Meskipun di dominasi oleh kaum pria, ternyata kaum perempuan Indonesia juga bergantung pada ponsel, termasuk pada smartphone untuk menunjang aktivitas pekerjaannya.
Laporan Qualcomm Wireless Reach menyebutkan 1 miliar perempuan bekerja di kawasan negara berkembang Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Namun sayangnya 800 juta di antara mereka tidak menggunakan layanan jaringan pita lebar (broadband). Di negara maju sebanyak 74 persen perempuan telah menikmati internet, sementara di negara berkembang baru sebanyak 29 persen yang menikmati internet. Tapi sayangnya penetrasi ini kebanyakan belum berteknologi pita lebar (broadband) yang diartikan kemampuan akses pada aplikasi baik suara, SMS, gambar, dan video dengan baik. Di dunia pada 2014 ini penetrasi pita lebar di dunia antara laki-laki dan perempuan baru 32 persen dan 10 persen. Di negara maju penetrasi pengguna pita lebar pria 84 persen dan perempuan 27 persen. Di negara berkembang penetrasinya pria baru 21 persen dan perempuan 6 persen.
Kemajuan teknologi smartphone dan internet banyak memberikan manfaat bagi perempuan Indonesia yang semakin gemar dengan internet dan ingin selalu terkoneksi online. Meskipun di dominasi oleh kaum pria, ternyata kaum perempuan di Indonesia juga bergantung pada ponsel. Hal ini terbukti dengan data yang menyebutkan bahwa hampir seluruh wanita di Indonesia (97%), sekitar 91% dari perempuan yang di survey menggunakan ponselnya untuk bekerja dan menganggap pentingnya ponsel terhadap kehidupan pekerjaan mereka.
Data ini diperoleh dari hasil survey dari Qualcomm Wireless Reach dan Vital Wave bekerja sama dengan GSMA mWomen terhadap seribu perempuan pekerja yang menggunakan perangkat mobile di Brasil, India, Indonesia, Tiongkok, dan Nigeria. Survei itu memberikan analisis di tiap negara yang disurvei atas nilai mobile broadband bagi para perempuan dalam memperoleh dan memperkuat kehidupan mereka dan menunjukkan bahwa kaum hawa sangat bergantung pada feature phones atau smartphones untuk keperluan pekerjaan. Kategori perempuan yang disurvei yakni urban entrepreneur (perempuan kota yang mempunyai usaha), young urban careerist (perempuan muda mandiri), work and family warrior (perempuan profesional kota yang bekerja untuk kerja mendukung keluarga), young rural (perempuan desa yang berjuang meraih pendidikan online), dan rural tradisionalist (perempuan desa lebih tua yang bekerja dalam sektor tradisional).
Dari seluruh kebutuhan pekerjaan yang dapat dijawab dengan mobile broadband, perempuan Indonesia sekitar 92% awalnya perempuan menggunakan ponsel secara konsisten memprioritaskan keterhubungan dengan keluarga, kerabat, dan rekan kerja. Setengah dari pengguna smartphone di Indonesia menggunakan broadband untuk aplikasi pesan teks dan jejaring sosial. Dalam laporan survey disebutkan bahwa 85% perempuan Indonesia menyatakan tidak ingin kembali menggunakan ponsel lama mereka yaitu ponsel dengan jaringan 2G setelah mengetahui manfaat ponsel yang bisa mendukung akses broadband.
Senada dengan hasil temuan di negara-negara lain, perempuan Indonesia menunjukkan keinginan yang besar untuk memiliki smartphone. Di antara responden yang menggunakan feature phone, dua pertiga diantaranya mengungkapkan keinginan mereka untuk memiliki smartphone dengan mobile broadband. Namun demikian, hanya 33% yang memiliki rencana pasti untuk membeli smartphone dalam dua tahun kedepan. Di antara pengguna feature phone yang tidak memiliki rencana untuk membeli smartphone, implikasi arus kas dari pembelian ponsel merupakan pertimbangan utama yang disampaikan oleh perempuan Indonesia (77%).
Namun 85% di antaranya menyatakan ketertarikan mereka untuk berpindah menggunakan smartphone. Pertimbangan ini juga dipengaruhi pandangan akan harga ponsel yang terus menurun di pasar. Sementara itu, pilihan pembiayaan dalam kemitraan dengan organisasi non-pemerintah memungkinkan konsumen untuk bisa lebih cepat mengganti ke smartphones melalui sedikit penambahan arus kas (cash outlays) yang lebih kecil, disesuakan dengan arus pendapatan di negara-negara berkembang. Lebih lanjut dalam studi ini ditemukan 23% dari perempuan Indonesia pemilik smartphone juga memiliki tablet. Ini merupakan angka tertinggi dibandingkan negara lain. Dari para perempuan pemilik tablet ini, 61% menggunakan tablet baik di rumah maupun di tempat bekerja.
Dalam laporan ini direkomendasikan negara berkembang untuk memperluas akses internet karena bisa meningkatkan produktivitas 25%, menghasilkan PDB US$2,2 triliun, menciptakan lebih 140 juta lapangan kerja baru, dan membawa 160 juta orang lepas dari kemiskinan. Dari hasil survey ini dapat ditarik kesimpulan bahwa saat ini wanita di Indonesia sudah mulai mengerti akan pentingnya smartphone dan akses internet berkecepatan tinggi bagi kehidupan sehari-hari dan untuk mendukung transformasi hidup perempuan Indonesia agar menjadi lebih baik. (Deni Sukma)