bahkan, para pengembang RoMOS menyatakan bahwa perangkat lunak mereka anti-bajak. Untuk pernyataan tersebut memang tergolong klaim yang terlalu berani, karena biasanya akan meleset.
Para pengembang RoMOS juga telah menambahkan dukungan Global Navigation Satellite System (GLONASS) yang merupakan GPS alternatif Rusia (sudah didukung Qualcomm dan beberapa perangkat Android). Layanan tersebut diduga kuat dibuat sebagai senjata melawan jika pemerintah AS menghalangi layanan GPS kapan saja di masa mendatang, dengan cara mengganggu lalu lintas sinyal di beberapa wilayah. Karena AS kerap melakukan tindakan tersebut di bioskop-bioskop setempat dalam suatu operasi menghambat lawan.
Tablet pertama RoMOS dijadwalkan mulai dijual di pasar elektronik di Rusia sebelum tahun ini berakhir. Akan dibanderol seharga US$460 atau sekitar Rp4,4juta, tablet tersebut menyuguhkan fitur tambahan seperti body tahan-guncangan dan tahan-air. Target utama konsumen tablet ini adalah personel militer dan pejabat pemerintah Rusia. (Khoirunnisa)